Rokok Ilegal Ditemukan di Enam Pasar Tradisional Sidoarjo

5-agung sudiyanto-ali-1Sidoarjo, Bhirawa
Tim monitoring rokok illegal Kab Sidoarjo, tahun 2014 ini banyak menemukan rokok illegal atau rokok tanpa pita cukai yang dijual di sejumlah pasar tradisional di enam kecamatan. Sehingga tim monitoring melakukan sosialisasi keberadaan rokok illegal itu, di enam kecamatan.
Diantaranya, Kec Taman, Krian, Balongbendo, Tarik, Wonoayu dan Sukodono. Para Kepala Desa, Perangkat Desa dan tokoh masyarakat diundang untuk ikut sosialisasi ini. Agar mereka nanti bisa menyampaikan pada masyarakat supaya tak menjual rokok tanpa cukai.
”Sebab itu termasuk illegal,” ujar Kasubag Pertanian Bagian Perekonomian Kab Sidoarjo, Ir Agung Sudiyanto, Rabu ( 11/6) kemarin.
Agung menyebut, di Kec Taman tim monitoring mendapati rokok illegal yang dijual oleh pedagang barang loak di Pasar Taman. Di tempat ini tim mendapati 30 merk rokok yang berbeda-beda. Rokok illegal tanpa pita cukai yang ditemukan di enam kecamatan itu, kata Agung, kini sedang dalam proses pengajuan untuk dibawah ke Bea Cukai Juanda. Karena instansi inilah yang berhak untuk menindaknya.
Tetapi Agung sempat menyampaikan, temuan adanya rokok illegal tahun 2014 ini mengalami penurunan jumlah bila dibandingkan pada temuan tahun 2013 lalu. Diperkirakan penurunannya ada sampai 50%. Bila temuan rokok illegal tahun ini menurun, dana bagi hasil cukai tembakau (DBHCT) untuk Sidoarjo tahun ini juga, lanjut Agung, juga  ikut menurun. Bila tahun 2013 dapat Rp16.9 M tahun 2014 dapat Rp10.6 M. ”Saya tidak tahu apa sebabnya,” ujar Agung.
DBHCT yang diterima, menurut Agung, selain dimanfaatkan untuk kegiatan operasi cukai illegal, juga akan dimanfaatkan untuk peningkatan bahan baku rokok. Juga untuk sosialisasi di bidang industry rokok, agar pengusaha rokok di Sidoarjo bisa memenuhi ketentuan-ketentuan dari Peraturan Menteri Keuangan tentang kaidah-kaidah pabrik rokok yang benar. Kepada para petani tembakau di Sidoarjo diharapkan secara bertahap bisa melakukan pola perubahan budidaya tembakau ke arah tembakau yang rendah nikotin.
Dan tentu saja, juga akan dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian lingkungan social industry rokok. Yakni mengatasi pengangguran dan mengentas kemiskinan. ”Ini yang tak kalah penting,” tandas Agung.
Agung memprediksi, merosotnya penerimaan DBHCT tahun ini bagi Sidoarjo apa karena banyak pabrik rokok di Sidoarjo yang tak bayar pajak rokok, atau apakah saat ini banyak pabrik rokok di Sidoarjo yang tutup karena bangkrut. [ali]

Keterangan Foto :  Agung Sujiyanto

Tags: