Rumah Sakit Pendidikan Butuh SDM Tambahan

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Nasir bersama para direktur rumah sakit menandatangani pernyataan keikutsertaan Inaugural Meeting Asosiasi Rumah Sakit PTN Indonesia di RS Unair, Sabtu (28/10) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi]

Surabaya, Bhirawa
Rumah Sakit Pendidikan (RSP) memiliki kewajiban riset dan pengembangan ilmu yang disinkronkan dengan perguruan tinggi. Untuk itu, jumlah sumber daya manuasianya harusnya tidak hanya cukup untuk berjalan.
Hal ini diungkapkan direktur RSP Universitas Airlangga (Unair),  Prof Nasronudin usai pembukaan Inaugural Meeting Asosiasi Rumah Sakit PTN Indonesia di RS Unair, Sabtu (28/10) kemarin. Menurutnya, SDM di rumah sakitnya saat ini hanya cukup untuk berjalan memberikan pelayanan kesehatan. Padahal RSP harus memiliki SDM lebih banyak lagi sehingga bisa berkembang.
“Jadi harus ada porsi pengangkatan langsung lagi dari Kemenristekdikti. Karena SDM saat ini juga terbatas untuk berjalan pelayanan, belum lagi ada sekitar 15 dokter dan perawat yang studi di luar negeri,”ungkapnya.
Saat ini dikatakannya karena tidak ada pengangkatan CPNS, maka SDM yang ada di RSP didanai dengan dana dari Kemenristekdikti. Sehingga anggaran yang ada tidak banyak terserap untuk operasional ataupun riset.
“Untungnya riset ada kolaborasi anggaran dari jatah universitas. Jadi pengembangan tetap berjalan,”urainya. Selain itu, ia juga berharap adanya tambahan biaya dari BPJS. Sebab selama ini pembiayaan BPJS tidak cukup untuk memberikan tambahan subsidi bagi dokter-dokter muda.
Saat ini Kemenristekdikti telah memiliki 25 RSP, hanya saja yang sudah berjalan operasionalnya baru 12 RSP.
Menanggapi permasalahan RSP, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Nasir mengungkapkan rumah sakit yang dimiliki kampus negeri ini nantinya akan disinergikan dengan rumah sakit milik kementerian kesehatan dan rumah sakit swasta lainnya. Dengan demikian insentif para dokter bisa diatasi dengan kejelasan asal pendanaannya.
Pihaknya sudah membentuk komite yang bekerja sama antara Kemenristedikti dan Kemenkes dalam mengembangkan academic health antar rumah sakit. “Pengelolaan Rumah sakit tidak bisa sendiri-sendiri tapi harus saling bersinergi dan berkolaborasi,” katanya.
Sementara itu, melalui pertemuan RSP se Indonesia ini, ia berharap dapat menjadi bahan diskusi agar ada koordinasi dan sinkronisasi para pengelolanya.
“Jadi agar kami di kememterian tahu model struktural, jabatan, pengelolaan keuangan dan SDM-nya. Dengan mengetahui kesamaan tersebut, kementerian bisa mengatur regulasi yang sesuai untuk RSP,”pesannya. [geh]

Tags: