Risma, dari ASN, Wali Kota, Kini Menteri

Tri Rismaharini

Surabaya, Bhirawa
Jejak karir seorang aparatur sipil negara (ASN) memang tidak ada yang tahu. Ada yang mentok hanya menjadi staf selama karirnya, ada pula yang melejit seperti yang dialami Tri Rismaharini, yang baru saja ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjabat Menteri Sosial (Mensos) menggantikan Juliari Batubara yang ditangkap KPK atas kasus korupsi bantuan sosial.
Sosok perempuan yang akan segera melepas statusnya sebagai wali kota Surabaya ini memang pantas dijadikan idola atau panutan bagi para ASN. Hal itu tidak berlebihan, karena berkat kerja kerasnya sebagai ASN selama bertugas di Pemkot Surabaya, mampu mengantarkan dirinya sebagai wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan.
Sebelum ditunjuk menjadi Mensos, nama Risma sudah disebut-sebut bakal menduduki jabatan menteri usai gelaran Pilkada Surabaya 2020. Risma saat itu telah memberikan sinyal untuk menerima jabatan baru jika mendapat tawaran dari Presiden RI Joko Widodo dan persetujuan dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. “Nanti kita lihat, saya ikut Bu Mega saja,” kata Risma, saat dimintai tanggapannya beberapa waktu lalu.
Kabar tersebut akhirnya menjadi kenyataan saat Presiden Jokowi mengumumkan reshuffle kabinet di Istana Negara, Jakarta, pada Selasa (22/12) sore. Nama Risma diumumkan bersama lima nama menteri lainnya. Rencananya, Risma dan lima menteri lainnya akan dilantik di tempat yang sama hari ini, Rabu (23/12).
Risma lahir di Kediri pada 20 November 1961. Menjelang usia remaja, Risma dan keluarga pindah ke Surabaya dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kota Surabaya.
Risma mengenyam pendidikan di SMA Negeri 5 Surabaya, salah satu sekolah favorit di Surabaya. Anak ketiga dari lima bersaudara ini kemudian melanjutkan studi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) jurusan Arsitektur dan lulus tahun 1987.
Ia meniti karier sebagai seorang aparatur sipil negara di Pemkot Surabaya sejak tahun 1990-an. Kemudian untuk mengembangkan pengetahuannya, Risma melanjutkan pendidikan pascasarjana Manajemen Pembangunan Kota di ITS dan lulus pada 2002.
Selama di Pemkot Surabaya, Risma menjabat sebagai Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya (2001), Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota Surabaya (2001), Kepala Bagian Bina Pembangunan (2002), Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005), Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (2005), Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (2008).
Karier Risma kian melejit ketika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengusungnya menjadi Wali Kota Surabaya pada Pilkada Surabaya 2010. Kemenangan Risma di Pilkada, mengantarkannya dua periode memimpin Kota Surabaya.
Risma banyak mengubah wajah Kota Surabaya. Banyak taman-taman kota yang dibangun Risma seperti halnyapemugaran Taman Bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park, taman di Bundaran Dolog, taman buah Undaan, serta taman di Bawean. Bahkan di beberapa tempat lainnya yang dulunya mati sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya.
Selain itu Risma juga membangun jalur pedestrian dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman.
Tidak heran jika apa yang sudah dilakukan Risma di Kota Pahlawan tersebut Kota Surabaya telah berhasil meraih penghargaan Adipura pada tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 untuk kategori kota metropolitan.
Tidak hanya itu, pada 2014, Risma sempat membuat kehebohan karena kebijakannya menutup lokalisasi yang konon terbesar di Asia Tenggara yakni Gang Dolly. Risma kemudian menyiapkan rangkaian kebijakan untuk memberdayakan warga Gang Dolly melalui pelatihan keterampilan.
Atas jasa-jasanya untuk Kota Surabaya, pada 4 Maret 2015 Risma mendapatkan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa di bidang Manajemen Pembangunan Kota dari ITS Surabaya. Tidak hanya itu, Risma menempati posisi tiga wali kota terbaik di dunia menurut The City Mayors Foundation.
Menanggapi ditunjuknya Risma sebagai Mensos ini, pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam menilai, Risma yang akan mengakhiri masa jabatannya pada Februari 2021 ini cukup layak mengisi jabatan Mensos.
Menurut dia, jika mengamati perjalanan Wali Kota Risma dalam tiga tahun terakhir ini memang unik, dimana Risma sudah tiga kali ditawari jabatan menteri di kabinet Jokowi Widodo. Namun, lanjut dia, jawaban Risma tegas tidak berkenan dan ingin menuntaskan amanah dari masyarakat Surabaya dari jabatan wali kota hingga akhir masa jabatannya.
“Ia selalu konsisten seolah tidak ingin membuka peluang untuk penugasan itu. Nah, jika kali ini beliau menjawab nanti kita lihat dan terserah Bu Mega, berarti Bu Risma mau dan siap untuk mengemban posisi itu,” ujarnya.
Apalagi, lanjut dia, sebentar lagi masa jabatannya sebagai wali kota tuntas dan cawali penggantinya di Pilkada Surabaya sudah sesuai harapan, maka Risma bisa dikatakan siap untuk naik level di Jakarta.
“Jika kemudian bu Risma naik menjabat menteri, saya pikir itu akan menjadi ujian kepemimpinan publik beliau di level Nasional. Jika bisa berhasil, maka beliau akan punya peluang jadi salah satu tokoh nasional di level Nasional, demikian juga sebaliknya,” tandasnya. [iib.ant]

Tri Rismaharini dari ASN ke Menteri
Lahir di Kediri 20-11-1961

Pendidikan
SMA Negeri 5 Surabaya
ITS Jurusan Arsitektur dan lulus tahun 1987
Pascasarjana Manajemen Pembangunan Kota di ITS lulus 2002

Karir
Kasi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan (2001)
Kacab Dinas Pertamanan (2001)
Kepala Bagian Bina Pembangunan (2002)
Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005)
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan 2005)
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (2008).
Wali Kota Surabaya pada Pilkada Surabaya Dua Periode
Menteri Sosial

Tags: