Heru Waskito
Kota Batu, Bhirawa
Pemerintah Kota (Pemkot) Batu berupaya untuk mengoptimalkan fungsi tanah kurang produktif yang ada di dekat lahan hutan milik Perhutani. Salah satunya dengan merintis penanaman pohon kopi di 850 hektar tanah kurang produktif atau tanah marginal milik masyarakat.
“Sebelumnya kita sudah menanami tanah marjinal tersebut dengan pohon perkayuan. Seperti sengon, mahoni, jabon, dan trembesi,” ujar Kabid Kehutanan dan Perkebunan di Dinas Pertanian dan Kehutanan, Heru Waskito, Kamis (14/7). Adapun kebanyakan lahan marjinal tersebut berada di Desa Tlekung, Oro-Oro Ombo, dan Pesanggrahan.
Namun dengan penanaman pohon perkayuan tersebut membutuhkan waktu cukup lama, sekitar 5 tahun, untuk bisa dipetik hasilnya oleh warga pemilik lahan. Karena itu, Distanhut kini merintis untuk juga menanami tanah marjinal tersebut dengan pohon kopi.
Saat ini sudah ada 50-70 hektar lahan yang sudah ditanami pohon kopi sebagai rintisan. Pohon kopi dipilih karena hasil kopi Kota Batu memiliki ciri khas yang lebih baik daripada kopi yang ditanam di daerah lain.
“Pohon kopi rintisan ini sudah ditanam dan berusia 2 tahun. Dan tahun ini biji kopi yang dihasilkan sudah bisa dipanen,”jelas Heru. Namun Distanhut tak hanya memberikan pembibitan pohon dan pendampingan dalam pemeliharaan. Saat ini mereka juga menyiapkan pembinaan agar Petani Kopi ini bisa mengolah kopi sendiri. Untuk pengolahan, Distanhut juga menyedikan alat pemecah kulit kopi, alat penggorengan, dan alat penghalus atau seleb.
“Tahun ini juga akan kita ajarkan cara pengepakan kopi yang sudah diolah,”tambah Heru.
Untuk sementara, dalam memasarkan hasil panen kopi Distanhut juga menjembatani para Petani Kopi dengan pabrik pengolah kopi. Namun transaksi tetap dilakukan sendiri antara Petani Kopi dengan Pengusaha Kopi.
Adapun untuk lebih memotivasi para Petani Kopi, dalam waktu dekat Distanhut akan menyelenggarakan Festifal Kopi yang akan digelar di Coban Talun. Di event tersebut akan bertemu para ahli kopi baik itu petani maupun pengolah kopi. [nas]
