Ruang Steril Transplantasi RSUD Soetomo Minim

RSUD dr soetomoSurabaya Bhirawa
Sebagai rumah sakit terbesar rujukan di Indonesia bagian timur, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya hanya memiliki satu ruang semi steril transplantasi sumsum tulang belakang. Minimnya ruang steril ini disebabkan karena untuk membangunnya membutuhkan biaya yang relatif tinggi.
Ketua Tim Hematologi RSUD dr Soetomo Prof Amy Ashariati, Sp PD Khom menyatakan, untuk membangun ruang transplantasi sumsum tulang belakang memang tidak murah dan mudah. Satu kamar semi steril transplantasi sumsum tulang membutuhkan anggaran dana hingga RP 5 Miliar dan seharusnya, sebagai rumah sakit besar, RSUD dr Soetomo memiliki tiga ruang semi steril.
“Dulu kita pernah ajukan ruang khusus transplantasi tulang sum-sum dan reencananya menjadi andalan RSUD dr Soetomo, tapi tidak tahu mengapa, DPRD Jatim menolaknya,” ungkap Prof Amy.
Padahal menurutnya dari daftar pasien yang menunggu transplantasi sumsum tulang sudah mencapai 6 hingga 10 pasien. Sehingga, pasien harus mengantri hingga tiga bulan selanjutnya. Asai dilakukan transplantasi sum-sum tulang, pasien harus menjalani perawatan hingga selama sebulan di ruang semi steril. Perawatan itu dilakukan untuk melihat proses afaresis sum-sum tulang belakang menyatu dalam tubuh pasien.
“Jika tidak kita kontrol selama dua minggu sampai sebulan ditakutkan terjadi pendarahan atau sepsis pada pasien,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menyatakan, meski peralatan yang dimiliki rumah sakit, Tim Hematologi RSUD dr Soetomo berhasil melakukan transplantasi sumsum sum tulang kepada pasien kanker sel plasma, Julaika, 36 warga Maluku Tenggara. Sebenarnya, tim hematologi RSUD dr Soetomo sudah tiga pasien yang berhasil melakukan cangkok sumsum tulang yang diambil dari tubuhnya sendiri (autologous transplants).
Dikatakannya, keberhasilan tim hematologi RSUD dr Soetomo dalam melakukan transplantasi sum-sum tulang belum banyak. “Dalam satu tahun di Hospital Ambang dan Hospital Pulau Pinang Malaysia bisa melakukan 700 transplantasi sumsum tulang belakang hal ini dikarenaka peralatan yang dimuiliki rumah sakit sangat lengkap,” ungkap Prof Amy.
Dalam penanganan transplantasi tulang sumsum belakang dirinya memiliki kendala pada biaya. Untuk biaya Inabgcs atau plafon anggaran pasien transplantasi sum-sum tulang dalam BPJS hanya Rp 107 juta. Padahal, biaya transplantasi sum-sum tulang ini mencapai 250 hingga 450 juta.
“Sisanya pasien harus bayar sendiri, makanya kami butuh pendonor untuk membantu berdirinya ruangan transplantasi sum-sum tulang ini,” ungkapnya.
Perlu diketahui seperti keganasan, penyakit kanker leokimian, kanker sel plasma, multiple myeloma, masalah imunitas tubuh, dan lain-lainnya.  Tapi, sayang perkembangan transplantasi sum-sum tulang belakang  di Indonesia sangat jauh dengan luar negeri, baik di Malaysia, Singapura, Jepang, Eropa dan lainnya. Bahkan, di Indonesia yang kini melakukan transplantasi sum-sum tulang belakang hanya RSUD dr Soetomo dan RSUD Karyadi Semarang. [dna]

Keterangan Foto : Penanganan yang dilakukan dokter kepada pasien.

Tags: