Ribuan Santri Ramaikan Ngaji Tani Akbar di Ponpes Zaha

Ngaji Tani Akbar dan Munas Santri Tani Nusantara di Ponpes Zaha. [wiwit agus pribadi]

Probolinggo, Bhirawa
Ribuan santri nusantara berkumpul di Pondok Pesantren (Ponpes) Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Probolinggo, sejak Sabtu dan Minggu (25-26/1). Ngaji Tani Akbar dan Munas Santri Tani Nusantara diisiatori Gus Harris, dihadiri perwakilan santri dari berbagai daerah seperti dari Kalimantan, Aceh, Sulawesi, Jawa dan beberapa daerah lain di nusantara.
Hadir Pula pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong, KH Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, serta Wadir II Politeknik Pembangunan Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (Perwakilan Kementan RI), Ismulhadi.
Menurut Pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong, Gus Harris Damanhuri Romly, pihaknya mengajak santri ngaji tani selama dua hari untuk bisa ikut mengembangkan pertanian di seluruh nusantara, demi tercapainya kedaulatan pangan nasional, serta menuju kemandirian pesantren. Melalui acara ini, para santri bisa menjadi motor penggerak dalam pengembangan segala bidang, mulai dari bidang kelautan, perikanan, peternakan maupun perikanan.
“Diharapkan para santri juga bisa mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang ada, apalagi Indonesia merupakan negara agraris dan maritim. Potensi yang dimiliki Indonesia harus kita kembangkan bersama melalui pondok pesantren,” jelasnya.
Untuk bisa mengelola dan mengembangkan sumber daya alam yang ada, Haris berharap pondok pesantren juga bekerjasama dengan perguruan tinggi. Sehingga pengelolaan pertanian yang dilakukan para santri sejalan dengan perkembangan teknologi.
Rektor Universitas Brawijaya Malang, Profesor Dr Ir Nuhfil Hanani menyebut, pengembangan pertanian harus diikuti perkembangan teknologi. Sebab kini kamajuan teknologi semakin berkembang pesat. ”Ngaji Tani di kalangan santri pondok pesantren memang hal yang sangat tepat untuk terus disuport,” ungkapnya.
Dalam pengembangan pertanian, Nuhfil menjelaskan, tentang pentingnya mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM). Sebab bila tak diimbangi dengan kemampuan diri maka sulit untuk bisa mengembangkan pertanian. Apalagi kini masih banyak petani di Indonesia yang hidupnya masih berada di garis kemiskinan. Sehingga Nuhfil mendorong semua elemen masyarakat baik pemerintah maupun pondok pesantren untuk mengembangkan sektor pertanian.
Prof Nuhfil menilai hingga kini petani cenderung menjual hasil pertaniannya dalam bentuk bahan baku.
Sehingga ke depan pihaknya akan mendampingi petani melalui pondok pesantren dalam hal pengelolaan pertanian yang baik, mulai dari pembenihan hingga panen dan pengelolaan pascapanen.
“Ini sangat bagus, karena pesantren – pesantren dan pertanian ada di pedesaan, sehingga kalau pesantren terlibat dalam pembangunan petani. Tinggal pemerintah memanfaatkannya,” kata Prof Nuhfil.
Pesantren di Indonesia sangat luar biasa. Ini merupakan suatu potensi pertanian yang luar biasa. Ia mencontohkan di Korea Selatan, yang mampu membangkitkan potensi ekonomi orang yang hidup di pedesaan dengan cara mengembangkan kerja sama dengan pemerintah dengan mengembangkan potensi pertaniannya.
“Santri merupakan motor atau tangan pemerintah, karena pemerintah itu harus memiliki tangan di level desa, salah satunya santri di pesantren ini. Ini terobosan yang luarbiasa, karena telah melibatkan pesantren,” tandasnya.
Ngaji Tani ini merupakan yang pertama di Indonesia. Diharapkan semua pesantren bisa mandiri dengan bertani. ”Dengan era teknologi seperti saat ini, para santri sudah mulai meninggalkan lahan sawahnya. Dan ke depan harapan kami, santri tak harus meninggalkan sawah atau lahannya, mereka akan dibimbing bertani, sehingga mereka terangsang untuk menekuni pertanian di desanya masing – masing,” tuturnya.
“Ngaji Tani Akbar ini, salah satu terobosan dari pesantren Zainul Hasan Genggong, agar santri menjadi tangan pemerintah di pedesaan. Pada zaman milenial saat ini, santri tidak boleh meninggalkan pertanian, mereka harus tetap konsisten bertani,” lanjut Gus Harris.
Gus Haris menyampaikan, digelarnya Ngaji Tani akbar itu, sebagai wawasan baru kepada santri di Ponpes Genggong. Harapannya petani dan masyarakat pondok pesantren, sebagai pusat kajian dan transformasi ilmu pengetahuan, berlandaskan faham keagamaan.
“Harapan untuk meningkatkan sumber daya lokal bidang pertanian. Selain itu peternakan, perhutanan dan perkebunan. Ini merupakan silaturrahim antara petani dan pakar pertanian bersama dunia pesantren di Genggong ini,” tandasnya.
Sesi pertama berupa Ngaji Tani Akbar dalam format diskusi panel, dilanjut sesi kedua Musyawarah Nasional Santri Tani Nusantara (Munas STN). Selain dua sesi itu, ada juga Sholawat Muhammad dan Muktamar Kopi Pesantren. Kaum alim pertanian dengan pesantren sebagai benteng pertahanan umat, dapat berkolaborasi untuk melakukan pemberdayaan pertanian sebagai ibadah sosial. [wap]

Tags: