Ritual Siraman Langen Tayub Ngalap Berkah

Wakil Bupati Tuban, Ir. H.Noor Nahar Hussain,M.Si di Dampingi Kadispareper ir.Farid Ahmadi saat menwisuda salah satu waranggono baru.

Wakil Bupati Tuban, Ir. H.Noor Nahar Hussain,M.Si di Dampingi Kadispareper ir.Farid Ahmadi saat menwisuda salah satu waranggono baru.

Tuban, Bhirawa
Bumi Ronggolawe atau Kabupaten Tuban yang saat ini terkenal dengan sebutan Bumi Wali memang kaya akan sumber daya alama dan sejarah yang tersimpan di wilayah paling barat bagian utara Jawa Timur atau kabupaten yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah ini.
Kabupaten Tuban yang semula banyak dikenal dengan minuman khasnya, minuman yakni Tuak yang terbaut dari sari bunga buah Siwalan, juga dikenal sebagai salah satu pusat budaya dan tayuban. Pemerintah serta para seniman di wilayah tersebut setiap tahunnya selalu mengadakan ritual ‘Siraman Seniman Langen Tayub’.
Seperti halnya kemarin lusa (16/9), di lokasi tempat Wisata Pemandian Bektiharjo Desa Bektiharjo Kecamatan Semanding Tuban, sebanyak 105 Warangono, 97 Pramugari (Pemandu seni) dan 67 pengrawit (pemusik) mengikuti ritual sakral yang dilakukan setiap tahun sekali.
“Tiap Rabu Pon dalam setiap tahunya, dan ini sesuai dengan hitungan dan petunjuk danyang (penunggu. -red.) lokasi pemandian bektiharjo,” kata Hadi Suwoto salah satu seniman yang dituakan dikabupaten Tuban saat dikonfirmasi Bhirawa diselala kegiatan ritual tersebut.
Selain setiap hari Rabu Pon lokasi siraman atau masyarakat sekitar menyebut sebagai ‘Wisuda Sindir/Waranggono’, juga lokasi tersebut dipercaya sebagai cikal bakal kabupaten Tuban, selain dilokasi tersebut terdapat sumber mata air yang diyakin mengandung tuah. “Tuban iku kan asal soko watu lan banyu, otowo watu metu banyune, dan di pemandian ini tempat-nya,” terang Mbak Woto panggilan dari Hadi Suwoto.
Para seniman lagen tayub dikabupaten Tuban juga diwajibkan dalam setiap tahun-nya untuk Nyekar (Ziarah.red) berdoa (Tawasul) dan melakukan siraman atau sedekah bumi dilokasi tersebut. “Bagi mereka yang meyakini, kalau tidak melakukan siraman, tanggapan/job jadwal pentas akan berkurang, dan kalau ada yang menolak melakukan itu akan tertimpa musibah dan bisa sampai mati, itu bagi yang meyakini, tapi semua kita serahkan sang khalik (tuhan), kita hanya ikhtiar,” terang Mbah Woto.
Ritual siraman yang sudah ke-15 kalinya ini dimulai pada era Wakil Bupati Sunoto (Pasangan pertama era Bupati Haeny Relawati -red.) akan terus dilanjutkan, karena selain “Nguri-nguri kabudayan” juga terdapat multi player efek dari kegiatan tersebut.
“Di antara salah satu syarat bisa menerima job, Pemkab mengharuskan semua seniman lagen tayub mengikuti kegiatan tersebut, dan itu diawali pada saat Pak Wabub Soenoto, sebagai pioner-nya selain juga beliuanya saangat menyukai seni ini,” terang Mbah Woto.
Sementara itu, Indrawati salah satu Waranggono yang mengikuti Siraman Seniman Langen Tayub juga mengungkapkan, bahwa apa yang dilakukan oleh para seniman dalam siraman atau wisuda waranggono juga untuk penglarisan. “Ya ngalap berkah lah mas, biar job tambah banyak, rejeki lancar diberi kesehatan juga untuk bertukar ilmu pengalaman sesama senimaman, dengan niatan tetep meminta pada sang khalik,” kata Indrawati.
Anggota DPR
Sementara itu, ada pemandangan yang menarik dari prosesi Siraman Seniman Langen Tayub yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Perekonomian (Disparper) di Lokasi Wisata Pemandian Bektiharjo Desa Bektiharjo Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban kemarin (16/9).
Para anggota Dewan Perwakiln Rakyat daerah (DPRD) Kabupaten Tuban ikut meramaikan kegiatan tersebut dengan Ngibing bersama para Waranggono atau penari seni langen tayub setelah prosesi acara rutual siraman dilakukan.
“Tidak ada yang salah, ini adalah bagian dari Nguri-nguri kabudayan (menghidupkan kebudayaan) khas Tuban agar tidak tergerus musik atau seni budaya barat yang cenderung merusak moral,” kata Mujari salah satu anggota Komisi B DPRD Tuban saat dikonfirmasi Bhirawa (16/9).
Politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menagku, meski ia tidak biasa melakukan hal tersebut (Ngibing/Menari.red), akan tetepi karena tanggungjawab sebagai wakil rakyat serta tuntutan agar budaya dan tradisi positif bisa terus dilestarikan, ia nekat naik panggung bersama anggota DPRD lain. “Dari seni tayub ini, multi player efek-nya banyak sekali, para pedagangn kaki lima bisa jualan misalnya, dll, itu kan dampak positif peningkatan perekonomian masyarakat,” terang wakil rakyat lulusan ITS Surabaya ini.
Sementyara itu, Kepala Bidang Pariwisata Disparper Kabupaten Tuban, Sunaryo saat dikonfirmasi Bhirawa mengungkapkan, bahwa Siraman Seniman Langen Tayub adalah bagian dari salah satu ajang mempromosikan seni budaya khas Tuban pada publik. “Selain mempromisikan seni budaya khas Tuban, kegiatan siraman ini juga untuk pembinaan, peningkatan sumberdaya manusia (SDM) para seniman,” kata Sunaryo.
Pada ajang Siraman Seniman Langen Tayub tahun 2015 ini juga berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana saat ini pihad Dinas juga menyelengarakan lomba “Beksan Langen Tayub Gagrak Tuban” atau lomba menari khas Tayun Tuban. “Agar tidak punah, bagaimana menari sesui intonasi dan musik yang dimainkan, kita juga mengadakan lomba beksan yang diikuti sekitar 20 kelompok, dimana setiap kelompok-nya ada 4 orang penari,” terang Sunaryo. [hud]

Tags: