Revolusi Industri 4. 0 Bagi Masyarakat Indonesia

Oleh :
Ike Dwi Ambarwati
Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang 

Revolusi industri generasi keempat merupakan sebuah perubahan dunia dibidang teknologi. Dimulai dengan kemunculan robotika, sistem berbasis elektronik, kendaraan tanpa pengemudi, segala yang berbau otomatis, bahkan manusia yang lebih mengoptimalkan kerja otak tanpa perlu mandi keringat. Di tahun 2018 menjelang Pilpres ini menjadi suatu acuan kepada pemerintah yang terpilih guna mengendalikan masyarakat dalam era pembaharuan industri. Objek utama yakni masyarakat selaku pencipta generasi milenial khususnya mahasiswa sangat perlu mendapat arahan untuk mempersiapkan berbagai macam tantangan perubahan pola baru. Seperti dampak terciptanya jabatan dan keterampilan kerja baru dan hilangnya beberapa jabatan lama. Revolusi industri 4.0 merupakan integrasi pemanfaatan internet dengan produksi di dunia industri. Perubahan pun terjadi dalam dunia industri dewasa ini yang ditandai berubahnya iklim bisnis dan industri yang semakin kompetitif karena perkembangan teknologi informasi. Karena itulah, lembaga pendidikan sat ini diminta untuk lebih fokus dan siap untuk menghasilkan lulusan yang berdaya saing, produktif, dan memiliki nilai tambah sesuai kebutuhan pasar kerja. Tidak hanya itu, untuk membuat Indonesia versi 4.0 tentunya negara mulai beradaptasi dengan ragam bentuk baik dari perekonomian dan pembangunan. Hal ini terbukti dengan ragam bentuk pemberlakuan sistem yang berupa digital dan otomatis. Rasanya, hal-hal berbau otomatis malah membuat masyarakat tidak semakin canggih, tetapi malah bermalas-malasan. Akibatnya banyak penyimpangan dan ketidakpahaman masyarakat terhadap revolusi industri yang berjenjang. Banyaknya fakta yang mengatakan bahwa perubahan revolusi ini menjadi perdebatan yang sering terdengar. Seperti contoh keadaan e-banking yang menurutnya lebih memudahkan masyarakat dalam sistem pembayaran pesat juga tidak perlu mengantri dan mencari lokasi bank. Hampir 30 persen petugas yang bekerja lama kelamaan akan menghilang selang beberapa tahun kedepan. Hal ini disebabkan dengan teknologi yang canggih, sehingga pengontrolan sistem bisa hanya dilakukan disatu tempat. Disisi lain, pemberlakuan e-money atau biasa kita sebut e-banking ditahun 2017 mulai diberlakukan untuk pembayaran jalan tol pun punya dampak terhadap pekerja yang selama ini melayani pembayaran tunai di semua pintu jalan tol. Jadi, pengguna tol diwajibkan harus memiliki e-money agar bisa melewati tol dengan nyaman, karena sistem yang bekerja mulai berbasis digitalisasi. Contoh lain yakni keadaan toko disekitar mall yang tutup karena sering dipolitisasi dengan argumentasi bahwa kecenderungan itu disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat. Akan tetapi, toko tadi memang mulai mengalami masalah yakni penurunan pembeli. Ternyata, memang terbukti bahwa masyarakat saat ini lebih konsumtif pada pembelian media sosial. Tak heran jika minimnya pengunjung karena sebagian masyarakat perkotaan lebih memilih sistem belanja online. Baik dari berbelanja sepatu, baju, bahkan makanan. Masyarakat yang dulunya sangat antusias terhadap media berita surat kabar, kini mulai menghilang. Tentunya pekerja surat kabar ini mengalami persaingan yang cukup tinggi dengan hadirnya berbagai macam media online. Masih banyak lagi contoh perubahan yang mulai terasa disekitar lingkungan masyarakat milenial kini. Perubahan-perubahan besar menjadi tak terhindarkan ketika dunia harus bertransformasi mengikuti perubahan zaman yang lebih berteknologi.
Era industri 4.0 ini, negara khususnya Indonesia dalam masa perkembangannya perlu memantapkan pemahaman di segala urgensi masyarakat sebagai objek yang merasakan perubahan zaman yang lebih otomatis ini. Selain itu, masyarakat juga perlu disadarkan terkait hakikat era Industri 4.0 dengan segala konsekuensi logisnya. Langkah ini penting karena belum banyak masyarakat yang paham akan keberlangsungan dan dampak dari revolusi industri 4.0. Selain itu, beberapa masyarakat yang sudah melakukan perubahan akibat dari era industri 4.0 belum bisa membuktikan kepeduliannya pada tantangan sistem digitalisasi. Istilahnya, mereka hanya sebagai penikmat dan ketergantungan terhadap fasilitas yang diberikan oleh beberapa mesin digitalisasi tanpa peduli terhadap perkembangan dunia ekonomi, sosial, dan politik. Untuk itu, negara ada baiknya untuk memberikan pemahaman kepada seluruh elemen agar semua masyarakat bisa paham dan responsif terhadap segala tantangan yang akan mereka alami dikemudian hari. Termasuk pada generasi milenial yang disebut sebagai generasi mahir berteknologi. Dalam dunia pendidikan, harusnya generasi ini siap menghadapi kurikulum yang basisnya mulai berubah seiring kebutuhan era industri. Kurikulum yang dirombak sesuai dengan kebutuhan revolusi industri 4.0 sebaiknya bisa menjadi salah satu bentuk pelatihan yang harapannya bisa menghasilkan generasi produktif dengan berbagai suguhan digitalisasi . Sehingga, sebutan milenial yang tidak lepas dari dunia teknologi bisa turut berpartisipasi terhadap keadaan sosial. Kurikulum yang disesuaikan dengan era indutri ini diharapkan bisa merubah pola pikir generasi agar lebih kompetitif dan peduli dengan dunia politik dan ekonomi yang ada di Indonesia.
Berbicara tentang ekonomi di industri 4.0 ini, Indonesia sudah menyiapkan rancangan yakni Making Indonesia 4.0. Maksud dari rancangan ini adalah sebagai strategi memasuki era digital khususnya dalam sistem produk juga menetapkan arah yang jelas bagi masa depan industri nasional. Penguatan lima sektor manufaktur yakni termasuk dalam industri elektronik, kimia, makanan, minuman, dan otomotif diperkuat oleh pemeritah sebagai penopang kesuksesan sumber daya di Indonesia. Dalam strategi ini juga sembari dijalankan dengan 10 inisiatif nasional seperti yang dikatakan oleh Jokowi untuk memperkuat struktur perindustrian Indonesia, termasuk inisiatif mempersiapkan tenaga kerja handal berketerampilan khusus untuk penguasaan teknologi terkini.
Negara Indonesia dikawasan Asia pada era industri 4.0 ini bisa berprofesi sebagai penggiring Asia karena beberapa potensi salah satunya pemasaran dan keterampilan. Sejatinya, jumlah pengguna teknologi seperti internet di Indonesia cukup banyak. Bahkan generasi milenial yang hampir melek teknologi bisa dipastikan dapat menggiring dan meningkatkan kapasitas. Milenial kini yang sangat erat dengan teknologi atau gadget juga diharapkan bisa berkoalisi dengan berbagai bentuk pelatihan. Bisa melalui jalinan komunikasi berbahasa asing dan juga managemen kewirausahaan dalam persaingan pasar. Untuk itu, perlu adanya pembaharuan kurikulum yang dibuat oleh pemerintah dan diterapkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan era indutri melalui pelatihan dan kursus yang memacu pada skill berteknologi canggih untuk melahirkan generasi yang berdaya saing tinggi atau biasa kita sebut kompetitif.

———- *** ———-

Tags: