‘Revolusi’ Tim Sepakbola

Karikatur SepakbolaZulkifli Syukur, dan kawan-kawan harus pulang lebih awal dari Vietnam. Target Riedl masuk final kejuaraan AFF 2014, bagai “jauh panggang dari api.” Tidak lolos ke babak kedua. Itulah ajang prestasi sepakbola internasional yang paling kecil, namun gagal pula mengukir prestasi. Posisi Indonesia semakin melorot. Ini pertanda, bahwa sistem pembinaan timnas sepakbola memerlukan “revolusi.” Bukan sekadar permasalahan PSSI, melainkan kewajiban pemerintah.
Tiada timnas kontingen sepakbola (U-19, U-23 dan senior) bisa memenuhi target BTN (Badan Tim Nasional) PSSI. Harapan terakhir pada timnas asuhan Alfred Riedl, malah tidak menghasilkan apapun. Sebelumnya, pelatih Indra Sjafrie, dan Aji Santoso, tak cukup “taji” untuk membawa pengharapan. Anehnya, kegagalan seluruh timnas ditimpakan sebagai kesalahan pelatih. Kadang  benar, tetapi faktor lain wajib pula diperbaiki.
Kesalahan Riedl misalnya, tidak memanggil Andik Virmansyah. Padahal Andik pada AFF tahun 2012 lalu berhasil membobol gawang Singapura. Kontingen Singapura merupakan paling disegani pada ajang AFF, karena telah empat kali menjadi juara. Dalam sejarah AFF, Indonesia bertemu Singapura 7 kali, hanya dua kali seri, selebihnya selalu kalah. Gol Andik Virmansyah itulah yang membawa “tuah” untuk pertama kali timnas Garuda mengalahkan “The Lions.”
Kesalahan lainnya, Riedl terlalu percaya kepada pemain tua (yang terbukti tidak berkutik). Sedangkan pemain muda yang dibawa tidak di-eksplorasi maksimal. Misalnya, Evan Dimas tidak diturunkan ketika melawan Filipina. Itu kesalahan Riedl paling fatal. Padahal terbukti ketika melawan Laos, Evan Dimas mencetak gol dan memberi umpan matang kepada Ramdani Lestaluhu. Riedl, seolah-olah memakai “kacamata lain” untuk mengelola timnas.
Faktor ke-pelatih-an timnas sepakbola menjadi pilar utama, selain ketrampilan pemain. Fungsi pelatih sering disebut sebagai skenario atau komandan luar lapangan. Pelatih sepakbola memang benar-benar pengatur strategi menghadapi lawan. Sehingga pasti, setiap pelatih wajib memiliki catatan kekuatan lawan secara detil. Satu per-satu tiap individu harus diketahui kecepatan berlarinya, serta kekuatan tendangannya.
Dengan catatan itu, pelatih bisa menentukan sistem pertahanan, siapa melawan siapa. Begitu pula arah serangan harus mengetahui kekuatan lawan (pemain bertahan). Karena fungsinya itu pelatih juga disebut sebagai manajer tim. Gajinya lebih tinggi dibanding pemain. Di seluruh dunia, tak lebih dari 10 klub yang  meng-gaji pemain melebihi pelatih. Perhitungan gaji juga dikalkulasi oleh  pelatih berdasarkan catatan kinerja pemain.
Tetapi Indonesia sebenarnya pernah tepat memilih pelatih. Pada ajang SEA Games, Indonesia pernah naik podium tertinggi pada tahun 1987, dibawah asuhan Bertje Matulapelwa. Juga pelatih ekspatriat (asal Uni Soviet) Anatoly Polosin tahun yang sukses membawa gelar juara pada tahun 1991. Setelah itu kesertaan PSSI pada even internasional, single even maupun multy even, selalu gagal. Antaralain Rahmad Darmawan, gagal pada dua kali SEA Games.
Begitu pula Aji Santoso gagal pada Asian Games XVII di Incheon 2014.  Sebelumnya, pelatih Nil Maizar juga gagal pada piala AFF 2012. Lalu Indra Sjafrie keok pada piala Hasanal Bolkiah 2014. Indra juga gagal melampaui fase grup pada piala Asia (AFF) U-19 di Myanmar (Oktober 2014). Padahal telah dilakukan laga ujicoba lebih dari 30 laga di dalam dan luar negeri. Karena itu serta-merta BTN mencopot pelatih timnas U-19.
Kegagalan dan kemerosotan prestasi sepakbola wajib menjadi perhatian seksama PSSI. Bahkan diperlukan campur tangan pemerintah, sampai melibatkan kepemimpinan nasional (Presiden Jokowi). Sebab problemnya menyangkut pendanaan. Selama ini anggaran ke-olahraga-an masih menempati urutan ke-14 alokasi sektoral dalam APBN.
Walau bukan prioritas, anggaran ke-olahraga-an patut dipertimbangkan. Hal itu mengingat prestasi olahraga dianggap sebagai simbol kesejahtreraan nasional.

                                                                                                      —————– 000 ——————

Rate this article!
Tags: