Puluhan Ribuan Hektar Pertanian Kekeringan

Ribuan Hektar Pertanian Kab.Malang KekeringanKab.Malang, Bhirawa
Lahan pertanian di wilayah Kabupaten Malang seluas 17.562 hektar dalam musim kemarau saat ini telah mengalami kekeringan. Kondisi ini dikhawatirkan akan mengancam ketahanan pangan.
Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Malang Wahyu Hidayat, Minggu (9/8), kepada wartawan menjelaskan total luas lahan pertanian yang terdampak kekeringan sebesar 39,9 persen atau seluas 17.562 hektar.
“Dari persentase lahan yang mengalami kekeringan tersebut, berada di lima kecamatan. Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Jabung, Turen, Pakis, dan Kecamatan Gondanglegi,” ungkapnya.
Dijelaskan, dari total lahan sawah yang saat ini alami kekeringan dalam kendali Dinas Pengairan tercatat 39,9 persen terdampak kekeringan, tidak mendapatkan pasokan air. Sehingga pihaknya memberlakukan pola gilir dalam mengairi areal pertanian. Meski petani kesulitan dalam mendapatkan pasokan air untuk mengairi lahan pertaniannya. Namun, mereka rata rata sudah memahami musim kemarau ini, sehingga dimodel sistem gilir. Selain itu, Wahyu masih menjelaskan, sebagian warga sudah memahami saat memasuki musim kemarau itu dengan berganti pola tanam dari padi menjadi palawija. Sehingga tidak banyak petani yang terancam gagal panen, diantarnya tanaman padi. Karena mereka sudah mengetahui proses alam dari penghujan ke kemarau.
“Sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukannya ketika memasuki musim kemarau, “paparnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menambahkan, pada saat musim hujan areal persawahan terdampak itu sepenuhnya terairi. Namun sebaliknya, pada musim kemarau ini terpaksa bergantian untuk mendapatkan pasokan air. Sedangkan pasokan air digilir dua sampai tiga hari sekali baru areal sawah terairi.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Malang Tommy Herawanto menyatakan, luas lahan pertanian padi di Kabupaten Malang, saat ini mencapai 43.000 hektar.
Sementara, dari luas lahan itu, seluas 27.000 hektar di antaranya diubah menjadi pertanian palawija selama musim kemarau ini. Perubahan pola cocok tanam itu sebagai antisipasi agar tak terjadi kekeringan jika tetap ditanami padi saat musim kemarau.
Perubahan pola cocok tanam itu, tegas dia, telah disepakati antara para petani dan petugas penyuluh lapangan. “Jika para petani tetap memaksa menanam padi saat musim kemarau, bisa berdampak kekeringan dan gagal panen. Karena itu telah ada pemahaman dan kesepakatan agar mengubah pola tanam saat masuk musim kemarau,” terangnya.
Tommy mengatakan, sebagian besar lahan pertanian padi yang berubah jadi sawah padi menjadi palawija berada di kawasan Malang Selatan, salah satunya di wilayah Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Donomulyo, dan Kalipare juga masuk wilayah kawasan rawan kekeringan jika musim kemarau tiba.
Sejauh ini,  ia juga menjelaskan, sudah ada laporan sebanyak 10 hektar lahan pertanian padi di Kecamatan Sumbermanjing Wetan kekeringan dan terancam gagal panen.
“Dengan adanya laporan itu, Ditanbun sendiri telah membantu pompa air untuk membantu petani agar mendapat pasokan air yang kita ambil dari sungai yang debit airnya masih tinggi,” ujarnya.
Ditegaskan Tommy, mayoritas sawah di Kabupaten Malang adalah sawah tadah hujan. Sehingga jika musim kemarau dipastikan petani akan kesulitan air untuk mengairi sawahnya.  Sementara, dirinya menargetkan jika di Kabupaten Malang pada tahun ini akan surplus produksi padi seberat 72.000 ton dari total target produksi padi sebanyak 500.000 ton pada 2015 ini.  [cyn]

Tags: