Rupiah Melejit Kuat

Foto Ilustrasi

Kinerja sektor keuangan menunjukkan kenaikan tajam di tengah wabah pendemi CoViD-19. Hanya dengan komitmen utang lunak sebesar US$ 60 milyar dari Amerika Serikat (AS), rupiah menguat kencang. Sampai senilai Rp 15.500-an pada perdagangan langsung akhir pekan ini. Nampaknya, “permainan” hanya berlangsung sekitar sebulan (selama bulan Maret), rupiah terpuruk sampai mendekati Rp 17 ribu. Transaksi peradagangan juga mencatatkan surplus selama bulan Maret.
Neraca perdagangan secara month to month (bulan Pebruari ke Maret 2020) surplus sebesar US$ 0,74 milyar. Walau sebenarnya, surplus pada bulan tergolong paling kecil. Sehingga selama triwulan awal tahun (2020) ini diperoleh surplus US$ 2,62 milyar. Data BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat sepanjang bulan Maret nilai ekspor sebesar 14,09 milyar. Hanya naik 0,23%. Sebaliknya kinerja impor makin membengkak 15,6%, bernilai US$ 13,35 milyar.
Surplus terbesar tercatat pada bulan Pebruari, sebesar US$ 2,51 milyar. Hebatnya, surplus triwulan pertama tahun 2020, terasa bagai “kebangkitan” ekonomi Indonesia. Karena triwulan pertama 2019, neraca perdagangan mengalami defisit 0,06 milyar. Bisa jadi disebabkan tahapan Pilpres yang mengalami eskalasi puncak isu diametral sosial. Kepercayaan internasional kembali terbangun usai pelantikan jajaran “Kabinet Indonesia Maju,” 23 Oktober 2019.
Kebangkitan perekonomian langsung tancap gas pada awal tahun 2020. Terutama kinerja perdagangan (ekspor dan impor). Tiga bulan pertama menjadi awal yang baik, dengafn mencatatkan surplus. Impor terbesar dicatat pada sektor pertahanan dan keamanan (produk senjata dan amunisi, menjadi sebesar US$ 187,1 juta. Angka ini sangat fantastis, hampir 7.500% dibanding bulan Pebruari (2020) yang masih sebesar US$ 2,5 juta.
Namun kenaikan impor persenjataan bisa meyakinkan jaminan kemanan (dan ketertiban) dalam negeri. Sehingga lebih menjamin ketenteraman usaha perekonmian, dan pembangunan. Tetapi kenaikan impor persenjataan hanya pada persentase kenaikan. Sedangkan nilai belanja riil tertinggi tercatat pada sektor permesinan dan perlengkapan elektronik, mencapai US$ 1,6 milyar (bulan Pebruari sebesar US$ 422,8 juta). Menandakan roda perekonomian bergerak lebih cepat.
Surplus terbesar tercatat pada bulan Pebruari, sebesar US$ 2,51 milyar. Hebatnya, surplus triwulan pertama tahun 2020, terasa bagai “kebangkitan” ekonomi Indonesia. Karena triwulan pertama 2019, neraca perdagangan mengalami defisit 0,06 milyar. Bisa jadi disebabkan tahapan Pilpres yang mengalami eskalasi puncak isu diametral sosial. Usai pelantikan Kabinet, perekonomian dipacu lebih cepat. Bahkan otoritas perdagangan AS (The US Trade Representative) menggolongkan Indonesia sebagai negara maju.
Surplus perdagangan tercatat dengan beberapa Negara sahabat. Antaralain, dengan AS surplus US$ 3 milyar (naik 35%), dan surplus dengan India mencapai US$ 1,9 milyar (naik 6,5%). Aliran masuk permodalan asing kembali bangkit seiring kepercayaan kemampuan Indonesia menangani wabah virus corona. Kepercayaan menyebabkan terjadi capital inflow (aliran modal masuk) mulai pekan kedua bulan April).
Berdasar data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, sudahj terjadi aliran modal masuk yang lebih besar. Sebelumnya, selama bulan Maret terjadi capital out-flow (aliran modal keluar) sampai milyaran dolar. Itu yang menyebabkan nilai kurs rupiah terpuruk. Pemerintah masih berkewajiban menjaga (memastikan) realisasi jaring pengaman sosial, berkait pandemi CoViD-19. Terutama realisasi pagu ketahanan kesehatan, serta produksi dan pasokan pangan.
Skema nasional penanganan wabah virus corona, juga menyasar rehabilitasi perekonomian pasca-pandemi. Penguatan rupiah patut dijaga, sebagai pengharapan pada masa “siuman.” Karena beberapa bahjan pangan masih bergantung impor. Terutama kedelai, bawang putih, dan susu, yang berkait dengan hajat hidup masyarakat luas lintas usia. [*]

Rate this article!
Rupiah Melejit Kuat,5 / 5 ( 1votes )
Tags: