Saat Generasi Milenial Berantas Stigma Buruk ODGJ

Para generasi milenial yang membuat video ajakan untuk masyarakat dalam memberantas stigma buruk terhadap ODGJ yang mendapatkan penghargaan di Jambore Kesehatan Jiwa Jatim 2018. [alimun hakim]

Kampanye Lewat Video Pendek, Juara Jambore Kesehatan Jiwa Jatim 2018
Kab Lamongan, Bhirawa
“Gangguan jiwa bukanlah penyakit yang harus di hindari. Gangguan jiwa merupakan penyakit yang harus kita bantu selesaikan. Mari kita bersama berantas stigma,”
Demikian kalimat kunci yang menjadi penegas sebuah video dengan durasi satu menit. Video ini mengisahkan seseorang menderita gangguan jiwa yang pada ahirnya mendapatkan haknya sebagai manusia untuk tetap di lindungi dan harus di bantu untuk menyelesaikanya. Sehingga stigma buruk di masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa bisa lenyap.
Melalui video pendek itu, para mahasiswa yang terlibat memberikan sebuah pesan ajakan dengan hati yang disampaikan kepada masyarakat melalui karya visualnya. Abidatul Kholiq mahasiswi asal Lamongan yang menempuh studi di Unipdu (Universitas Pondok Pesantren Darul Ulum) Jombang terlibat sebagai aktor pemeran dalam proses bikinya video ajakan positif tersebut.
Dengan adanya karya visual yang merupakan hasil karya kerja bersama, Orang yang akrab di panggil Bida ini, bersama empat temanya mendapatkan penghargaan atas karyanya pada Jambore Kesehatan Jiwa Jatim 2018 pada Oktober lalu, yang diselenggarakan di Lamongan. Hasil karya videonya masuk nominasi terbaik kedua di event Jawa Timur tersebut pada tahun 2018.
Pada video itu bercerita, seorang ibu yang mempunyai anak dengan gangguan jiwa terlihat sedih karena anaknya selalu jadi bahan ejekan oleh masyarakat setempat. Ahirnya seorang ibu itu harus rela mengurung anaknya yang menderita gangguan jiwa karena tak mau anaknya menjadi bulan bulanan dalam ejekan dan dihindari oleh beberapa teman mainya.
Kemudian datanglah seorang pemuda yang memberikan pemahaman terkait cara penanganan Orang Dengan Ganngguan Jiwa dengan perlahan. Pemuda itu dengan sabar mendidik anak ibu tersebut sehingga ahirnya dapat sembuh dari penyakit gangguan jiwa dan kembali ke masyarakat selayaknya manusia normal.
Bahkan, anak seorang ibu yang dulunya punya penyakit gangguan jiwa mampu berprestasi hingga masuk televisi karena potensinya di bidang tarik suara berkembang. Kesembuhan anaknya menjadi sebuah berkah dan kebahagiaan bagi keluarga.
Abida asal Kecamatan Turi, Lamongan yang berperan sebagai ibu dalam video tersebut mengatakan, berangkat dari sebuah masalah di masyarakat saat ini dengan melakukan penelitian bahwa dirinya melihat masyarakat menganggap gangguan jiwa adalah penyakit yang harus di hindari. Nah, bermula dari itulah dirinya ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa penyakit ganguan jiwa itu jangan malah di hindari, tetapi harus bantu untuk menyelesaikanya.
Abida yang telah menempuh proses skripsi ini juga menceritakan, awal mulanya bersama empat temanya bikin video itu dari permasalahan yang dijadikan tema, yaitu berantas stigma pada ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).
Karena ingin mengubah stigma masyarakat bahwa ODGJ juga punya potensi yang bisa dikembangkan dan berdaya saing, meskipun pasien ODGJ yang sudah sembuh setelah menjalani rehabilitasi di RS jiwa. Tetapi masyarakat sekitar justru menstigma pasien.
“Itulah yang membuat stressor muncul kembali, dan semakin tinggi angka kekambuhan pasien odgj.Selama ini Departemen jiwa FIK Unipdu Jombang telah melakukan terobosan untuk melakukan pendekatan kepada keluarga dan kader dg psikoedukasi terkait maslah kesehatan jiwa,” terangnya.
Sehingga, lanjutnya, masyarakat semakin peduli dengan masalah kesehatan jiwa. Selain itu upaya tim FIK Unipdu pada ODGJ dengan melatih dan mningkatkan potensi mereka dengan memberikan terapi okupasi sehingga pasien ODGJ dpat dterima kembali dlingkungannya.
“Pesan dari video kami yaitu ayo kita rangkul bersama pasien ODGJ karena tanpa uluran tangan dan simpati kita mereka tidak akan sembuh minimal kita bisa merubah mindset kita dulu dengan aksi stop stigma,” ujarnya.
Terpisah, dosen pembimbing Abida, Athi Linda Yani SKep Ners MKep berharap, dengan membuat video pendek tentang brantas stigma yang merupakan pesan edukasi di dalam isi video tersebut dapat mudah dterima oleh masyarakat. “Karena pesan video tersebut menggambarkan saat ini realita yang banyak kami temukan dilapangan. Mari kita kampanyekan bersama Stop Stigma ODGJ,” pungkasnya. [alimun hakim]

Tags: