Rumah Perlindungan, Tempat Bernaung Perempuan Korban Kekerasan

Jakarta, Bhirawa.
Menteri Perlindungan Anak dan Perempuan (P3A) I Gusti Ayu Bintang Puspayoga akan membangun Rumah Perlindungan Perempuan (RPP) di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Pembangunan RPP itu, untuk meng-advokasi perempuan korban kekerasan yang jumlahnya semakin bertambah dari hari ke hari.

“Di setiap kabupaten/kota, nantinya akan disiapkan 2 para legal dan 2 Psikolog, untuk mendampingi perempuan korban kekerasan. Kebijakan tersebut merupakan komitmen dan jaminan negara, untuk memberi rasa aman dan nyaman serta kesejahteraan bagi seluruh rakyat nya,” kata I Gusti Ayu Bintang, lewat virtual dalam diskusi 4 Pilar MPR RI dengan tema “Peran Wanita Dalam Merawat Keberagaman Bangsa, Jumat (4/12). 

Nara sumber lain nya, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, Direktur Wahid Foundation Jenny Wahid dan Staff Khusus Menteri P3A, I Gusti Agung  Putri Astrid.

Menurut Menteri P3A, selama ini, masih banyak perempuan yang jadi korban kekerasan, tapi tidak ada visum nya. Karena korban tidak punya biaya untuk membuat visum. Pembuatan visum juga tidak ditanggung oleh BPJS. 

Menyinggung Hari Ibu tanggal 22 Desember mendatang, I Gusti Ayu Bintang mengatakan; Peringatan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember  dilandasi Kongres Perempuan Indonesia Pusat yang pertama di Yogyakarta pada 22 Desember tahun 1928 lalu. Melalui kongres tahun 1928 ini perempuan Indonesia menyatukan gagasan, pendapat dan pemikiran, mengenai perempuan dalam perjuangan meraih Kemerdekaan. 

“Peringatan Hari Ibu 22 Desember, dimaknai dengan perjuangan yang tidak hanya memajukan kaum nya saja. tetapi juga menjalankan peran perempuan sebagai ibu bangsa,” jelas Menteri P3A.

Waka MPR RI Lestari Moerdijat dalam diskusi virtual itu, meminta semua pihak menentang adanya doktrin Misoginis atau hater of women. Doktrin ini bernuansa kebencian terhadap kaum perempuan dan anak. 

“Akar persoalan Misoginis, bersumber dari dongeng atau mitos klasik. Yang telah ter- akumulasi dalam sejarah panjang, bukan bersumber dari ajaran agama. Saat ini, tiba-tiba menjadi sangat luar biasa dan kemudian ada kultur yang tidak pernah kita kenal, masuk Indonesia,” ungkap Lestari Moerdijat.

Menyinggung peran perempuan dalam Kemerdekaan Indonesia, Lestari menyebutkan; Peranan perempuan seperti Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Laksamana Malahayati, Nyi Agung Serang, Christina Martha Tiahahu, Dewi Sartika dan Ibu Kartini, adalah bukti jejak peran besar perempuan Indonesia.

“Mereka adalah pahlawan yang rela mengorbankan harta, jiwa dan raga. Untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ini sejarah besar perempuan hebat dan luar biasa. Kita tidak bisa memungkiri, bahwa sesungguh nya perempuan memegang peran penting, di Indonesia,” papar Lestari. (ira)   

Tags: