Saat Jurnalis Meliput Corona

Oleh:
Sugeng Winarno
Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
Seperti halnya dokter dan perawat, jurnalis juga riskan terpapar virus Corona (Covid-19). Dokter dan perawat yang selama ini langsung bersentuhan dengan pasien di rumah sakit, puskesmas, dan klinik kesehatan. Demikian halnya dengan jurnalis. Mereka juga harus meliput peristiwa wabah Corona dari lokasi yang rawan, seperti di rumas sakit dan beberapa tempat yang menjadi sumber penularan virus. Untuk itu, selain bagi dokter dan perawat, pedoman atau protokol peliputan Corona harus dipatuhi oleh para jurnalis.
Sejumlah dokter dan petugas medis diberitakan meninggal dunia terinfeksi virus Corona saat menangani pasien. Tugas dokter dan perawat memang sangat berat karena harus berhadapan dengan orang yang terinfeksi virus secara langsung. Apalagi dengan volume dan jam kerja yang sangat tinggi, tentu kondisi kelelahan dapat mengurangi kekebalan dan daya tahan tubuh para dokter dan petugas medis yang sedang bekerja. Pun demikian dengan para jurnalis, mereka juga kelompok yang juga riskan.
Dokter, perawat, dan jurnalis adalah manusia biasa. Artinya, mereka semua juga mungkin terkena virus yang berbahaya ini. Sejumlah dokter dan perawat saat menjalankan tugas ada yang terpapar virus, tak menutup kemungkinan para jurnalis. Untuk itu kewaspadaan dan kedisiplinan dalam mengikuti protokol saat liputan menjadi penting diperhatikan dan dilakukan. Protokol ini dibuat sebagai petunjuk aman saat jurnalis melakukan liputan. Protokol mengatur secara standar kesiapan fisik sang jurnalis dan penulisan konten informasinya.
Tugas Mulia
Seperti halnya dokter dan petugas medis, tugas jurnalis dalam meliput Corona adalah tugas mulia. Kalau dokter dan perawat bertugas mengobati pasien secara medis, sementara seorang jurnalis harus melaporkan peristiwa wabah Corona ini kepada masyarakat. Dari sejumlah laporan yang telah dibuat para jurnalis diharapkan masyarakat punya pengetahuan, pemahaman, dan kewaspadaan terkait wabah virus yang mematikan ini. Untuk itu, tugas jurnalis tak bisa dianggap enteng.
Tugas jurnalis meliput Corona berada di garda depan seperti halnya dokter dan petugas medis. Melalui beragam berita dan informasi yang disampaikan jurnalis dalam beragam platform media, masyarakat mendapatkan informasi, pengetahuan, dan pendidikan terkait wabah Corona ini. Asupan informasi yang benar dan akurat menjadi sangat dibutuhkan masyarakat selain asupan makanan dan minuman yang bergizi. Kebutuhan akan informasi saat ini telah menjadi kebutuhan pokok bagi kebanyakan orang.
Kalau banyak profesi lain saat ini bisa dilakukan dari rumah (Work From Home) tenyata tak demikian buat kerja jurnalis. Memang bisa media melaporkan peristiwa hanya dari keterangan pers tertulis (press release) yang telah dibuat sejumlah instansi. Untuk akurasi dan pendalaman berita harus dilakukan dengan melakukan liputan langsung yang lebih mendalam. Tuntutan jurnalisme mengharuskan kerja jurnalis turun lapangan.
Situasi sulit liputan Corona ini mengandung resiko yang besar bagi jurnalis. Namun hasil liputan berupa berita dan informasi penting memang sangat ditunggu masyarakat. Tugas mulia pers dan kerja jurnalis memang tak ringan, terutama dalam situasi krisis seperti saat ini. Media dan jurnalis dituntut mampu menjembatani penyampaian informasi dari pemerintah kepada masyarakat. Tanggungjawab kerja jurnalis sangat mulia sebagai mata hati dan penyambung suara pemerintah dan masyarakat.
Peran yang dimainkan insan pers saat ini harus berhadapan dengan derasnya informasi melalui media sosial. Tantangan jurnalis media konvensional menjadi lebih berat karena harus berhadapan dengan masifnya informasi bohong yang banyak beredar lewat medsos. Situasi ini menuntut peran jurnalis agar mampu menjadi penjernih dan pelurus informasi yang keliru di tengah derasnya banjir informasi virus Corona saat ini.
Literasi Liputan Wabah
Sejumlah organisasi kewartawanan seperti Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), dan beberapa organisasi lain mengeluarkan pedoman peliputan Corona. Upaya ini dilakukan agar secara standar keamanan bagi sang jurnalis bisa terjaga. Di samping itu agar jurnalis juga memahami dan mengetahui istilah-istilah, prosedur penanganan, dan sejumlah hal teknis lainnya agar ketika menulis dan menyampaikan berita tak keliru dan tak membingungkan khalayak.
Melek liputan bencana atau wabah ini menjadi penting bagi seorang jurnalis karena akibat buruk bisa terjadi dari kerja peliputan yang tak memenuhi standar. Misalnya terkait standar pengamanan pribadi ketika meliput. Seperti di ketahui bahwa virus Corona ini penularannya sangat cepat. Dalam kaitan ini seorang jurnalis tentu harus menggunakan alat pelindung keamanan saat meliput seperti penggunaan masker, sarung tangan, tutup kepala, dan baju yang dapat melindungi tubuh agar tak terpapar virus secara langsung.
Perlindungan secara pribadi ini penting agar jurnalis ketika meliput wabah atau bencana justru tak menjadi bencana bagi si jurnalis itu sendiri. Bagaimanapun keselamatan diri menjadi sesuatu yang harus diutamakan bagi para jurnalis yang sedang meliput peristiwa Corona. Seorang jurnalis juga harus memikirkan keselamatan keluargannya di rumah dan di lingkungannya yang lebih luas dari kemungkinan terpapar virus.
Selain dari sisi keselamatan personal, literasi terkait pengetahuan virus Corona juga menjadi penting. Istilah-istilah medis, beberapa term kesehatan, dan beragam narasi medis harus dipahami dengan benar. Hal ini penting agar informasi yang disampaikan kepada masyarakat tak menyesatkan. Berita yang disampaikan harus benar-benar akurat dengan data dan pemakaian istilah yang sesuai dengan istilah dalam kesehatan.
Para jurnalis peliput wabah Corona hendaknya selalu mempertimbangkan kemungkinan dampak negatif yang muncul dari pemberitaan yang dibuat. Sejumlah fakta yang berpeluang menciptakan suasana menakutkan dan mencekam hendaknya disampaikan dengan hati-hati. Efek pemberitan yang berpotensi memunculkan kepanikan dan ketakutan harus diminimalisir. Berita di media harus menyadari kondisi psikologis khalayak saat ini yang butuh ketenangan.
Berita dan informasi yang disajikan jurnalis hendaknya juga mudah dipahami. Istilah media atau kesehatan terkadang memang rumit karena terkait dengan sesuatu yang sangat ilmiah. Dari materi yang mungkin sulit dicerma awam tersebut, jurnalis dituntut mampu menyampaikan sesuatu yang rumit dan berat menjadi hal yang mudah dipahami. Namun, tetap berpedoman pada aturan dalam dunia medis agar tak menimbulkan kesalapahaman bagi pembaca, pendengar atau penonton dari berita yang disajikan oleh jurnalis.
Semoga sejumlah profesi di garda depan penanganan wabah Corona ini tetap diberikan kesehatan dan keselamatan. Peran dokter, perawat, dan jurnalis perannya sangat penting saat badai virus Corona ini menerjang. Yakinlah, bagai ini pasti berlalu. Semoga!
————- *** ————–

Rate this article!
Tags: