Risma : Jadi Wali Kota, Gubernur bahkan Presiden Itu Berat

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menemui langsung 40 relawan Kami Ingin Risma ke Jakarta (Karisma Jakarta) di ruang sidang Balai Kota Surabaya, Senin (19/9) kemarin. [gegeh bagus setiadi]

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menemui langsung 40 relawan Kami Ingin Risma ke Jakarta (Karisma Jakarta) di ruang sidang Balai Kota Surabaya, Senin (19/9) kemarin. [gegeh bagus setiadi]

Dijemput Relawan Karisma dari Jakarta
Surabaya, Bhirawa
Gejolak warga DKI Jakarta yang menginginkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi gubernur DKI Jakarta kian menguat. Jelang pendaftaran Pilgub DKI Jakarta 21-23 September mendatang, warga Jakarta yang ingin Risma berangkat justru kian agresif. Bukan hanya mengadakan aksi di ibukota,  mereka bahkan mendatangi kediaman Risma Jalan Sedap Malam, bahkan langsung ditemui di ruang sidang Balai Kota, Senin (19/9) kemarin.
Warga Jakarta yang tergabung dalam kelompok relawan Kami Ingin Risma ke Jakarta (Karisma Jakarta) ditemui langsung oleh wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya. Dengan mengenakan kaos putih bertuliskan Risma for DKI Jakarta, mereka bergantian mengutarakan keinginannya agar Risma mendaftarkan diri di Pilgub DKI Jakarta 2017. Mereka yakin, bukan tidak mungkin wali kota yang dikenal pro rakyat ini bisa mengungguli calon petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Risma mengatakan kepada puluhan relawan yang mengatasnamakan Karisma Jakarta ini bahwa tawaran menjadi Gubernur DKI Jakarta sangat menggoda karena biaya operasional Gubernur DKI sangat besar.
Risma menyebut biaya operasional yang dia terima selama menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Selama lima tahun menjabat, Risma mengklaim tidak pernah mengambil biaya operasional sebagai wali kota yang besarnya Rp 90 juta per bulan.
Setelah jadi wali kota dua periode, biaya operasional telah naik menjadi Rp 100 juta per bulan. Biaya tersebut untuk Surabaya yang APBD nya  Rp 7,9 triliun. Sedangkan DKI Jakarta yang APBD-nya mencapai Rp 67 triliun, Risma mengkalkulasi kemungkinan biaya operasional Gubernur DKI Jakarta mencapai Rp 1 miliar per bulan, atau sepuluh kali lipat dari biaya operasional Wali Kota Surabaya.
“Kalau saya kemaruk, tak ambil semua itu. Siapa yang tahu kalau saya bohong? Warga bisa saja tak bohongi, tapi kan nggak boleh. Saya nggak mau nanti kalau di Padang Mahsyar ditanyain ‘Risma gimana kamu kok sampai menelantarkan wargamu’,” katanya di hadapan Karisma Jakarta di Balai Kota Lantai dua kemarin.
Bahkan, Risma menegaskan harus memerangi hawa nafsu dan ambisi yang selama ini membayangi dirinya. Dia mengaku takut kalau dirinya menjadi sombong dan merasa paling mampu. “Ini cobaan bagi saya. Apakah saya berubah atau tidak, kalau Tuhan menurunkan semua pasti akan selesai. Kalau saya kesulitan saya sampaikan ke Tuhan,” ujarnya.
Risma juga mengaku doa yang ia panjatkan kepada Tuhan selalu di tujukan kepada rakyat Surabaya, bukan kepada anak dan keluarganya. Ia pun tidak ingin karena hawa nafsu dan ambisinya merugikan rakyat Surabaya.
Ia mengutarakan bahwa dirinya selama menjadi Wali Kota Surabaya masih belum bisa memiliki apa-apa. Termasuk rumah tinggal yang ditempatinya di daerah Wiyung Surabaya. Rumah tersebut, lanjut Risma, adalah tinggalan dari orangtuanya. “Saya ini gak punya apa-apa, apa yang saya sombongkan. Rumah saya di Wiyung itu pemberian orangtua. Saya itu tidak ingin karena ambisi saya, kemudian masyarakat saya merasakan imbasnya. Saya tidak mau itu,” ulasnya.
Perkataan Risma yang membuat terkejut Karisma adalah ia mengatakan bahwa jadi wali kota, jadi gubernur, bahkan presiden itu berat. “Saya bisa saja bohong, tapi bagaimana mungkin membohongi Tuhan. Takdir Tuhan yang menentukan kita kemana. Saya takut antara nafsu dan ambisi saya tertutup petunjuk Tuhan. Makanya saya takut beneran,” tambahnya.
Ketua Kelompok Relawan Karisma Jakarta Yongki Yonata mengatakan bahwa perkataan Risma yang begitu panjang membuatnya yakin kalau Risma layak untuk maju ke Pilgub DKI Jakarta. Sebab, ia melihat sendiri rumah yang ditempati Risma begitu sederhana. Pihaknya pun sadar bahwa seluruh persoalan itu bukan hanya urusan pemerintah, melainkan juga dengan warganya.
“Nah, apa yang ibu (Tri Rismaharini) sampaikan itu membuat kami semakin yakin ibu cocok ke Jakarta. Dari situlah Karisma bergerak dan bergotong royong mengusung ibu untuk jadi Gubernur DKI Jakarta,” katanya.
Yongki pun mengaku yakin bahwa Risma akan maju Pilgub DKI Jakarta pada 2017 mendatang. “Kalau soal Bu Risma mau maju, saya yakin dan siap mendukung penuh,” ujarnya.
Sekjen Kharisma Jakarta Syaiful Amin yang mengaku Relawan Jokowi ini juga mengatakan bahwa kedatangannya di Surabaya dengan harapan dan tujuan yang sama, yakni mendorong Risma untuk maju ke Pilgub DKI Jakarta. Sebab, hal yang sama dialami persis pada 2012 pada saat Joko Widodo maju dalam Pilgub DKI Jakarta.
“Kami inilah yang sebenarnya menginginkan pemimpin yang sejuk seperti Pak Jokowi. Sekiranya membantu jalan yang selama ini tersumbat,” katanya.
Pernyataan itu ditanggapi Risma langsung yang mengatakan bahwa jadi tidaknya itu kehendak Tuhan. Risma melanjutkan, bahwa dirinya memiliki keterbatasan. “Kita ini satu bangsa, satu negara. Kalau saya main ke sana (Jakarta) diterima ya? Saya juga akan jawab semua kalau rekomnya sudah turun,” jawab Risma.
Diketahui puluhan Karisma Jakarta datang ke Surabaya dengan sembilan mobil. Mereka tiba di Kota Pahlawan sejak Minggu (18/9) kemarin. Mereka yang datang bertemu Risma di Surabaya diantaranya Ketua Karisma Yongki Jonata, Sekjen Syaiful Amin, Bendahara Silma Azhar, Ketua NU Jakarta H Kasir dan relawan Joko Widodo (Jokowi). [geh,dre]

Tags: