Revitalisasi Penguatan Pendidikan Karakter di Masa Pandemi

Oleh:
Nur Cholissiyah, M. Pd.
Pemerhati Pendidikan dan Pengajar di SMPN 3 Kedungadem, Bojonegoro.

Penguatan pendidikan karakter dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) sering kali masih berasa hambar, dan cenderung hanya berupa transformasi pengetahuan saja. Kendati berbagai permasalahan yang muncul kerap sekali diperbincangkan hampir di media- media ataupun di slide-slide webinar. Pendidikan di masa pandemi Covid 19 ini dihadapkan berbagai tantangan. Tantangan yang berat salah satunya adalah bagaimana penguatan pendidikan karakter oleh pihak sekolah upayakan dalam PPJ; Apa saja nilai-nilai karakter yang dapat diintegerasikan melalui PJJ?; Seberapa besar harusnya peran orang tua dan pendidik dalam penguatan pendidikan karakter anak-anak di rumah? Sehingga penguatan pendidikan karakter dalam pembelajaran PJJ di masa pandemi Covid 19 dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Acap kali muncul pandangan keliru Pendidikan di masa pandemic Covid 19 ini berbalik arah menjadi tanggungjawab orang tua di rumah. Hal ini sering kali berbenturan dengan tanggungjawab pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga sehingga kadang masalah ini menjadi fenomena baru yang membelit ketika kita tidak pandai menyiasatinya. Seringkali kepentingan ekonomi menjadi hal yang paling primer dan amat mendesak untuk diprioritaskan. Rentetan dari alasan-alasan itu tak khayal juga berpengaruh perubahan pola layanan guru. Pelayanan yang menuntut guru untuk lebih fleksibel dalam pengaturan jadwal, menyesuaikan kondisi peserta didik dan kesempatan dimilikinya. Lebih-lebih ini terjadi pada pendidikan usia dini dan pendidikan dasar. Perlu campur tangan kedua belah pihak antara guru dan orang tua. Penguatan Pendidikan karakter sedapat mungkin harus mampu berjalan secara harmoni antara guru dan orang tua saling melengkapi dan bersinergi. Agar terwujud keberlangsungan pendidikan yang berkarakter .

Hal ini sesuai dengan Permendikbud No 20 Tahun2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Peraturan Menteri Pendidikan tentang Pendidikan karakter harus tetap menjadi role of play dalam penyelenggaraan pendididkan karakter baik oleh guru maupun oleh orangtua. Dengan harapan bahwa Penguatan Pendidikan karakter tetap berjalan sesuai jalur dan berpegang pada tataran normatif yang ada. Penguatan Pendidikan karakter juga bukan hanya untuk peserta didik ansich. Akan tetapi penguatan Pendidikan karakter juga untuk pendidik dan orang tua. Bagaimana seorang pendidik dan orang tua memiliki komitmen dalam penguatan karakter pada peserta didik dan anaknya. Ketika Penguatan Pendidikan karakter pada dirinya rentan melemah lebih-lebih di masa pandemik saat ini. Tentunya up-grade pengetahuan menjadi suplemen yang perlu dilakukan guru dan orang tua. agar sebagai pelaku dalam mengimplematasikan kurikulum pendidikan karakter bisa berjalan sebagaimana mestinya.

Selain itu menurut Iwan Syahril, Direktur Jenderal dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) memandang kurikulum terpenting sesungguhnya adalah keteladanan.” Kurikulum terpenting bagi anak-anak kita dalam masa pandemi covid 19 adalah teladan semua orang dewasa di sekeliling mereka. Semisal kita memilki opsi mengeluh dan menyerah, namun kita juga ada opsi bangkit dan berjuang. Pendidik dan orangtua harus mampu memberikan teladan terbaik karena itulah kurikulum yang akan membekas dan berdampak disepanjang hidup anak-anak. Kurikulum bisa kita ciptakan sendiri atau menggunakan kultur budaya yang terdapat di masyarakat.

Disamping itu menurut Prof. Suyanta, Ph.D., Dosen Universitas Negeri Yogyakarta berpendapat bahwa penguatan Pendidikan karakter guru dalam pembelajaran mempromosikan nilai-nilai kultural merancang Pendidikam Jarak Jauh (PJJ) bagi siswa sangat mendesak untuk dilakukan oleh pendidik. Hal ini menjadi tentunya mendorong pendidik agar memiliki komitmen yang teguh dalam penguatan Pendidikan karakter pada pembelajaran yang dikelolanya . Nilai-nilai kultural itu bisa berupa membiasakan berdoa sebelum pembelajaran cerminan karakter religious, kemudian dilanjutkan menyanyikan Indonesia Raya sebagai bentuk rasa cinta tanah air. Peserta didik kita ajak untuk merapikan tempat sekarang di belajar dan menanyai apakah sudah menyapu. Hal ini menuntun peseta didik agar memiliki rasa cinta lingkungan. Semisal kegiatan yang saya lakukan sebelum pembelajaran yang saya tanyakan kepada peseta didik adalah : Have you take a bath in the morning?; Have you sweeping the floor your home?; have you preapare you book?;have you watering your flower?;Have you ever helping your parent at home? dan lain sebagainya, Kemudian peseta didik memberi respon seperti : yes, mom, I will, mom, I have, mom atau not yet, mom dan lain-lain selain itu karakter yang bisa kita promosikan adalah pendidik diharapkan mampu menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang diajarkan, di samping itu kemandirian dan kerja keras serta disiplin dalam pengumpualan tugas juga perlu kita perhatikan, selanjutnya memberi pujian atau reward bagi yang sudah mengumpulkan sebagai cerminan nilai karakter menghargai karya peserta didik. Selain itu pula karakter tekun untuk memantau informasi yang terdapat misalnya aplikasi sifajargoro (baca: Platform aplikasi belajar di Kabupaten Bojonegoro), Google Classroom, Zoom Cloud, What APP Group dan lain-lain,

Dari paparan diatas penulis mengajak penguatan Pendidikan karakter jangan kita abaikan agar ke depan output pendidikan di Indonesia ini bisa memiliki daya saing global dan tentunya karakter yang unggul. Karakter itu dapat tertanam dengan baik sekitar kita, ditanam di tempat yang subur akan karakter, disiram secara inten dengan keteladanan dan dipupuk dengan kegiatan-kegiatam positif yang dapat membentuk karakter handal.

Tags: