Ribuan Nelayan Pesisir Pasuruan Tak Tertarik Ikut Asuransi Mandiri

Nelayan di pesisir utara Kota Pasuruan saat memperbaiki jala penangkap ikan di Pelabuhan Kota Pasuruan, Selasa (17/9).

(Faktor Tangkapan Ikan Tak Menentu)

Pasuruan, Bhirawa
Sebagian besar nelayan di pesisir Kota Pasuruan tidak tertarik mendaftarkan program asuransi nelayan mandiri. Alasannya adalah selain akan terbebani oleh pembiayaan, juga diduga jaminan asuransi akan sulit diakses ketika nelayan tertimpa musibah.
Salah satu nelayan di pesisir Kota Pasuruan, Baidi menyampaikan pendapatan mencari ikan yang tidak tentu membuat dirinya enggan mendaftarkan diri ke program asuransi nelayan mandiri.
“Terus terang saja, saya kurang minat terhadap asuransi itu. Sebab nantinya saya akan terbebani biaya itu. Ini saja hasil mencari ikan juga tidak menentu. Sehingga saya katakan untuk asuransi itu saya tidak tertarik,” ujar Baidi warga Ngeplakrejo, Kota Pasuruan, Selasa (17/9).
Baidi menambahkan jaminan asuransi biasanya akan sulit diakses ketika nelayan tertimpa musibah. “Andaikata sudah mempunyai kartu asuransi nelayan, pemanfaatannya itu biasanya sulit. Apabila terkena musibah saat ngurusnya itu repot sekali,” kata Baidi.
Tak hanya itu, penyebab lainnya adalah informasi sosialisasi oleh petugas terkait dinilai kurang. Sehingga, nelayan tidak mengetahui adanya program asuransi.
“Yang jelas, saya tidak tahu manfaat program asuransi itu. Katanya manfaatnya sangat banyak. Tapi, nyatanya saya tidak mengerti dan sosialisasinya juga kurang,” kata Hadi, warga lainnya.
Ia bersama warga lainnya hanya mengharapkan agar program itu bisa dimanfaatkan secara mudah dan tanpa kendala. Karena dikhawatirkan, program asuransi hanya enak di dengar, namun sulit diakses ketika nelayan mengalami musibah.
“Secara teknis enak dan mudah. Tapi biasanya saat proses pengajuan banyak kendala,” urai Hadi.
Sementara itu, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kota Pasuruan, Romli mengakui bahwa program asuransi mandiri tak diminati nelayan di Kota Pasuruan.
Menurutnya, dari total nelayan di Kota Pasuruan sebanyak 2.070 orang, hanya 202 yang sadar untuk mengajukan asuransi secara mandiri.
“Padahal manfaat mengikuti program asuransi ini sangatlah banyak. Tapi tetaplah nelayan enggan mengikuti asuransi,” tandas Romli.
Adapun manfaat program asuransi itu salah satunya adalah keselamatan jiwa nelayan akan lebih terjamin. Namun, program tersebut sebatas himbauan dan tidak memaksa.
“Tidak benar katanya tidak ada sosialisasi. Yang jelas kami selalu gencar melakukan sosialisasi nelayan mandiri. Dan ini hanya himbauan, tidak ada paksaan. Harapan kami yang ikut asuransi untuk kebaikan mereka sendiri,” tambah Romli.
Terdapat tiga besaran premi pada asuransi mandiri ini. Yakni mulai dari Rp 75 ribu, Rp 100 ribu dan Rp 175 ribu. Masing-masing premi, tentunya berbeda pula nilai klaimnya.
Sekadar diketahui, 2016 lalu seluruh nelayan pernah diikutkan program asuransi berupa Bantuan Premi Asuransi Nelayan (BPAN) yang disubsidi langsung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Namun, program asuransi ini tidak berlangsung lama.
Apabila mereka ingin tetap dapat tercover, maka harus mengikuti asuransi secara mandiri. Hanya saja, tidak semua nelayan mengajukan asuransi mandiri. [hil]

Tags: