Risma Tanggapi Dingin Penetapan Ahok-Djarot

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan pasangannya, Djarot Saiful Hidayat  saat hadir dalam pengumuman Cagub dan Cawagub DKI di Kantor DPP PDIP di Jl Diponegoro Jakarta Pusat, Selasa (20/9) malam.

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan pasangannya, Djarot Saiful Hidayat saat hadir dalam pengumuman Cagub dan Cawagub DKI di Kantor DPP PDIP di Jl Diponegoro Jakarta Pusat, Selasa (20/9) malam.

Disiapkan Jadi Jurkamnas PDIP
Surabaya, Bhirawa
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menanggapi dingin keputusan DPP PDIP yang menetapkan pasangan Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat sebagai Cagub dan Cawagub DKI 2017.
“Sekali lagi saya sampaikan bahwa saya tidak pernah minta jabatan. Bahkan dalam doa pun saya tidak pernah minta karena tanggungjawabnya berat,” kata Risma, sapaan karib wali kota perempuan pertama Surabaya itu di Bengkulu, Rabu (21/9).
Risma menegaskan hal itu saat ditanyai tanggapannya tentang keputusan Pengurus Pusat PDIP yang mengusung pasangan Ahok-Djarot untuk maju di Pilgub DKI Jakarta. Menurut dia, memang banyak dorongan yang datang dari berbagai pihak untuk maju sebagai Cagub DKI Jakarta.
Namun dia mengaku hingga saat ini masih amanah sebagai Wali Kota Surabaya dan dirinya tidak pernah meminta jabatan. “Kalau anggota legislatif banyak, polisi banyak tapi kalau kepala daerah itu hanya satu orang, karena itu beban dan tanggung jawabnya sangat berat,” ucapnya.
Risma berada di Bengkulu untuk memenuhi undangan Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) dan Pemprov Bengkulu yang menggelar rapat koordinasi dan supervisi  pencegahan korupsi.
Dalam forum yang dihadiri para kepala daerah kabupaten dan kota serta ratusan pejabat eselon II dan III lingkungan Pemprov Bengkulu itu, Risma memaparkan tentang tata kelola pemerintahan berbasis eletronik untuk menciptakan pemerintahan yang bebas dari korupsi.
Untuk diketahui PDIP akhirnya mengusung Ahok-Djarot sebagai Cagub dan Cawagub dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 mendatang. Keputusan ini disampaikan Hasto Kristiyanto Sekjen DPP PDIP dalam jumpa pers di kantor DPP Jalan Diponegoro Jakarta Pusat, Selasa (20/9) malam. Seperti diduga banyak pihak,  dalam Pilgub DKI Jakarta PDIP lebih memilih pasangan petahana, ketimbang Tri Rismaharini. Duet ini juga mendapat dukungan  dari Partai Golkar, Nasdem dan Hanura.
Ahok dan Djarot juga telah resmi mendaftar sebagai bakal pasangan Cagub dan Cawagub dalam Pilgub  DKI Jakarta 2017. Pendaftaran dilakukan di Kantor Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta, Rabu (21/9). Ketua PDIP Megawati Soekarno Putri ikut mengawal pendaftaran pasangan petahana ini, selain petinggi dari partai pengusung.
Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno, mengatakan untuk berkas syarat pencalonan, ada satu berkas Ahok-Djarot yang belum dilengkapi.
Sementara itu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang sebelumnya digadang-gadang sebagai kandidat kuat Cagub DKI ini telah ditunjuk sebagai juru kampanye nasional oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri.
Wakil Ketua DPC PDIP Surabaya Didik Prasetiyono mengatakan seluruh jajaran partai, termasuk PDIP Kota Surabaya akan taat dan patuh melaksanakan keputusan DPP PDIP. Menurutnya, PDIP Kota Surabaya dalam Pilkada pada 2015 meraih kemenangan 86 persen untuk pasangan Risma-Whisnu.
“Energi ini siap kami gunakan untuk memenangkan wilayah lain sesuai tugas yang diberikan DPP,” ujarnya, Rabu (21/9) kemarin.
Pria yang biasa dipanggil Dikdong ini mengatakan, gotong royong menghimpun seluruh kekuatan yang dimiliki oleh partai akan dilakukan untuk memenangkan pilkada di berbagai daerah. “Ujungnya adalah perjuangan untuk kesejahteraan rakyat,” katanya.
Sementara, Dikdong mengatakan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini rencananya akan menjadi Juru Kampanye Nasional DPP PDIP. Terkait jadwalnya akan dikoordinasikan sedemikian rupa.
“Jadwal kampanye akan dikoordinasikan sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu jalannya roda pemerintahan di Kota Surabaya,” ujarnya.

Pertarungan SBY dan Megawati
Sementara itu partai yang tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan akan menggelar pertemuan di kediaman mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Rabu (21/9) malam. Pertemuan ini direncanakan akan melahirkan calon yang bakal diusung untuk melawan Gubernur incumbent Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Namun menariknya, bukan sekadar siapa yang akan menantang Ahok? Tapi siapa di belakang layar pertarungan politik ini.
Sudah bukan rahasia umum, Cikeas merupakan kediaman penting saat Presiden SBY masih menjabat. Rapat genting atau keputusan reshuffle sering kali keluar dari sana. Pertemuan-pertemuan petinggi parpol juga kerap dilaksanakan di Cikeas saat SBY memerintah.
Karena itu, rapat di Cikeas ini bukan sekadar pertarungan politik antara pendukung atau lawan Ahok. Lebih dari itu, ini merupakan pertaruhan gengsi lama, antara SBY dan Megawati. SBY di kubu non Ahok, sebaliknya Megawati mendukung Ahok.
Menurut kandidat calon gubernur dari Koalisi Kekeluargaan, Sandiaga Uno, keterlibatan SBY dalam pertemuan antara pemimpin Koalisi Kekeluargaan adalah sebagai bentuk penghormatan kepada Presiden RI keenam tersebut. “Kita berikan penghormatan kepada Pak SBY untuk ikut urun rembuk, karena beliau punya pemikiran untuk Jakarta ke depan. Masukan dan nasihat beliau tentu akan jadi bahan pertimbangan bagi kami untuk menentukan langkah,” tutur Sandiaga.
Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani menyatakan lawan Ahok akan segera diketahui. Tiga nama yakni Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno dan Anies Baswedan akan dibahas dan diputuskan.  “Ya, di antara nama yang sudah ada yang akan kita fix-kan, ya itu,” kata Arsul membenarkan rapat nanti akan mengerucut membahas tiga nama tersebut, Rabu (21/9).
Namun, Arsul tidak bisa menjelaskan lebih jauh terkait peluang siapa dari ketiganya yang akan diusung untuk Cagub-Cawagub melawan Ahok. Arsul tidak ingin berspekulasi dalam hal ini. Arsul meminta untuk menunggu keputusan nanti. “Kan nanti malam mau difinalkan, saya belum bisa ngomong sekarang,” ujarnya. [geh,ira]

Tags: