Rotary Club Hibahkan Pedar Foot untuk Penderita Diabetes

Dosen Universitas Medical Centre Gronigen, Belanda Prof Klaas Postema MD PhD mempraktekkan penggubaan Pedar Foot pada kuliah tamu di FK Unair. [diana rahma]

Alat Deteksi Tekanan Kaki Diabetes dan Polio
Surabaya, Bhirawa
The Rotary Club Surabaya Selatan dan Rotary Club West Groningen (Belanda) memberikan hibah Pedar Foot Measurement System pada RSUD Dr Soetomo, dan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), untuk meningkatkan pengobatan penderita diabetes, Rabu (12/2) kemarin.
Menurut Prof Klaas Postema MD PhD, dosen di Universitas Medical Centre Groningen, Belanda, Pedar merupakan alat atau sistem yang mampu mengukur tekanan pada telapak kaki.
“Alat ini membantu pasien diabetes dan polio dalam mendeteksi pusat tekanan pada telapak kaki,” ungkapnya sambil memprakekkan pemakaian Pedar Foot di sela kuliah tamu di FK Unair.
Prof Klass menjelaskan, pasien diabetes yang memiliki gangguan syaraf sehingga tidak mampu merasakan tekanan yang pada akhirnya atau neuropati. Kondisi ini menyebabkan ulkus atau luka pada kaki, yang sulit disembuhkan dan dapat berujung pada amputasi dari tungkai.
“Dengan sistem ini pasien diabetes mampu mendapatkan data dari tekanan di kakinya. Nantinya dengan data yang didapatkan dari sistem, pasien dapat insole sepatu yang tepat agar dapat mengurangi dan mengatasi tekanan pada telapak kakinya,” paparnya
Prof Klass juga menilai, dengan harga Pedar Foot yang mencapai Rp300 juta, alat pendeteksi tekanan kaki ini masih belum ada di Indonesia. Padahal, bagi penderita diabetes rentan memiliki masalah pada kaki akibat tekanan yang tidak merata. Hingga mengalami luka bahkan sampai diamputasi.
“Untuk mengantisipasi hal ini perlu dilakukan pengecekan tekanan pada kaki penderita sehingga bisa dibuatkan insole sepatu khusus dan mengurangi luka pada kaki. Dan kami memberikan hibah alat ini,” jelasnya.
Kepala Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Dr dr Sri Mardjiati Mei Wulan menambahkan, RSUD DR Soetomo dan FK Unair satu satunya di Indonesia yang mendapatkan alat pedar ini.
“Alat ini baru datang dan sudah dicoba selama dua hari ke orang normal dan penderita diabet. Hasilnya pada pasien diabet ada tekanan yang tinggi di bagian tertentu. Tekanannya berbeda di tiap orang,” lanjutnya.
Dengan diketahui data tekanan kaki yang berbeda, maka bisa dibuatkan insole sepatu yang sesuai sehingga mencegah kondisi luka kaki tidak terlalu parah sampai diamputasi. Sebelum ada alat ini pasien diabetes diajari setiap sore setelah aktivitas seharian melihat kakinya. Mana yang jadi merah dan menjadi yang lecet. Itu yang harus dilindungi agar tidak menjadi parah.
Kedepannya alat ini akan diterapkan kepada pasien di Rehabilitasi RSUD Dr Soetomo.
“Nantinya akan dipakai terus di departemen. Karena alat ini mampu yang memberikan efek preventif, baiknya kalau sudah mmepunyai insole yang cocok bisa dipakai tiap saat tapi nanti kalau sudah aus diperbaiki lagi dibuatkan insole lagi,” terang wanita yang akrab dipakai Mei Wulan ini. [ina]

Tags: