Rofi Dwi Segara, Marinir yang Sukses Budidaya Lebah Madu

Praka Marinir, Rofi Dwi Segara warga dengan lebah madunya. Dia ingin agar wilayahnya menjadi wisata budidaya lebah. [wiwit agus pribadi]

Tak Sekadar Budidaya, juga Ingin Wilayahnya menjadi Wisata Edukasi Lebah
Kota Probolinggo, Bhirawa
Pekarangan rumah Praka Marinir, Rofi Dwi Segara warga Rt 01/Rw 03 Jalan Tambora, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo memiliki sekitar 450 kotak kayu yang berisi sarang lebah (stup). Hanya bermodal kotak kayu untuk tempat stup lebah, Praka Marinir Rofi bisa meraih omzet hingga jutaan rupiah per bulan, terutama saat musim panen madu tiba.
Agar menghasilkan madu alami, lebah-lebah yang dibudidaya, tidak perlu dikasih makanan. Dia hanya butuh menunggu frame (tempat bertelur anakan lebah) penuh dan siap panen setiap satu bulan sekali.
Anggota Marinir yang berdinas di Sidoarjo ini mengungkapkan, usaha budidaya lebah bisa dikatakan tidak perlu mengeluarkan modal produksi, bila semua bahan pembuatan sarang sudah dimiliki. Pembudidaya hanya cukup membuat kotak sarang dari kayu yang lunak seperti randu dan sengon sebagai sarang lebah.
Selebihnya, hanya menunggu manisnya madu dan anakan lebah yang bisa diracik menjadi kuliner. Dalam budidaya lebah, kata Praka Marinir Rofi, yang perlu diperhatikan harus rutin memanen madu dan frame anakan lebah. Bila tidak dipanen, koloni lebah akan pergi dari sarangnya. “Harus rutin dipanen sebulan sekali. Kalau tidak, frame dalam sarang akan penuh, dan lebah dipastikan akan mencari sarang lain,” ujarnya.
Selain itu, agar koloni lebah tidak kabur, hanya perlu memastikan tidak ada semut dan kupu-kupu yang masuk ke dalam sarang. Praka Rofi mulanya hanya seorang yang suka minum madu, alasannya sangat jelas di Alquran juga diterangkan barang siapa yang suka minum madu insyaallah tubuh menjadi sehat dan imun sangat kuat, selain itu juga bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Baru pada tahun 2018-an dia coba membuat stup di sekitar pekarangan rumahnya hingga saat ini.
Ratusan stup yang dibuatnya, tidak langsung bisa ditempati koloni lebah. “Caranya, memasuki bulan September sampai Oktober menghadapi musim hujan, sebagian besar lebah melakukan hijrah untuk mencari sarang baru. Stup-stup yang sudah dibuat harus ditebar di kebun-kebun agar cepat ditempati lebah. Baru kemudian dipindahkan di dekat pekarangan rumah,” jelasnya.
Baru pada November sampai Agustus saat musim madu, Rofi sudah bisa langsung panen raya. Selama empat bulan masa panen, produktivitas madu akan meningkat setiap bulannya. Satu stup bisa menghasilkan hingga 3 liter. Dari 450 stup yang dimiliki, rata-rata bisa mendapatkan 1.200 liter madu siap dikonsumsi.
Ke depan, Praka Rofi menginginkan diwilayahnya bisa menjadi wisata budidaya lebah yang bisa menjadi tempat edukasi. Hanya saja, sebagian besar masyarakat masih suka memilih mencari madu di hutan dengan cara konvensional. “Cita-cita saya di sini bisa jadi tempat jujukan edukasi. Kemarin sempat ada perusahaan yang siap menerima dalam jumlah besar, tapi saya belum sanggup, karena di sini masih sedikit yang budidaya lebah,” ungkap Rofi.
Lebah madu adalah salah satu jenis lebah yang paling umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan umumnya tidak agresif. Jenis lebah ini memiliki tubuh berwarna kuning dan hitam, dengan tubuh ramping yang banyak orang sering salah kira sebagai tawon atau tabuhan.
Lebah madu dikenal berkeliaran di sekitar ancaman yang mereka rasa akan menyerang sarang mereka dan akan menyengat sebagai bentuk pertahanan. Mereka juga akan berkerumun untuk mendirikan koloni baru.
Mereka tinggal di pohon berlubang atau dalam cerobong asap, celah pada dinding atau celah pada atap. Ukurannya sama dengan tawon tetapi berbulu dan sebagian besar berwarna hitam. Lebah madu mengubah nektar menjadi madu dan lilin, tuturnya.
Gerombolan lebah madu akan mendekati dengan terbang berkelompok pada cabang pohon. Ukuran koloni pada umumnya lebih besar dari 30.000 ekor lebah madu. Populasi terancam punah pada spesies jenis verroa mite. Dirinya belajar dari seorang mantan preman asal Kabupaten Probolinggo, sukses budi daya madu lebah. Selama pandemi Covid-19 , laki-laki bernama Abdul Rohman, warga Desa Boto, Kecamatan Lumbang ini bahkan meraup untung cukup besar. Sejak Covid-19 permintaan madu cukup tinggi. Bahkan, dalam sebulan dia bisa mendapat untung hingga Rp40 juta.
Untuk budi daya madu lebah ini, Abdul memanfaatkan lahan yang dikelilingi pohon randu dan mangga. Lokasi tersebut dianggap cocok bagi lebah untuk bertahan hidup. Sebab, ada banyak pasokan makanan berupa nektar bunga randu dan mangga. “Alhamdulillah, permintaan banyak sekali selama Covid-19. Sebab, banyak orang mengonsumsi madu untuk meningkatkan imun tubuh,” tandasnya. [wiwit agus pribadi]

Tags: