Saatnya Berfokus pada Peran Keluarga

(Refleksi Hari Anak Nasional, 23 Juli)

Oleh :
Ani Sri Rahayu
Dosen dan Trainer Universitas Muhammadiyah Malang

Setiap tanggal 23 Juli merujuk dari Keppres No 44/1984 Indonesia merayakan Hari Anak Nasional (HAN). Itu bermula dari sebuah gagasan untuk mewujudkan kesejahteraan anak. Peringatan HAN merupakan momentum penting untuk menggugah kepedulian dan partisipasi bangsa Indonesia dalam menghormati, menghargai, dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminatif. Selain itu, juga memberikan yang terbaik untuk anak serta menjamin semaksimal mungkin kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya.
Mengawal tumbuh kembang anak
Mengawal tumbuh kembah anak supaya menjadi pribadi berakhlak mulia, sudah semestinya menjadi tanggungjawab semua keluarga di negeri ini.Melalui keluarga atau orang tua diharapkan mampu menjalankan peran sebagai lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak. Keluarga Indonesia mesti menjadi wadah bagi anak-anak tumbuh dan berkembang menjadi generasi sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia, dan cinta tanah air. Tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kualitas pengasuhan dan keluarga dalam upaya perlindungan dan menciptakan lingkungan berkualitas bagi tumbuh kembang anak.
Pengertian anak menurut Undang-Undang Perlindungan Anak tahun 2002 adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Selain itu merujuk dari segi usia, anak-anak sesungguhnya persepsi dari orang dewasa. Pengelihatan mereka selalu mengamati. Telinga mereka senantiasa menyimak. Melalui pikiran mereka terus mencerna. Mereka adalah peniru. Melihat orang dewasa memperlakukan orang lain penuh kepedulian, kelak mereka akan memperlakukan orang lain dengan kelemah-lembutan cinta yang merawat (nurturing love) pula.
Begitupun anak mengenal berbagai macam nilai dan norma dalam keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai tanggung jawab tertentu, keluarga dapat menentukan karakter setiap anggotanya terutama anak. Anak merupakan anggota keluarga yang wajib dilindungi oleh setiap angota lain yang ada di dalam keluarga. Kebutuhan setiap anak harus dipenuhi oleh perlu diperhatikan sehingga potensi yang dimiliki oleh anak dapat berkembang dengan baik. Keluarga sangat berperan dalam melindungi anak. Rasa nyaman dan suasana yang mendukung perlu diciptakan oleh keluarga terhadap anak.
Anak merupakan bagian dari suatu keluarga, memiliki tugas perkembangan sesuai tingkat usia. Agar anak dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, perlu ruang yang aman. Keluarga yaitu orang tua dan saudara dekat bertanggungjawab atas keamanan anak yang memiiki kondisi lemah, karena belum mampu membela diri ketika terjadi bahaya. Oleh karena itu, agar anak dapat melaksanakan tugas perkembangan hingga usia dewasa harus dijauhkan dari kondisi psikis yang menekan. Disinilah perlunya peran keluarga dan masyarakat untuk mengantisipasi bahaya yang mungkin terjadi pada anak melalui pencegahan dan pengendalian.
Memaksimalkan peran keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak-anak. Melalui keluarga besar harapan setiap anak memperoleh kenyamanan, ketenteraman, dan kebahagiaan idealnya dapat diperoleh anak dalam sebuah keluarga. Untuk memperoleh sebutan sebagai tempat yang menyenangkan dan menentramkan, diperlukan peran orang tua untuk mampu mewujudkan kondisi nyaman bagi anak-anak. Anak-anak pada umumnya akan betah di rumah ketika suasana keluarga nyaman.
Apalagi pendidikan harus dimulai dari keluarga dan orang tua sebagai pendidik utama. Oleh karena itu, peran aktif dan pelibatan orang tua dalam pendidikan anak adalah suatu keharusan. Keluarga sebagai salah satu pilar dalam tri sentra pendidikan memiliki peran yang signifikan dalam mendukung keberhasilan pendidikan nasional.
Kalau ditanya posisi pentingnya peran keluarga dalam proses pendidikan anak, tentu tidak ada yang membantah. Hanya saja, seberapa besar peran yang harus diberikan keluarga, khususnya orang tua, ini kerap menjadi bahan diskusi. Sebab, kemampuan masing-masing keluarga dalam mendampingi pendidikan anak-anak tentu beragam. Ini yang kemudian membutuhkan peran lembaga penyelenggara atau pengelola pendidikan seperti sekolah. Namun, satu hal yang tak bisa ditawar, dalam proses pendidikan anak, keluarga adalah peletak dasar pondasi yang kelak akan menentukan kokohnya perkembangan pendidikan dan kepribadian anak.
Unicef, salah satu lembaga di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berkonsentrasi menangani anak, dalam laman resminya juga mengingatkan betapa pentingnya partisipasi orang tua dan komunitas dalam proses pendidikan anak secara dini. Keterlibatan peran keluarga atau orang tua dalam banyak penelitian disebutkan memiliki korelasi positif terhadap keberhasilan pendidikan dan perkembangan emosi serta sosial anak. Karena itu, seiring dengan perkembangan zaman, khususnya pesatnya teknologi informasi yang ditandai dengan kemudahan akses via internet, peran keluarga atau orang tua perlu terus dimaksimalkan dengan terus meng-up date pengetahuan dan kemampuan di berbagai bidang yang dibutuhkan untuk mendampingi perkembangan anak.
Hadirnya keluarga dalam mendampingi proses pendidikan anak sesungguhnya bisa berlangsung di mana pun dan sampai kapan pun anak membutuhkan pendidikan, tanpa tersekat oleh ruang dan waktu. Bahkan, dalam perspektif Islam, proses pendidikan sejatinya sudah dimulai jauh sebelum anak terlahir ke dunia ini, bahkan sebelum berwujud janin dalam kandungan. Kondisi psikologis dan sumber makanan yang masuk dalam perut sang ibu diyakini berkorelasi dengan karakter bayi yang kelak lahir dan berpengaruh dalam perkembangan kejiwaannya.
Karena itu, jangankan dalam proses pendidikan di sekolah, masih berada di kandungan pun, orang tua perlu menyiapkan diri dan berhati-hati terkait dengan perkembangan anaknya. Pendampingan keluarga terhadap anak usia sekolah, tidak saja dilakukan ketika berada di rumah. Bahkan, ketika anak tengah menjalani proses pendidikan di sekolah, baik yang regular, maupun full day, bahkan boarding school atau pesantren pun, penguatan peran keluarga atau orang tua masihlah tetap dibutuhkan.
Adanya fasilitas komunikasi seperti HP yang dilengkapi akses medsos-nya dan sarana komunikasi lainnya, bukan lagi halangan untuk mengintensifkan interaksi orang tua dengan pihak guru atau sekolah. Karena itu, demi keberhasilan pendidikan anak-anak, sekali lagi, penguatan peran keluarga atau orang tua, perlu terus dilakukan dan ditingkatkan. Melalui hari anak nasional kali inilah, saatnya kita bersatu berfokus mengedepankan peran keluarga. Sudah saatnya, keluarga Indonesia mesti menjadi wadah bagi anak-anak tumbuh dan berkembang menjadi generasi sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia, dan cinta tanah air.

———- *** ———-

Rate this article!
Tags: