Saatnya Meningkatkan Mutu Pendidikan

Era revolusi industri 4.0 saat ini, sungguh membawa perubahan yang begitu serba cepat diberbagai sektor lini kehidupan. Termasuk lini sektor pendidikan. Bebagai evaluasi sekiranya menuntut semua pihak untuk memulai memikirkan orientasi pendidikan masa depan. Apalagi, notabenenya negeri ini tengah menyongsong target Indonesia Emas 2045.
Merujuk dari sindonews.com (7/5) selama ini, melalui Test Programme for International Student Assessment (PISA) barometer peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dapat diketahui. Mulai kemampuan membaca (literasi), matematika (numerasi), dan sains. Skor literasi Indonesia saat ini 371 di bawah rata-rata negara Organization for Economic Co-Operation And Development (OECD) yang skornya 487. Untuk numerasi Indonesia skornya 379 dan OECD 489. Lalu, skor sains Indonesia juga kalah jauh 396 berbanding 489.
Peringkat Indonesia yang menempati posisi 75 dari 80 negara (PISA) menjadi indikator jika kemampuan rata-rata siswa kita dalam bidang matematika, ilmu alam, dan cara memahami bahan bacaan masih jauh tertinggal dibandingkan para siswa di banyak negara lain. Peringkat Indonesia yang berada di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand untuk level Asia Tenggara. Tentu realitas tersebut mengundang perhatian kita bersama.
Artinya, mau seperti apa negeri ini harus mengedepankan mutu pendidikan. Mengingat berbagai perubahan dan tantangan dunia pendidikan saat ini sangat begitu kompleks. Sekiranya, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh manusia Indonesia, diantaranya. Pertama, kompetensi kognitif. Kedua, kompetensi menggunakan teknologi digital. Ketiga, kompetensi afektif yaitu memiliki karakter. Keempat, kompetensi survival yaitu kecakapan belajar sepanjang hayat. Semoga melalui usulan kompetensi-kompetensi tersebut memberikan kontribusi buat meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini. Jadi, intinya Indonesia perlu mengantisipasi peningkatan mutu pendidikan di negara lain. Kalau tetap seperti sekarang, Indonesia akan tertinggal.

Asri Kusuma Dewanti
Pengajar FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Rate this article!
Tags: