Risma Pamer Keberhasilan Mengentas Kemiskinan

27-peresmian-gedung-twin-tower-UIN-surabayaSurabaya, Bhirawa
Angka kemiskinan di Kota Surabaya dinilai Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sudah berkurang. Sejak awal menjabat, ada sekitar 14 persen penduduk kota terbesar kedua ini masuk kategori miskin. Setelah dipelajari, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini mulai mengajak warga untuk mengembangkan perekonomiannya.
“Setelah saya pelajari, suami mereka  ini rata-rata sudah bekerja, tapi mereka masih miskin. Profesi mereka mulai dari tukang becak, tukang batu. Kemudian saya data semuanya dan berpikir kalau ingin mengembangkan ekonomi keluarga bisa dimulai dari ibu-ibu,” katanya kepada tamu undangan seminar bersama Islamic Development Bank (IDB) di Twins Tower Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), Selasa (26/4) kemarin.
Dalam mengentaskan kemiskinan, Risma terinspirasi oleh pendiri Grameen Bank atau kredit mikro untuk rakyat miskin di Bangladesh, Muhammad Yunus. Setelah itu, wali kota dua periode ini melatih ibu-ibu berusaha sesuai keinginannya. “Mereka mulai dari nol, kemudian kita latih tertariknya di bidang apa. Setiap Minggu mereka belajar, bahkan sekarang mereka sudah ada yang bisa ekspor,” ujarnya.
Setelah itu, Risma mengajak ibu-ibu dalam keluarga berekonomi menengah ke bawah di Surabaya untuk mengikuti berbagai macam pelatihan usaha. Terutama para ibu di wilayah eks Dolly dan Jarak. Mulai dari menjahit, hingga pelatihan pembuatan makanan. Pemkot Surabaya mencatat, saat ini telah ada 3.900-an usaha yang dikelola ibu-ibu di Kota Surabaya.
“Dari 300 usaha yang ada di Surabaya, sekarang sudah mencapai 3.900-an lebih dengan anggota setidaknya 100 ibu-ibu di Surabaya. Kami juga bekerjasama dengan BI (Bank Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan ) untuk mengelola,” jelasnya.
Ia mencontohkan, ibu yang menjual jamu dengan dorongan mengelilingi kampung-kampung, diakui Risma sudah bisa menjual di hotel bintang empat dan bintang lima. “Mereka yang tadinya menjual satu botol Rp 5 ribu, sekarang bisa menjual segelasnya Rp 15 ribu ke hotel-hotel berbintang,” ujarnya.
Melihat kondisi seperti itu, tambahnya, ada juga bapak-bapak yang melepas pekerjaan mereka dan tertarik mengembangkan usaha sendiri. “Saya memahami  bapak-bapak tidak merelakan ibu atau istrinya bekerja, karena itu mereka mau membantu dengan mengembangkan usaha sendiri,” kata Risma yang disambut  tepuk tangan para tamu undangan.
Hanya saja, kata Risma, para ibu-ibu pengusaha itu tidak mau meminjam uang kalau tidak benar-benar kepepet. Pemkot Surabaya, kata Risma, membuat program Global Grow Digital dan Grow Financial dalam meningkatkan pengetahuan tentang transaksi online dan perbankan. “Ya, saya berharap nanti ibu-ibu akhirnya bisa mengakses pinjaman dari IDB,” tambahnya.
Islamic Development Bank (IDB) adalah lembaga keuangan multilateral yang berdiri sejak 1975 oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI). IDB berfokus meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi negara anggota dan masyarakat muslim di negara non anggota.
Twin Tower UINSA di Surabaya adalah salah satu proyek pembangunan di sektor pendidikan yang didanai oleh dukungan pinjaman dari IDB. Tak tanggung-tanggung anggaran yang digelontor dari Islamic Development Bank (IDB) Saudi Arabia ke gedung itu mencapai Rp 929 miliar.
Presiden IDB Group Dr Ahmad Mohamed Ali dan Menteri Agama RI Lukman Hakim Syaifuddin juga turut hadir dalam peresmian gedung yang berkonsep Arabian Twin Tower ini. Mereka duduk dalam satu forum panel strategis untuk membahas berbagai upaya dan dukungan IDB dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan melalui sistem keuangan inklusif. [geh]

Tags: