Revitalisasi Pembelajaran Abad 21

Oleh :
Imam Jawahir, SPd. MM.
Kepala Sekolah SMAN 1 Ngantang Kabupaten Malang

Karakteristik peserta didik Abad 21 berbeda dengan masa sebelumnya. Mereka adalah generasi yang digital native. Hasil penelitian majalah The Economist (2015) mengungkapkan bahwa mereka menyukai pembelajaranyang menggunakan teknologi informasi. Karena itu, cara dan sarana pembelajaran konvensional yang mengandalkan tatap muka perlu dirubah ke cara pembelajaran blended learning yang memadukan antara tatap muka dengan pembelajaran berbasis teknologi informasi. Di samping blended learning, Sistem pendidikan dan pelatihan yang mengadopsi Keterampilan Abad 21 juga berdampak pada beberapa paradigma pendidikan, seperti peserta didik menjadi pusat pembelajaran dan ketersediaan dalam melakukan blended learning sehingga perlu juga menguasai kecakapan dalam belajar dan berinovasi (learning and innovation skills) yang memiliki komponen antara lain berpikir kritis dan mengatasi masalah, kecakapan berkomunikasi dan berkolaborasi, serta kreativitas dan inovasi. Kecakapan media informasi dan teknologi (information media and technology skills) memiliki komponen literasi informasi, literasi media, literasi TIK. Pembekalan kecakapan semacam ini dikemas dengan istilah Keterampilan Abad 21 (21st Century Skills).
Pembelajaran untuk Pembangunan Berkelanjutan
Dalam menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan sesuai dengan perkembangan kemajuan zaman, diperlukan sumber daya yang dilengkapi dengan kemampuan Abad 21. Melalui Pembelajaran Abad 21, peserta didik diharapkan menguasai kecakapan, yang meliputi kecakapan hidup dan berkarier, kecakapan dalam belajar dan berinovasi, serta kecakapan memanfaatkan informasi, media, dan teknologi. Pengusaha meyakini bahwa sekolah harus memasukkan ketrampilan abad 21 dalam kurikulum. Peserta didik harus memahami lebih dari sekedar membaca, menulis dan mehitung namun pserta didik harus menguasai ketrampilan yang lebih luas yaitu ketrampilan menjalani kehidupan. Sekolah harus memberikan pengalaman yang ekuel kepada pesrta didik yaitu ketrmpilan dasar dan ketrampilan abad 21.
Ketrampilan yang menunjang keberhasilan dalam bekerja yaitu Etika Kerja, Kolaborasi, Komunikasi yang baik, tanggung jawab sosial, berpikir kritis dan pemecahan masalah. Ketrampilan yang dibutuhkan saat ini adalah ketrampilan praktis aplikatif meliputi profesionalisme, kolaborasi, komunikasi, tanggung jawab sosial , critical thinking, kreatif dan inovatif, serta lifelong learning.
Keseimbangan antara memenuhi kebutuhan pembangunan daerah dan kebutuhan untuk memperkenalkan Keterampilan Abad 21 harus diatur dengan baik karena masyarakat lokal memiliki tuntutan selain untuk pelestarian budaya dan bahasa, juga mengharapkan mobilitas sosial dan geografis pada anak-anaknya. Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan istilah ESD (Education for Sustainable Development) dimaknai sebagai upaya memberikan peserta didik dua jenis kecakapan, yaitu (1) pengetahuan, kemampuan, dan nilai-nilai untuk menjawab tantangan-tantangan sosial, lingkungan, dan ekonomi pada Abad 21, serta (2) kecakapan untuk membantu merawat dan memulihkan kualitas lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial. Selain itu, ESD menumbuhkan pemahaman peserta didik tentang permasalahan yang dihadapi terkait dengankeberlangsungan. pembangunan, perspektif dan kebutuhan masyarakat yang berbeda pada generasi bangsa Indonesia berikutnya dan di belahan dunia yang lain.
ESD dimasukkan ke dalam proses sebagai sarana untuk memberdayakan peserta didik dan mendorong peserta didik agar belajar dari dalam sekolah dan dari lingkungan mereka di luar sekolah.
Dari Kompetensi ke Kapabilitas
Dalam jagat pendidikan dikenal tiga model pendidikan, yaitu apa yang dikenal dengan sebutan (1) model pelatihan (training model), (2) model pengembangan profesional (professional development model), dan (3) model pengembangan kapabilitas (capability development model). Model pertama dan kedua sangat popular dalam pendidikan ala industrial, yang “mengeksploitasi” sumber daya manusia untuk tujuan reproduksi ekonomi melalui pendidikan. Landasan berpikirnya adalah teori efisiensi sosial, yaitu
bahwa kurikulum pendidikan didesain berbasis kompetensi dengan rujukan utama kebutuhan kerja (job) pada area okupasi atau profesi tertentu. Dengan demikian, pendidikan menjalankan tugasnya dengan efisien karena fiksasi cakupan kompetensi dalam kurikulum amat jelas, definitif, dan rigid.
Sejalan dengan pembelajaran abad 21 , Industri 4.0 yang pada hakekatnya adalah industri berbasis internet sangat krusial untuk digunakan pada kegiatan Proses Belajar Mengajar baik oleh Guru ataupun Peserta Didik. Sarana penunjangnya sudah digenggaman Guru dan murid yaitu Hand Phone yang berbasis Android. Seharusnya tidak ada lagi kendala sarana prasarana jika proses belajar mengajar menggunakan multimedia yang jauh lebih menarik bagi siswa siswi untuk explore materi pembelajaran. Guru dan siswa berinteraksi langsung misalnya dengan menggunakan Whats Up pada kegiatan belajar mengajar yang lebih menarik ketimbang berbasis papan tulis yang cenderung ortodoks dalam proses belajar mengajar. Desain pembelajaran dapat dikemas Audio Visual selain berbasis teks dalam bentuk Words ataupun Power Point.
Revitalisasi Pembelajaran layak dilaksanakan mulai saat ini karena sudah memenuhi beberapa unsur yaitu Pembelajaran abad 21, Revitalisasi Industri 4.0 , jaringan koneksi internet yang memadai, sarana prasarana berada digenggaman guru dan murid. Lembaga pendidikan , Guru, Siswa, dan wali murid harus berpikir positif keberadaan HP untuk dimanfaatkan merevitalisasi Pembelajaran yang lebih menarik bagi penggunanya. Guru harus mampu mengelaborasi media ajar yang dikembangkan agar peserta didik memiliki kecakapan pembelajan abad 21.
——— *** ———–

Rate this article!
Tags: