RSUD dr Soetomo Tambah 75 Unit Mesin Cuci Darah

mesin hemodialisisSuabaya, Bhirawa
Berlakunya  Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meningkatkan jumlah pasien layanan cuci darah. Meningkatkan layanan cuci darah, RSUD dr Soetomo bakal menambahkan 75 mesin hemodialisis untuk menampung pasien yang mengalami gagal ginjal tersebut.
Direktur RSUD dr Soetomo, dr Dodo Anondo, MHP menambahkan, sebenarnya saat ini sudah ada 31 mesin hemodialisis yang beroperasi di ruang hemodialysis. “Satu mesin bisa menangani tiga kali cuci darah, dan dalam sehari kita menerima hampir 100 pasien,” ungkap Dodo.
Selain menambahkan 75 mesin hemodialisis, pihaknya juga akan membuat ruang khusus untuk hemodialysis para pasien khusus. Seperti pasien liver kuning, HIV/AIDS. “Kalau tidak dibedakan takutnya menular dengan pasien lainnya.
Penambahan mesin hemodialisi hingga dua kali lipat itu memang sangat beralasan. Sebab, satu pasien bisa menunggu sampai tiga kali cuci darah. Jika pun tidak menunggu, puluhan orang harus mengantri di ruang tunggu cuci darah. Padahal, jika tidak dilakukan cuci darah secepatnya akan membahayakan nyawa mereka.
Disinggung soal kualitas mesin hemodialysis RSUD dr Soetomo yang buruk karena banyak orang yang membandingkan kulitas mesinnya RS swasta, Dodo menyatakan, kualitas mesin di RSUD dr Soetomo tidak kalah bagus dengan mesin hemodialysis di rumah sakit lainnya.
“Kalau tidak steril dan bersih ya pasienya meninggal. Sampai sekarang pasin yang cuci darah di sini (RSUD dr Soetomo,red) tetap bagus,” ungkapnya.
Selain itu, banyak pasien yang terlihat masih lemas dan pucat usai dicuci darah di RSUD dr Soetomo. Karena memang sebagian pasien tidak membayar. Berbeda dengan pasien RS swasta yang kondisinya lebih baik pasca dicuci darah dengan mesin yang dianggap lebih bagus.
Sementara itu Kepala Dinkes Jatim, dr Harsono menyatakan, pihaknya mendukung upaya RSUD dr Soetomo dalam menambah peralatan mesin hemodialisis. Sebagai rumah sakit rujukan terbesar di Jatim dan Indonesia bagian timur menjadikan penambahan mesin hemodialisis perlu dilakukan.
Jika dilihat di Soetomo banyak pasien yang berobat dan mengantri untuk dilayani hedodialisisnya sehingga kebijakan rumah sakit perlu didukung.
”Yang terpenting penambahan mesin digunakan untuk memberikan pelayanan kepada pasien dan tidak digunakan untuk pemborosan,” ucapnya. [dna]

Tags: