Revitalisasi RPH Krian dengan Teknologi Australia

Ketua fraksi PAN, Bangun Winarso

Ketua fraksi PAN, Bangun Winarso

Sidoarjo, Bhirawa
DPRD Sidoarjo akan mendesak revitalisasi RPH (Rumah Potong Hewan) Krian dengan membangun RPH modern yang teknologinya diimport dari Brisbane,Australia. Dengan sistem modern ini setiap hari bisa memotong lebih 100 ekor sapi tanpa bau limbah yang menusuk hidung.
Anggota DPRD Sidoarjo, Bangun Winarso, Kamis (4/2) kemarin mengungkapkan, desakan revitalisasi akan disampaikan dalam rapat Musrenbang Kec Krian. Hasilnya akan disampaikan Musrenbang Kabupaten. Ujungnya masuk di KUA PPAS. Desakan ini sangat realistis karena keberadaan RPH yang ada saat ini selalu menjadi persoalan bagi masyarakat.
Alat modern yang sempat dilihat langsung dari pusat peternakan sapi di Brisbane, Australia bekerja sangat canggih. Hanya butuh satu dokter hewan, 20 jagal untuk menyelesaikan 100 sapi sampai 300 sapi. Sapi yang sudah masuk area penjagalan cukup diberi tanda (label) di telinga untuk menandai siapa pemilik sapi itu. Misalnya dengan mengisi telinga sapi di bagian tertentu untuk memberi ciri khas sang pemilik. Sehingga pemilik sapi tak boleh masuk ke dalam ruang pemrosesan dan hanya boleh menunggu di tempat finishing.
Di situ sudah dipisahkan antara kulit, daging dan tulang serta kepala. Itupun sudah dikemas rapi. Dan pemilik sapi tinggal mengangkut ke dalam mobil untuk dibawa pulang. Dengan RPH konvensional yang ada di Krian saat ini pada umumnya pemilik sapi boleh masuk ke dalam ruang jagal dan melihat proses potong sampai selesai. Alat modern ini dapat menghilankan bau dari limbah sapi, baunya tidak menusuk hidung. Dengan alat potong modern mendatangkan peralatan potong sapi ini beayanya Rp16 miliar. ”Memang mahal, tetapi nilai uangnya sebanding dengan kebutuhan masyarakat. APBD Sidoarjo,” kata Bangun.
Bangun juga menjelaskan, sangat mampu untuk merevitalisas RPH Krian menjadi modern. Dengan anggaran Silpa yang Rp145 miliar, sebenarnya sudah bisa diambil sebagian untuk membangun RPH Krian
Kebutuhan daging sapi di Sidoarjo saat ini 70 ekor per hari. Sedangkan alat potong modern ini bisa menuntaskan 100 ekor sapi. Malah bila dimungkinkan kebutuhan bertambah, maka jumlah sapi yang dipotong bisa lebih 100 ekor. Sehingga tak perlu banyak RPH. Cukup ada di satu lokasi tetapi bisa menyelesaikan semua kebutuhan daging.
Masalah lingkungan yang selalu muncul di setiap RPH seperti di Ngelom dan sekarang munul RPH liar di Taman, sudah tidak perlu lagi terjadi. Penyebaran RPH Sidoarjo itu ada di beberapa tempat seperti di desa Jabon, Kec Waru. Kec Tulangan, Taman, dan sebagainya.
Penyebaran polusi yang ditimbulkan akhirnya juga menyebar rata di berbagai pelosok kecamatan, akibat RPH tidak memiliki instalasi dan sanitasi yang baik untuk menetralisir kotoran sapi. Ia berharap Pemkab mau mendengar desakan ini untuk memajukan dan memakmurkan rakyat Sidoarjo. [hds]