RSUD Soetomo Layani 1500 Pasien AIDS Sebulan

Pasien HIV mendapatkan perawatan dari petugas rumah sakit

Pasien HIV mendapatkan perawatan dari petugas rumah sakit

Surabaya, Bhirawa
Tingginya pederita HIV/AIDS di Jatim membuat pasien HIV yang kontrol di RSUD dr Soetomo Surabaya membludak. Setiap bulannya rumah sakit plat merah ini melayani 1500 pasien HIV.
Koordinator Unit Perawatan Intermediet dan Penyakit Infeksi (Upipi) RSUD Dr Soetomo Surabaya Erwin Astha Triyon, mengaku selain pasien HIV lama yang berobat ke sini (Soetomo, red), rumah sakit dengan rujukan terbesar di Indonesia bagian timur ini juga banyak menerima pasien baru HIV.
”Jika di rata-rata perbulannya ada sekitar 50 pasien baru HIV yang ditemukan di Soetomo,” katanya.
Melihat kondisi tersebut, diharapkan masyarakat lebih berhati-hati terhadap penularan virus HIV/AIDS. Hingga saat ini virus mematikan ini masih belum ditemukan obatnya, namun dunia medis sendiri telah menemukan obat melawan virus HIV yakni obat ARV atau Anti Retrovirus.
Tetapi obat ini tidak sepenuhnya membunuh virus HIV, obat ini hanya melawan atau membunuh beberapa persen virus HIV, hal ini lantaran virus HIV bisa bersembunyi di sel-sel lain yang tidak terjangkau obat ARV.
“Agar dapat bertahan hidup diharapkan pasien HIV/AIDS harus meminum obat ARV seumur hidup karena obat ARV sendiri mampu meningkatkan kembali daya tahan tubuh,” terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, salain jumlah pasien HIV lama dan baru yang rutin kontrol di rumah sakit, Soetomo juga mengalami PR dalam menangani jumlah pasien Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Data Unit Perawatan Intermediate Penyakit Infeksi (UPIPI) RSUD Dr Soetomo menyebutkan jumlah ODHA yang datang ke Soetomo naik dua kali lipat.
”Jika dulu ODHA baru yang terdata dalam satu bulan bisa dihitung dengan jari, kalaupun banyak tidak lebih dari 20 orang. Akantetapi sekarang jumlah ODHA sudah diatas 20 orang,” ucapnya.
Dirinya mengaku dengan ditemukannya banyak ODHA lebih banyak dapat mempermudah rumah sakit dalam mengobati pasien ODHA. “Rata-rata ODHA baru tersebut memang lebih terbuka dan kooperatif, mereka bisa membantu dalam menemukan dan mendata ODHA baru. Jadi jika kedepan jumlah ODHA baru yang ditemukan semkain meningkat, itu jauh lebih baik lagi,” pungkasnya. [dna]

Tags: