RSUD dr Soetomo Kini Bisa Tangani Penderita Parkinson

dr Achmad Fahmi Sp, BS(K) memaparkan cara penanganan para penderita penyakit parkinson di Aula Gedung Bedah Pusat Terpadu (GPBT) RSUD dr Soetomo, Senin (29/1) kemarin. [gegeh bagus setiadi/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Penderita parkinson dan gangguan movement disorder yang lain kini memiliki kesempatan untuk kembali bergerak secara normal. Prosedur stereotactic brain lesion dan deep brain stimulation pada penyakit yang menyerang sel saraf otak yang dimiliki RSUD dr Soetomo menumbuhkan harapan tersebut.
“Hari ini (Senin kemarin, red) menjadi sejarah rumah sakit milik Pemprov Jatim karena kami memiliki alat canggih untuk mengobati penyakit parkinson ditunjang dengan kualitas dokter yang ada,” kata Direktur RSUD dr Soetomo dr Harsono usai membuka Departement Discussion Live Surgery on Parkinson and Movement Disorder di Aula Gedung Bedah Pusat Terpadu (GPBT) RSUD dr Soetomo, Senin (29/1) kemarin.
Menurut dia, para penderita penyakit parkinson memang belum banyak diketahui sebagian besar masyarakat Indonesia, begitu pula dengan pengobatannya. Hal ini membuat banyak penderita memilih berobat ke luar negeri. “Semua ini menjawab kebutuhan masyarakat kita. Saya berharap masyarakat bisa memanfaatkan kompetensi para tenaga kami yang tidak kalah dengan luar negeri,” ujarnya.
Meski biaya yang dikeluarkan penderita cukup tinggi, Harsono berupaya untuk bisa diklaimkan melalui BPJS ke depannya. Mengingat pasien semakin banyak yang harus disembuhkan melalui program ini. “Unit cost-nya untuk operasi ini cukup besar dan kalau diklaimkan ke BPJS jelas rugi kita. Tapi, orientasinya kita menolong orang,” jelasnya.
Sementara, dr Achmad Fahmi, Sp.BS(K) yang tergabung dalam tim mengatakan bahwa pasien parkinson selama ini terganggu kualitas hidupnya. Bahkan, tidak sedikit pula para penderita mengalami putus asa. “Parkinson tidak boleh dianggap sepele. Hingga saat ini terdapat lebih dari 10 juta orang di dunia yang menderita penyakit ini. Usia pasien juga semakin muda, ada beberapa yang yang mulai berumur 30 tahun,” terangnya.
Dia menyatakan, penyakit parkinson itu memang tidak mengancam jiwa, namun mengakibatkan gangguan aktivitas. Pasien tidak bisa hidup normal. Selain itu, belum ada obat minum atau suntik yang bisa menyembuhkan.
Gejalanya, gerakan tubuh tidak terkontrol. Bahkan, tubuh bisa menari-nari sendiri. Penyebab penyakit degeneratif sel saraf secara bertahap karena ada gangguan pada otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh.
Kini, kata dr Fahmi, parkinson bisa disembuhkan dengan stereotactic brain lesion. Suatu teknik pembedahan saraf dengan alat stereotactic.
“Teknik yang saat ini digunakan kombinasi bius lokal dan bius total. Jadi kita akan memasang alat di otak. Dan itu bisa dikontrol secara jarak jauh oleh dokter,” paparnya.
Pihaknya mengklaim, kondisi pasien terjaga sejak awal hingga akhir karena operasi tersebut tergolong awake surgery. Apalagi RSUD dr Soetomo juga dilengkapi dengan MRI resolusi tinggi (3T) yang sangat membantu dalam menegakkan diagnostik dan terapi dengan gambaran saraf sangat detil.
Masa pulih pasca operasi, lanjut dr Fahmi, juga cepat. Pasien bisa keluar dari rumah sakit pada hari ke empat atau ke lima. Meski begitu, tingkat keberhasilan juga cukup tinggi. “Jadi, ini untuk meningkatkan quality of life,” imbuhnya. [geh]

Tags: