“Ruh Baru” Timnas U-22

Dua gol yang dicetak Sani Rizky dan Osvaldo Haay, menyulut pesta suporter Indonesia di stadion Olympic Stadium, Phnom Penh, Vietnam. Selasa malam (26 Pebruari), timnas Indonesia U-22 meraih podium tertinggi sepakbola Piala AFF. Pada laga puncak, anak asuh Indra Sjafri mengalahkan Thailand dengan skor 2-1. Menteri Pemuda dan Olahraga telah menjanjikan bonus (sebesar Rp 2,1 milyar). Juga sambutan penghormatan di tanah air.
Tiada yang menduga timnas U-22 bakal menjuarai piala AFF tahun ini. Bahkan berlaga pada puncak laga (final) juga bukan target. Penampilan timnas sejak fase awal AFF, biasa-biasa saja. Pada fase grup timnas dua kali imbang (melawan Myanmar, maupun Malaysia. Pertandingan ketiga fase grup, timnas baru menang melawan Kamboja, dengan skor 2-0. Menjadi runner-up grup. Pada laga semi final, timnas sukses menundukkan Vietnam (1-0).
Maju ke puncak laga bagai menjadi “ruh baru” yang menyemangati timnas Garuda Muda. Lawannya, Thailand, sejak awal telah di-favorit-kan bakal menjadi juara. Tim Gajah Putih, telah lima kali menjuarai AFF. Sedangkan timnas Garuda Muda, berpengalaman menjadi runner-up lima kali. Faktanya, sepanjang laga AFF, gawang Thailand belum pernah kebobolan. Tetapi kekuatan (kemantapan prestasi), seolah tak mudah menundukkan “ruh baru” timnas Garuda. Babak pertama usai tanpa gol.
Tetapi coach Indra Sjafrie, bagai tersengat pada menit ke-57. Ketika kapten tim Thailand, Saringkan Promsupa, menyarangkan bola di gawang timnas yang dijaga Awan Setho. Namun hanya berselang dua menit, gelandang pemain Bhayangkara FC, Sani Rizky, menendang keras bola (menerpa pemain lawan) bersarang di gawang Thailand. Tak lama pula, kesempatan diperoleh Osvaldo Haay. Gelandang asal Jayapura (tergabung dalam skuad Persebaya), menyarangkan bola kedua ke gawang Thailand pada menit ke-65.
Pertandingan terasa berlangsung lama, setelah timnas Garuda Muda unggul 2-1. dengan tambahan waktu selama 5 menit. Bersyukur, sampai wasit meniup peluit panjang, skor tak berubah. Tetapi terjadi insiden pemberian kartu merah untuk kapten timnas Garuda Muda, Bagas Adi Nugroho. Bek asal Bhayangkara FC itu keluar lapangan pada menit ke-88. Pada piala AFF U-22 tahun 2019 yang diikuti hanya 8 negara diiiringi “banjir” kartu merah.
Namun insiden kartu merah pada puncak laga, terasa “terobati” dengan gelar top skor yang diraih Marinus Wanewar. Gelandang Bhayangkara FC itu mencetak tiga gol pada fase grup. Gelar “sepatu emas” diraih bersama Saringkan Promsupa (Thailand), dan Tran Danh Trung (Vietnam). Obat pelipur lara yang lain, adalah sejarah baru prestasi Indonesia pada ajang AFF. Terbukti, seluruh kelompok umur timnas Garuda Muda bisa menjadi juara.
Piala yang dipersembahkan oleh timnas U-22, menjadi yang ketiga. Dua diantaranya diasuh oleh pelatih Indra Sjafrie. Yakni, piala AFF U-19, tahun 2013, di Indonesia (di stadion Gelora Sidoarjo). Disusul gelar kedua AFF U-16, diraih pada 2018, asuhan pelatih Fakhri Husaini. Terdapat “si kembar” (Bagas Kahdi, dan Bagas Kaffa) dalam skuad timnas remaja, ini juga menjadi pengharapan masa depan persepakbolaan Indonesia. Timnas Garuda Muda, terbukti bukan skuad ecek-ecek.
Indonesia akan disejajarkan dengan Thailand, dan Singapura. Walau skuad Gajah Putih, masih tercatat paling sukses pada ajang piala AFF. Lima kali juara. Disusul Singapura (4 kali). Timnas Garuda, akan dipandang sebagai tim elegant, manakala terhindar dari pengaturan skor. Seperti terjadi pada tahun 1998, Indonesia “bermain mata” dengan Thailand. Seorang pemain Indonesia dilarang bermain (pada kejuaraan resmi) seumur hidup.

——— 000 ———

Rate this article!
Tags: