Saatnya Jatim Memiliki Bandara Internasional Baru

Dr. Abdul Hamid, MPOleh :
Dr Ir Abdul Hamid, MP
Peneliti Bidang Kebijakan Publik Balitbang Prov. Jatim

Kawasan strategis perlu mendapat dukungan infrastruktur melalui kualitas sistem jaringan infrastruktur yang mampu menghubungkan antarwilayah (domestic connectivity) serta meningkatkan pasokan energi sehingga daya saing produk dalam negeri meningkat. Pembangunan infrastruktur merupakan hal  yang sangat penting bagi tumbuhnya perekonomian, meningkatkan investasi dan komunikasi antar negara serta menghubungkan antar wilayah dan meningkatkan daya saing nasional bahkan sampai dengan tingkat ASEAN dalam menyongsong MEA 2015.
Transportasi secara umum memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan nasional, yaitu sebagai penunjang, penggerak dan pendorong serta berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Sebagai sektor pendukung pembangunan perekonomian. Transportasi udara dapat mempercepat pembangunan ekonomi suatu wilayah dan membuka daerah terisolir agar dapat berkembang mengikuti daerah-daerah lain. Oleh karena itu fungsi transportasi udara dalam perkembangan ekonomi adalah untuk distribusi bahan baku dan produk, pengangkutan hasil pertanian dan sumber daya alam, dan mempercepat akses menuju ke suatu daerah. Kebutuhan sarana transportasi di beberapa daerah dipengaruhi oleh tingkat ekonomi dan masyarakatnya dan sebaliknya di beberapa daerah tingkat pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh transportasi yang tersedia.
Sementara itu, terminal transportasi udara internasional di Jawa Timur yaitu Bandara Juanda yang terletak di Sidoarjo saat ini sangat padat. Jumlah penumpang setiap tahun meningkat hingga mencapai sekitar 15,3 juta orang. Padahal kapasitas terminal hanya 6,5 juta penumpang per tahun sehingga jarak kedatangan dan keberangkatan pesawat pada saat jam sibuk mencapai 1,20 menit saja. Untuk mengatasi hal tersebut, PT. Angkasa Pura I telah membangun terminal 2 dengan kapasitas 6 juta penumpang per tahun. Ada pula rencana pembangunan terminal 3 dengan kapasitas 17 juta penumpang per tahun serta ditambah runway baru. Namun itu saja belum cukup sebab pada masa mendatang jumlah penumpang diprediksi terus meningkat dan arus penerbangan semakin padat. Oleh karena itu diperlukan bandar udara internasional yang lain yang mampu mengatasi tuntutan pertumbuhan transportasi udara di Jawa Timur.
Para ekonomi regional sering mengatakan bahwa 3 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu lokasi, lokasi, dan lokasi. Pernyataan tersebut sangat masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan transportasi yang menghubungkan daerah dan wilayah sebagai instrumen penggerak roda ekonomi.
Lokasi yang strategis cenderung meminimumkan biayanya dengan cara memilih tempat yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati titik keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Sedangkan teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hirarki tempat (hierarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdaya maupun pasar. Tempat sentral tersebut merupakan suatu permukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.
Ada lagi teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan ekonomi yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja, dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).
Seharusnya pemerintah mencari lokasi bandar udara internasional lain yang memungkinkan dibangunnya bandar udara internasional karena kapasitas dan daya dukung bandar udara Juanda di Sidoarjo sekarang yang relatif kurang mampu melayani pertumbuhan arus penumpang dan barang yang selalu meningkat setiap tahun. Konsep ini menunjukkan arah dari tujuan dan keputusan yang diambil selain sebagai suatu panduan bagi instansi terkait dalam mendukung pengembangan transportasi udara selanjutnya.
Penentuan calon lokasi bandar udara internasional lain di Jawa Timur merupakan suatu keputusan yang paling strategis untuk menempatkan fasilitas operasional transportasi udara yang akan dijalankan agar terjadi pemerataan dan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Nah, salah satu kriteria perspektif dalam pertimbangan pemilihan lokasi bandar udara internasional lain di Jawa Timur adalah Peraturan Transportasi Udara, Ekonomi dan Bisnis, serta kawasan yang bebas dari wilayah militer. Sehingga akan diketahui lokasi bandar udara yang baru nanti betul-betul yang strategis yang letaknya harus pada strategi padat bisnis yang jika di-overlay  dengan RTRW Jawa Timur tidak bertentangan dengan close area wilayah/ daerah militer. Hal ini penting, seperti yang sekarang ini terjadi tarik menarik kepentingan antar instansi terkait yang bermuara pada penutupan jalur kargo terminal 1 ke terminal 2 yang sangat merugikan perputaran ekonomi Jawa Timur. Karena belum memiliki kesepakatan perjanjian antara TNI AL Lanudal dengan PT. Angkasa Pura I yang sama-sama adalah instansi milik pemerintah (anak buah Jokowi semua) dapat merugikan perusahaan kargo yang secara tidak langsung membantu perekonomian Jawa Timur. Sungguh memalukan.

                                                                                                              ——————- *** ——————-

Tags: