Rusia Jajaki Kerjasama dengan Jatim

Gubernur Soekarwo Menerima Audiensi Bapak Wahid Supriyadi, Dubes RI Untuk Rusia di Gedung Negara Grahadi.

Gubernur Soekarwo Menerima Audiensi Bapak Wahid Supriyadi, Dubes RI Untuk Rusia di Gedung Negara Grahadi.

Rintis Sister City antara Surabaya dengan Vladivostok
Pemprov, Bhirawa
Furniture dan buah tropis menjadi dua komoditi besar dalam industri perdagangan di Rusia. Selama ini, kedua komoditi tersebut paling besar berasal dari Indonesia. Untuk itu, Dubes RI untuk Rusia, Wahid Supriyadi menawarkan Provinsi Jatim untuk menjajaki kerjasama perdagangan dengan Rusia. Hal ini disampaikannya saat bertemu langsung dengan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo di Ruang Kerja Gubernur Jatim di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (18/10).
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo menyambut baik kunjungan dan tawaran kerjasama dagang ini. Dengan adanya bantuan penghubung dari Dubes RI di Rusia, tentunya akan memudahkan proses administrasi perdagangan di sana. Terkait tawaran ini, ia akan mendetailkan poin-poin kerjasama dan akan dibicarakan lebih lanjut. “Selama ini yang menjadi kendala perdagangan kita di luar negeri adalah mencari perwakilan di sana, makanya kita sering meng-hire orang sana. Saya sangat menyambut baik tawaran ini, karena akan memudahkan kita. Prinsipnya kita sangat tertarik,” ujar Pakde Karwo sapaan akrabnya.
Menurutnya ada tiga komoditi besar ekspor Jatim. Pertama, ekspor Jatim paling besar adalah perhiasan. “Pasar perhiasan tahun ini sebesar 6,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 70 triliun  dan perhiasan ini setiap tahun naik sekitar 40 persen. Kedua, komoditi kulit dan ketiga furniture. Untuk furniture ini kami masih ekspor ke AS dan Eropa. Pada 2012 produk furniture merupakan ekspor terbesar dari Jatim,” ujarnya.
Terkait dengan produk agrobisnis seperti buah tropis, Pakde Karwo menyambut baik. “Jatim sedang mengembangkan industri on-farm, mengolah bahan baku menjadi produk olahan. Kami akan kirim pisang atau mangga, tapi proses ekstraknya akan dilakukan di sini. Jadi kita mengirim dalam bentuk keripik atau sirup,” katanya.
Lebih lanjut, Pakde Karwo minta kerjasama pendidikan antara Rusia dan Indonesia menyasar pada pendidikan vokasional. “Di Jatim ada kurang lebih 1.700 SMK, dan lebih dari 1.100 SMK kami sudah berstandar internasional. Kami minta kerjasama pendidikan terkait vokasional, bisa melalui beasiswa. Karena SMK kita menyumbang tenaga kerja yang besar baik untuk industri di dalam negeri maupun luar negeri,” katanya.
Sementara itu, Dubes RI untuk Indonesia Wahid Surpiyadi mengatakan bahwa impor Rusia akan komoditi furniture dan buah tropis paling besar berasal dari Indonesia. Dan ia melihat peluang Jatim sebagai penghasil furniture dan buah tropis terbesar hingga diekspor ke pasar mancanegara. Selain itu, komoditi agrobisnis seperti pisang dan mangga sangat disukai warga Rusia seperti keripik pisang. “Di Vladivostok (Rusia) sendiri nilai impor furniture sebesar 21 juta dollar AS. Selain itu, buah tropis sangat disukai warga Rusia, termasuk rambutan. Saya lihat Jatim punya peluang besar di situ karena furniture dan buah tropis di Jatim sangat besar produksinya,” ujarnya.
Selain itu, pada 2017 nanti rencananya akan diselenggarakan Festival Indonesia di Moskow di mana akan dipamerkan beragam kekayaan Indonesia serta produk-produk unggulan Indonesia. Ia menawarkan Jatim agar menampilkan produk-produk unggulannya dalam pameran ini. “Selain furniture dan buah tropis, saya juga sedang mendorong Jatim agar bisa mengirim kopi dan teh ke Rusia, karena kopi ini merupakan produk eksotis dari dunia. Saya sudah bertemu dengan beberapa maskapai terkait flight langsung ke Moskow dari Indonesia, yang nanti bisa sekaligus mengangkut komoditi kita,”  katanya.
Selain menjajaki kerjasama perdagangan, agenda kunjungan Dubes Wahid ke Jatim ini adalah merintis Sister City antara Surabaya dengan Vladivostok.

Datangi Unair – ITS
Misi kerjasama bilateral kembali masuk melalui pintu perguruan tinggi. Setelah menemui Gubernur Jatim,  Duta Besar RI untuk Rusia mendatangi dua PTN ternama di Surabaya dengan membawa misi kerjasama menciptakan kota kembar Vladivostok dan Surabaya.
Kedua PTN yang dikunjungi Dubes RI untuk Rusia Wahid Supriyadi itu ialah Unair dan ITS. Wahid mengungkapkan, pihaknya ingin agar hubungan bilateral antara Vladivostok dan Surabaya bisa diisi dengan berbagai bidang kerjasama, salah satunya adalah pendidikan.
Di ITS, yang dilirik adalah sektor kemaritiman. Sementara Unair disarankan membuka program studi Sastra Rusia. Saat ini dia mengaku baru ada dua universitas yang menawarkan prodi Sastra Rusia. Sementara itu, hubungan politik dan bisnis semakin meningkat. “Jadi, ini bagus sebagai peluang bagi lulusan-lulusan yang mengerti Bahasa Rusia. Kita usulkan ada semacam jurusan Sastra Rusia atau Pusat Studi Rusia,” kata Wahid.
Wahid juga menawarkan adanya program pertukaran mahasiswa dari Unair ke kampus-kampus di Rusia. Nantinya program pertukaran pelajar itu akan dilaksanakan dengan Bahasa Inggris untuk mempermudah komunikasi. Di sana juga disediakan banyak pusat pelatihan yang bisa dimanfaatkan oleh warga non Rusia untuk belajar.
Hubungan bilateral Indonesia-Rusia, lanjut Wahid, sudah terjalin dengan baik khususnya di bidang politik dan ekonomi. Berbeda dengan bidang pendidikan yang jumlahnya masih sedikit. Oleh karenanya, Wahid mengatakan, ada kemungkinan untuk menjalin kerjasama pendidikan antara perguruan tinggi di Indonesia dengan Rusia. “Terlebih saat ini sudah ada perguruan tinggi di Rusia yang tertarik dengan majunya kemaritiman dan Teknik Perkapalan di ITS,” ungkapnya.
Vladivostok State University Economics and Service (VSUES) merupakan universitas yang berada di kota paling timur Rusia, dan Vladivostok yang secara terang-terangan melirik ITS. Wahid menjelaskan, secara potensi, Surabaya dan Vladivostok sama-sama merupakan kota pelabuhan. “Bisa saja ke depan ada kemungkinan kerjasama. Karena yang saya tahu VSUES juga terkenal unggul dalam bidang konstruksi kapalnya,” tutur Wahid.
Wakil Rektor III Unair Prof Amin mengajak pihak Rusia untuk berkolaborasi dalam penelitian dan visiting professor. “Kita senang kalau ada profesor-profesor di sana yang mau visiting ke Unair,” tutur Prof Amin.
Ia menambahkan Unair memiliki program unggulan yaitu riset mandat dengan dana sebesar Rp 250 juta untuk lima publikasi yang terindeks Scopus. “Akan lebih baik jika kita berkolaborasi dengan peneliti di Rusia,” pungkas dia. [rac,iib,tam]

Rate this article!
Tags: