Revitalisasi SMK Sasar Bidang Agrobisnis

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo dan Kepala Dindik Jatim membuka seminar dan Pameran SMKN 12 di JX International Convention Hall, Kamis (3/5).

Dindik Jatim, Bhirawa
Sejumlah jurusan yang potensial menjadi fokus revitalisasi SMK di Jatim. Di antaranya ialah bidang agrobisnis dan agroteknologi yang keduanya masih saling berhubungan. Hal ini senada dengan potensi agro di Jatim yang cukup besar baik primer maupun sekunder. Bahkan, dengan teknologi sederhana, Jatim surplusnya Rp 164 triliun dibanding dengan provinsi lain.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo usai membuka Seminar Nasional dan Pameran Karya SMKN 12, di Jatim Expo, Kamis (3/5). Dalam seminar bertajuk Agrobisnis dan Agroteknologi sebagai Orientasi Revitalisasi Pendidikan Vokasi di Jatim, Gubernur Jatim mengungkapkan potensi bidang agro yang harus diisi oleh pendidikan. “70 persen pendidikan vokasional harus terstandarisasi minimal BSN,” katanya.
Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim melanjutkan, pendidikan vokasional bisa melalui dua cara. Pertama pendidikan formal SMK, kedua dual track SMA serta Aliyah. “SMA dan Aliyah harus ada pendidikan vokasionalnya. Kalau tidak kita bisa pada posisi sulit,” terangnya. Untuk itu Pemprov Jatim menarget tahun 2019 komposisi 70 persen SMK dan 30 persen SMA tuntas.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Saiful Rachman menambahkan, pengembangan SMK ke arah pertanian dan pengolahan hasil pertanian sesuai dengan potensi masing-masing. Saat ini ada sekitar 50 SMK negeri dan beberapa SMK swasta yang sudah berjalan. “Yang SMKN 5 Jember itu sudah mengembangkan kerja sama dengan Belanda, kemudian SMK di Gondang, Nganjuk juga terus didorong,” katanya.
Mantan Kepala Badiklat Jatim ini menyatakan, SMK di Gondang lahannya cukup luas dengan 23 hektar. Teknologi pertanian di sekolah tersebut juga berkembang. Bahkan, beberapa produk hasil pengolahan pertanian sudah bisa dikatakan layak jual. “Rata-rata, SMK yang mengembangkan sektor pertanian didukung penuh alumninya. Alumninya itu untuk pertanian sangat fanatis,” jelasnya.
Contoh lain, lanjut Saiful, adalah SMKN di Jember. Sekolah itu memiliki peternakan yang menghasilkan ayam petelur. Telurnya itu untuk konsumsi wilayah Jember dan ayam pedagingnya juga untuk konsumsi wilayah Jember. “Dan kemarin itu ditambah lagi dengan ternak kelinci. Kelinci itu tidak ada yang terbuang, urinnya juga dijual untuk pupuk cair. Jadi sudah hebat,” pungkas dia. [tam]

Tags: