Rutin Lakukan Pembinaan, Malang Ikut Penuhi Kebutuhan Daging Nasional

Petugas PKb saat memeriksa sapi milik warga Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang yang diikutkan Pelayanan Gratis Upsus Siwab.

Mengakselerasi Swasembada Daging Agar Tak Cuma Mimpi (bagian kedua)
Pemprov Jatim, Bhirawa
Wonoayu, merupakan desa kecil yang hanya berpenduduk 1.550 jiwa. Namun soal peternakan, jangan dianggap sebelah mata. Sebab sebanyak 87 persen warganya adalah peternak. Tak heran jika Desa Wonoayu menjadi salah satu desa andalan Kabupaten Malang, dalam rangka ikut mengakselerasi program swasembada daging yang telah dicanangkan pemerintah sejak 2000 lalu.
Peternakan sapi potong di Desa Wonoayu sudah berlangsung cukup lama. Usaha turun-temurun ini terus digeluti karena dinilai memberikan penghasilan yang layak. Tak heran jika tiap tahun, jumlah sapi potong di desa tersebut terus meningkat. Saat ini, populasi sapi potong di desa yang memiliki luas 254,60 hektare ini mencapai 833 ekor.
“Peternakan dan pertanian menjadi mata pencaharian utama warga Wonoayu. Jumlahnya mencapai 87 persen. Disusul perdagangan 6 persen, buruh pabrik 4 persen, jasa 2 persen dan perkebunan 1 persen. Untuk komoditi peternakannya ada sapi, kambing, ayam potong, itik dan entok,” ujar Kepala Desa Wonoayu, Wina Nurnama SSos Msi, disela acara Pelayanan Gratis Program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) di Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Rabu (29/8).
Menurut Wina, peternak sapi potong di desanya sangat meminati kawin suntik atau inseminasi buatan (IB). Selain mudah prosesnya, tingkat keberhasilan kebuntingan juga cukup tinggi. Makanya, peternak mulai meninggalkan kawin cara alami.
“Adanya kawin suntik itu, saat ini mayoritas peternak lebih memilih memelihara sapi betina. Dari jumlah 833 ekor sapi potong, 686 ekor adalah sapi betina dan 147 ekor sapi jantan. Banyaknya sapi betina ini karena setiap tahun bisa bunting,” katanya.
Agar perkembangan sapi potong terus berkembang, Pemerintah Desa Wonoayu pun membangun berbagai infrastrukturnya. Terbaru, memanfaatkan anggaran dana desa (ADD) untuk membuat BUMDes (badan usaha milik desa) yang salah satu layanannya adalah simpan pinjam. Bagi peternak yang ingin pinjam bantuan bisa lewat BUMDes tersebut.
Selain itu, pemerintah desa juga telah membuat wadah bernama Kelompok Tani Ternak Wonokoyo pada 2016. Kelompok ini dibuat bermula banyak warga yang bertanya, kenapa desanya tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Setelah dicari tahu, ternyata jika ingin mendapat bantuan, harus ada kelompok yang mewadahi.
Ketua Kelompok Tani Ternak Wonokoyo, Mat Saidi mengatakan, sejak berdiri, kelompok ini telah mendapat bantuan berupa 11 ekor kambing. Sebanyak 10 ekor kambing betina dan satu ekor jantan. Bantuan ini telah diberikan kepada warga dengan teknis, setelah tiga tahun setiap satu ekor kambing betina harus mengembalikan dua ekor kambing. Sekarang proses tersebut sudah berjalan.
“Kami juga mendapatkan bantuan choper atau mesin pecacah rumput untuk mengolah pakan yang divermentasi. Bantuan ini tentu mempermudah peternak untuk membuat pakan alternatif,” ujar pria yang juga menjabat Sekretaris Desa Wonoayu ini.
Camat Wajak, Drs Atsalis Supriyanto MSi menuturkan, dari 234.482 ekor sapi potong di Kabupaten Malang, 17.687 ekor berada di Kecamatan Wajak yang tersebar di 13 desa. Dari 17.687 ekor itu, terdiri dari 8.470 ekor sapi jantan dan 9.217 ekor sapi betina. Salah satu desa yang jumlah sapi potongnya paling banyak ada di Wonoayu yang mencapai 833 ekor.
Supaya jumlah sapi potong di Wonoayu terus meningkat dan ikut menyukseskan program swasembada daging, Kecamatan Wajak bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang senantiasa rutin dua atau tiga bulan sekali memberikan motivasi, bimbingan dan pembinaan kepada peternak.
Tak hanya dari pemerintah, kalangan kampus seperti dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (UB) Malang juga melakukan pembinaan. “Sama seperti pemerintah, dari Universitas Brawijaya juga melakukan kawin suntik, memeriksa kebuntingan dan memeriksa kesehatan sapi. Perhatian semacam ini sangat dibutuhkan peternak,” ungkapnya.

Penuhi Kebutuhan Nasional
Kabupaten Malang merupakan salah satu sentra peternakan di Jatim. Saat ini, jumlah populasi sapi potong mencapai 234.482 ekor, sapi perah 83.660 ekor, kambing 253,209 ekor, domba 33.776 ekor, kelinci 42.606 ekor, ayam buras 2.357.744 ekor, ayam petelur 5.912.692 ekor, ayam pedaging 28.927.203 ekor, itik dan entok 935.757 ekor.
Melihat jumlah ternak yang cukup besar itu, saat ini tingkat konsumsi daging masyarakat Kabupaten Malang sebesar 6,40 kg/kapita/tahun dengan kebutuhan 16.490 ton/tahun. Konsumsi telur 9,38 kg/kapita/tahun dengan kebutuhan 24.168 ton/tahun dan konsumsi susu 0,15 kg/kapita/tahun dengan kebutuhan 386 ton/tahun.
Sementara itu, ketersediaan daging yang tersedia sebanyak 41.858 ton, telur 48.392 ton dan susu 119.094 ton. Itu artinya, Kabupaten Malang memiliki surplus daging 25.367 ton/pertahun, telur 24.224 ton/tahun dan susu 118.707 ton/tahun.
Bupati Malang, Dr H Rendra Kresna BcKU SH MM MPM menyatakan, Pemerintah Kabupaten Malang memiliki komitmen kuat dalam pembangunan bidang peternakan. Apalagi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 pada Nawacita ke-7, menyebutkan tentang peningkatan kedaulatan pangan dengan sasarannya, yaitu peningkatan ketersediaan pangan bersumber pada produksi dalam negeri.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian RI, kebutuhan nasional daging sapi pada 2017 mencapai 604.966 ton. Sedangkan kemampuan peternak lokal untuk penyediaan daging sapi lokal baru memenuhi 65,24 persen dari kebutuhan nasional, sehingga sisanya dipenuhi lewat impor.
“Kabupaten Malang saat ini telah mampu memenuhi kebutuhan daging untuk kebutuhan lokal maupun regional. Bahkan mampu berkontribusi terhadap permintaan daging sapi nasional mencapai 6,91 persen,” ujar Rendra.
Pencapaian ini, lanjut Rendra, tidak terlepas dari strategi dilaksanakannya program Upsus Siwab. Dimana ada kegiatan kawin suntik, pemeriksaan kebuntingan dan pemeriksaan gangguan reproduksi secara gratis. Lalu, ada pencanangan motto ‘INTAN BERGARIS EMAS’ yang artinya ‘Inseminasi Buatan Beranak Tiga Ratus Ribu Ekor Masyarakat Sejahtera’.
Secara ekonomi, kawin suntik telah memberi kontribusi cukup besar terhadap pembangunan di Kabupaten Malang. Jika rata-rata kelahiran sapi sebanyak 60 ribu ekor/tahun dengan harga anak sapi umur lima bulan rata-rata Rp8,5 juta, maka setiap tahunnya ada perputaran uang sekitar Rp510 miliar.
Tak mengherankan jika pada 2017, sumbangsih peternakan secara keseluruhan pada produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Malang senilai Rp2,3 triliun. “Itu masih sumbangsih PDRB dari sapi potong saja, belum termasuk sapi perah dan hewan ternak lainnya,” pungkasnya. [Zainal Ibad]

Tags: