Risma Janji Realisasikan Kampung Wisata Kenjeran

Puluhan aksi mahasiswa dari perguruan tinggi swasta se-Surabaya memprotes kebijakan yang dicanangkan Mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Taman Bungkul. [gegeh bagus/bhirawa]

Puluhan aksi mahasiswa dari perguruan tinggi swasta se-Surabaya memprotes kebijakan yang dicanangkan Mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Taman Bungkul. [gegeh bagus/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Kenjeran disebut bakal dijadikan kawasan wisata kampong nelayan. Mantan wali kota Tri Rismahrini menegaskan bakal mengembangkan kawasan wisata kampong nelayan kenjeran ini dalam waktu tiga tahun ke depan.
Di depan masyarakat Kenjeran dalam acara “Mlaku Bareng Relawan Bang Ris”, Minggu(15/11), Risma menyatakan kampong nelayan Kenjeran sudah disiapkan menjadi kawasan wisata bertaraf nasional. Selain telah menyiapkan akses khusus berupa jalan layang lintas pantai, Risma mengaku telah menyiapkan rencana khusus menyulap kampung yang masih kumuh ini menjadi area wisata.
“Nanti usai jalan layang jadi, kita bakal menggarap kampungnya termasuk menata kawasan kampung baik berupa jalan maupun drainase serta rumah penduduknya,” terang Risma yang maju kembali dalam Pilkada Surabaya dengan nomor urut dua bersama Wishnu Sakti Buana.
Sebagai langkah awal, menurut Risma sejumlah nelayan di kenjeran telah diberangkatkan Pemkot ke Benoa-Bali untuk belajar beberapa konsep wisata. “Pemkot telah mengirim sejumlah nelayan ke benoa Bali untuk belajat menggunakan paralayang , banana boat dan sebagainya yang nanti bisa dipergunakan sebagai bagian wisata kampong nelayan ini,” terangnya.
Tentunya jika terpilih lagi sebagai Wali kota Surabaya, Risma menegaskan bakal menyelesaikan konsep kampong wisata kenjeran dalam waktu tiga tahun ke depan.”Setidaknya bakal selesai tiga tahun, yang cukup lama adalah penataan kembali kampong serta pembangunana beberapa infrastruktur seperti tanggul yang akan dikonsep seperti tempat duduk,” terangnya.
Sementara itu sehari sebelumnya Aliansi Mahasiswa Surabaya menggelar unjuk rasa memprotes kebijakan saat kepemimpinan Tri Rismaharini yang tidak berpihak pada masyarakat urban, khususnya dalam hal pendidikan.
Selama Risma menjadi Wali Kota, beberapa fasilitas pendidikan dikhususkan untuk masyarakat asli Surabaya saja. Padahal dalam hal pendidikan semua masyarakat yang tinggal di Surabaya mendapatkan hak yang sama.
Aksi damai yang diikuti oleh mahasiswa dari delapan perguruan tinggi swasta di Surabaya ini menggugat Pemkot Surabaya. Surabaya yang dikenal sebagai kota pelajar dan laboratorium pencetak anak bangsa ternyata masih menyimpan sistem pendidikan yang tidak pro dengan siswa urban. Dukungan ini disampaikan dalam aksi damai yang dimulai Sabtu-Minggu (14-15/11)  di Taman Bungkul. Dalam aksinya, puluhan mahasiswa tersebut membawa sangkar berisi burung yang menjadi simbol perilaku diskriminatif terhadap pendidikan anak.
“Contohnya pendidikan gratis kan hanya untuk penduduk asli saja. Terus warga lainya yang tinggal di Surabaya yang anaknya disekolahkan di sini bagaimana?. Ini diskriminasi,” kata Amin Ferdiati selaku korlap aksi mahasiswa ketika ditemui di Taman Bungkul, Sabtu (14/11) lalu.
Amin menjelaskan, sebagai kota terbesar dan ibu kota propinsi Jatim, banyak masyarakat urban yang mengadu nasib di Kota Surabaya dengan membawa keluarganya. Dari situ, tidak sedikit masyarakat dari luar Surabaya tersebut juga mensekolahkan anaknya di Surabaya. Tentunya berbagai fasilitas dan hak dalam bidang pendidikan harus sama bagi mereka.
“Siapapun pemimpinya nanti, kebijakan ini harus diubah. Aspirasi kita sebagai mahasiswa harus diperjuangkan,” kata Amin.
Dalam hal mendapatkan fasilitas pendidikan gratis, memang saat ini masih ada kuota satu persen bagi penduduk bukan Surabaya. Akibanya bukan tidak mungkin memilih sekolah swasta yang mahal atau tidak sekolah. “Kuota satu persen itu tidak mungkin juga bisa didapatkan dengan mudah. Apa jadinya jika ibu kota profinsi Jatim banyak yang tidak sekolah,” kata mahasiswa Unmer ini.
Sementara itu terkait pasangan calon Wali Kota yang akan memimpin Surabaya, tentu saja pihaknya berharap aspirasi hasil kajian mahasiswa ini segera ada solusinya. Untuk itu pihaknya lebih menginginkan Surabaya dipimpin figur yang paham dunia pendidikan
.”Kalau Pak Rasiyo memang berasal dari guru. Beliau pasti sangat paham dengan permasalahan dunia pendidikan,” katanya.
Oleh sebab itu, puluhan mahasiswa tersebut memberikan dukungan kepada pasangan calon (paslon) Rasiyo-Lucy Kurniasari. Pilihan mendukung paslon nomor urut satu ini karena mereka kecewa dengan paslon inkumben. Pasalnya, inkumben dinilai menciptakan ketidak adilan dalam dunia pendidikan. Sistem pendidikan di Surabaya tidak pro murid dari luar daerah.
“Bayangkan, mulai dari SD-SMA untuk yang negeri hanya menyediakan 1 persen bagi siswa urban,” terangnya.
Ketua Tim Pemenangan Rasiyo-Lucy, Agung Nugroho berjanji akan memperjuangkan aspirasi mahasiswa. Menurutnya, aspirasi itu bentuk riil sistem pendidikan Surabaya saat ini. “Apa yang diharapkan akan diperjuagkan secara serius, sehingga tidak adalagi diskriminasi,” ujarnya.
Mantan Komisioner KPU Jatim mengatakan mahasiswa sebagai pemilih pemula memiliki segudang aspirasi. Karenanya, mereka perlu diberi ruang untuk menyampaikan aspirasinya. “Kita targetkan 30 persen suara dari pemilih pemula,” tandasnya. (gat.geh)

Tags: