RSUD Kertosono Jadi Rujukan Penderita Osteoarthritis

Dokter spesialis ortopedi RSD Kertosono, dr Satiyo Sp.OT tengah melakukan. [ristika/bhirawa]

(Mampu lakukan operasi ganti sendi)

Nganjuk, Bhirawa
Proses pengapuran atau Osteoarthritis (OA) sebenarnya bisa terjadi di sendi mana saja pada tubuh manusia. Namun demikian, lutut adalah sendi yang paling sering terkena OA dibandingkan sendi-sendi yang lain. Untuk mengatasi keluhan penyakit tersebut, Rumah Sakit Daerah (RSD) Kertosono, Nganjuk telah melakukan lompatan luar biasa dengan melakukan operasi ganti sendi.
RSUD Kertosono sendiri merupakan rumah sakit dengan akreditasi C, namun demikian proses pelayanan kesehatan terhadap masyarakat melibihi kualifikasinya. Salah satunya adalah pelayanan poli ortopedi yang telah berhasil mengobati keluhan tentang penyakit OA.
Salah satu pasien yang telah berhasil melakukan operasi ganti sendi adalah Wijianto kakek berusia 64 tahun asal Kecamatan Ngronggot. Wijianto menjalani operasi ganti sendi untuk kedua belah kakinya. “Saya mengalami nyeri sendi lutut sejak dua tahun lalu. Kemudian berobat ke RSD Kertosono dan dua menjalani operasi sendi lutut kanan dan kiri,” tutur Wijianto.
Sebelumnya, Wijianto mengaku tidak dapat berjalan karena keluhan OA yang dialaminya. Kemudian setelah melakukan pemeriksaan beberapa kali di RSD Kertosono, sendi lutut kanan Wijianto dioperasi pertaamakalinya pada 5 bulan. Sedangkan sendi lutut kiri baru dioperasi 3 minggu lalu. “Sekarang saya cek up seminggu sekali untuk mengetahui perkembangan sendi saya setelah menjalani operasi,” papar Wijianto.
Menanggapi hal itu, dr Satiyo Sp.OT mengatakan, selama ini masyarakat Kabupaten Nganjuk selalu merujuk ke RS dr Soetomo Surabaya dan Rumah Sakit Orthopedi Dr. Soeharso Solo jika mengalami trauma dengan tulang. Padahal, RSD Kertosono sudah mampu melakukan pengobatan dan operasi trauma tulang.
Bahkan dengan sumberdaya dan saranaa yang dimiliki RSD Kertosono, telah puluhan kali melakukan operasi ganti sendi. “Kami akan merekomendasikan pasien untuk dilakukan operasi jika keluhan Osteoarthritis sudah paada stadium 3 atau 4,” terang dr. Satiyo.
Terutama, dikatakan dr Satiyo, RSD Kertosono akan memprioritaskan pasien yang dengan keluhan OA yang sudah stadium lanjut. Demikian juga dengan pasien BPJS maupun KIS akan mendapat pelayanan sesuai standar medis. “Meski belum bisa disejajarkan dengan RS dr Soetomo Surabaya dan Rumah Sakit Orthopedi Dr. Soeharso Solo, namun RSD Kertosono dengan akreditasi C ini mampu melakukan tindakan operasi dengan standar rumah sakit besar,” tandas dr Satiyo.
Dikatakan dr Satiyo, umumnya OA lutut terjadi seiring proses penuaan. Ada beberapa faktor yang terkait dengan risiko lebih rentan terkena OA. Antara lain, jenis kelamin perempuan, berat badan berlebih, riwayat OA dalam keluarga dan riwayat patah tulang yang garis patahnya mengenai lutut. Berat badan yang berlebihan dan kurangnya pergerakan sendi lutut ditengarai beberapa penelitian turut menyumbang terjadinya OA. Dengan demikian gaya hidup yang kurang bergerak juga turut menyumbang banyaknya kejadian OA di masyarakat.
Keluhan yang dialami penderita OA adalah nyeri di lutut. Ini harus dibedakan dengan nyeri yang menjalar baik dari panggul atau saraf tulang belakang. Derajat keparahan OA dapat ditentukan melalui foto rontgen. Untuk stadium 1 sampai 2, pemberian obat minum dan suntikan, disertai fisioterapi dan perubahan gaya hidup dapat memperlambat perburukan yang terjadi. Perubahan gaya hidup yang dimaksud adalah penurunan berat badan dan olah raga tanpa beban seperti berenang dan sepeda statis. (ris)

Tags: