RS Unair Kembangkan Operasi Aorta TEVAR

Operasi aorta dengan metode TEVAR pertama di Jatim yang dilakukan RS Unair. Metode ini dianggap lebih efektif karena minim sayatan dan tidak menimbulkan banyak pendarahan.

Operasi aorta dengan metode TEVAR pertama di Jatim yang dilakukan RS Unair. Metode ini dianggap lebih efektif karena minim sayatan dan tidak menimbulkan banyak pendarahan.

Surabaya, Bhirawa
Dunia kedokteran di Jatim kembali mengalami perkembangan. Ini setelah dikembangkannya metode baru dalam operasi bedah kardiovaskuler oleh Rumah Sakit (RS) Universitas Airlangga (Unair). Metode baru tersebut ialah Thoracic Endo-vascular Aortic Repair (TEVAR).
Bedah kardiovaskuler dengan metode TEVAR sesungguhnya baru berkembang di dunia kedokteran sekitar lima tahun belakangan ini. Metode ini dianggap lebih efektif lantaran minim sayatan. RS Unair melakukan penanganan TEVAR untuk pertama kali pada pasien anorisma (pelebaran pembuluh darah aorta) atas nama Nurul Aminah (55), Jumat (15/1). Penanganan ini dipandu oleh seorang supervisor ahli TEVAR yang juga Kepala Departemen Bedah Vaskuler Singapore General Hospital Dr Tze Tec Chong.
Dokter senior spesialis bedah torak dan kardiovaskuler Unair Prof Dr Puruhito mengatakan, di Indonesia metode ini belum terlalu populer. “Baru ada di Jakarta dan Bandung. Jadi di Unair ini yang pertama di Indonesia Timur,” papar Prof Puruhito.
Mantan Rektor Unair periode 2001-2005 ini menambahkan, dengan metode TEVAR pasien tidak perlu menjalani pembedahan. Hal ini memberikan beberapa keuntungan, diantaranya waktu penanganan lebih singkat, tidak menimbulkan banyak pendarahan, dan pasca-operasi pasien tidak perlu lama-lama menjalani rawat inap di rumah sakit, cukup satu sampai dua hari saja.
Dengan TEVAR, pemasangan stent graft (alat penyangga aorta) hanya membutuhkan waktu satu sampai dua jam, sementara jika menggunakan metode bedah open repair membutuhkan waktu tiga sampai empat jam. Kendati efektif, Prof Puruhito tidak menampik jika biaya TEVAR jauh lebih mahal dibanding metode konvensional. Harganya berkisar Rp 100 juta, sementara dengan pembedahan konvensional hanya Rp 40 – 50 juta. “Karena mahal, TEVAR ini juga tidak ditanggung BPJS,” tambah Prof Puruhito.
RS Unair sendiri telah memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan bedah torak dan kardiovaskuler  non-invasive (tanpa luka sayatan) di Catheter Lab. Selain itu, RS UNAIR setidaknya memiliki tiga orang ahli bedah torak dan kardiovaskuler yang mahir menggunakan peralatan endo-vascular. Diantaranya ialah Prof Puruhito, dr Yan Efrata Sembiring dan dr Niko Azhari Hidayat. [tam]

Tags: