Rumuskan Solusi TPA Benowo, DLH Jatim Apresiasi Kementerian PUPR

Pemprov Jatim, Bhirawa
Dinas LH ProvinsiJatim mengapresiasi dukungan teknis dari Kementerian PUPR untuk menggali titik-titik kerawanan masalah udara di sekitar TAP Benowo Surabaya.
dimana pengoperasian PLTSa berbasis landfill gas yang beroperasi sejak 2014 dengan kapasitas 2 MW turut menjadi faktor utama. PT Sumber Organik pengelola TPA benowo turut menyambut baik terjunnya Kementerian PUPR dan Dinas LH Provinsi Jatim untuk merumuskan solusi bersama demi pengelolaan kondisi udara TPA Benowo yang lebih baik kedepannya.
Salah satu titik rawan yang disepakati akan dirumuskan solusi lebih lanjut adalah penangkapan gas metan di saf sampah paling bawah yang selama ini menggunakan pembalikan sampah, dimana perlu ada peningkatan teknologi penangkapan gas yang timbul dari degradasi sampah.
Langkah ini agar turut berseiring dengan kelanjutan dan optimalisasi penggunaan geomembran untuk penutupansampah, penyemprotan bakteri pengurai EM6, pengolahan air lindi sesuai standar baku mutu, serta penerapan sistem buka tutup.
“Kami berterimakasih pada Kementerian PUPR, atas kesediaan membantu meningkatkan kinerja TPA Benowo, terutama dalam menyongsong perhelatanakbar di 2021. Kami turut mengapresiasi kerjasama yang baik dari Sumber Organik dan Pemkot Surabaya,m” kata Kepala DLH Jatim, Diah Susilowati.
Hal ini menurutnya penting, karena perlunya memastikan target standar dan baku mutu yang ditetapkan dalam Pergub Jatim no.106/2018 sertaPerwali Surabaya no.64/2018 dapat dipatuhi.
Sebelumnya, di Surabaya terdapat persiapan sebagai salah satu venue Piala Dunia U20 kini memasuki babak baru paska penegasan dukungan PemprovJatim. Staf Ahli Menteri PUPR, Sudirman, melakukan kunjungan bersama dengan Kepala DLH Provinsi Jatim, Diah Susilowati, ke TPA Benowo untuk segera melihat langsung kondisi lapangan dan merumuskan solusi.
TPA yang telah beroperasi sejak 2012 dengan 71% komposisi sampah basah ini dipandang perlu melakukan terobosan dalam pengelolaan agar bisa dihindari kendala kondisi udara sekitar termasuk ke wilayah Gelora Bung Tomo (GBT), karena tingginya timbulan gas metan.
PLTSa berbasis incinerator yang akan diresmikan dalam waktu dekat dipastikan akan turut membantu mengurangi potensi masalah udara karena sampah akan berkurang signifikan melalui proses pembakaran yang turut menghasilkan energi listrik.
Namun tetap harus bersamaan dengan terobosan pengelolaan sampah karena selain dari adanya tumpukan sampah yang telah ada hingga saat ini, volume sampah harian kedepannya juga tidak seluruhnya bisa tertangani dengan incinerator. [rac]

Tags: