Saatnya Muda yang Memimpin

Yulyani

Yulyani

Oleh :
Yulyani
Pengurus KADIN Jatim, Caleg DPD RI dari Daerah Jawa Timur
Sudah lebih dari satu dekade pemerintahan reformasi ini berjalan. Selama itu pula kita sudah melakukan pergantian kepemimpinan nasional sebanyak empat kali (Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono). Selama itu pula kita belum dapat menghadirkan perubahan dan perbaikan yang berarti, justru kondisi bangsa semakin terpuruk dan bahkan berada pada tepian jurang yang sangat menjermuskan.
Berbagai persoalan bangsa terjadi silih berganti, tak kenal waktu dan tempat diantaranya adalah pertama, masalah nasionalisme dan kemandirian ekonomi bangsa. Para elit dan pemimpin bangsa ini sudah tak malu lagi menjual harga diri dan asset bangsa lain dengan harga murah. Mantan Ketua MPR Amien Rais, menyebut ada asset stretegis bangsa yang berupa 41 BUMN cukup sehat yang telah dan akan dijual ke pihak asing. Beberapa diantaranya adalah Krakatau Stiil, Indosat, Telkomsel dan sebagainya. Menggadaikan asset BUMN sama saja dengan menggadaikan bangsa ini. Praktik ni tidak saja akan menghansurkan martabat bangsa juga akan menghancurkan rakyat indonesia.
Kedua, masalah korupsi yang sudah menggurita sedemikian rupa. Sebuah harian nasional beberapa hari lalu merelease, praktik korupsi sudah terjadi dari Sabang sampai Merauke. Begitu juga dengan aktor pelakunya sudah mengendemik dan merata di jajaran pejabat negeri ini, baik secara vertikal maupun horizontal. Bahkan sampai masuk institusi-institusi penegak hukum kita. Dengan kata lain, korupsi saat ini sudah tak kenal tempat dan orang. Akibat korupsi ini, negara dan rakyat ini dirugikan ratusan triliun rupiah. Karena itu tidak salah, jika berbagai survei nasional maupun internasional menempatkan Indonesia menjadi salah satu negara terkorup di dunia, dengan peringkat nomor empat di dunia dan nomor wahid Asia Tenggara .
Ketiga, masalah kemiskinan. Berdasarkan data BPS sampai Maret 2013, angka kemiskinan nasional kita sudah mencapai 28,07 juta jiwa. Namun jika mengacu pada parameter yang dipakai Band Dunia, angka kemiskinan nasional sudah mencapai angka 40 persen. Meski angka pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, namun bukan berarti angka kemiskinan turun drastis. Karena pertumbuhan ekonomi berkutat pada sector non-tradeble, sementara sector pertanian (baca: sarang kemiskinan) tumbuhnya sangat lambat. Negeri ini kaya, tapi rakyatnya miskin.
Keempat, pelayanan dan kesehatan yang dinilai masih memprihantikan. Ini yang kemudian menimbulkan biaya pendidikan sangat mahal yang tak mudah diakses rakyat miskin. Selain itu juga, akibat pelayanan kesehatan yang mengecewakan, setiap tahun masyarakat sering kena musibah kesehatan yang akut. Kelima, masalah integrasi bangsa. Masalah ini masih juga menghantui republik ini. Sebagian daerah sudah ada muncul benih-benih sparatisme. Dan munculnya ini tak lepas ketidakadilan sosial, ekonomi dan politik dari pemerintah pusat.
Dari berbagai macam persolaan yang muncul tersebut, hemat saya, salah satu akar persoalan bangsa selama ini adalah masalah krisis dan lemahnya kepemimpinan nasional. Masalah ini yang kemudian memunculkan derivasi-derivasi persoalan lainnya.
Yang Muda yang memimpin
Berangkat dari ancaman nasional dan global tersebut. Semua sepakat bahwa kepemimpinan yang kuat dan progresif, salah satunya dengan menghadirkan pemimpin alternatif, yakni pemimpin muda. Selama ini, para pemimpin “tua” sudah terbukti gagal membawa indonesia keluar dari krisis multidimensional. Apalagi beberapa calon pemimpin “tua” yang beredar dan akan maju dalam Pemilu 2009 nanti adalah orang-orang memiliki “masalah” dengan masa lalu (baca: orde baru). Akan sangat sulit penyelesaian persoalan besar bangsa ini diserahkan kepada orang-orang yang memiliki masalah masa lalu.
Di tengah kehidupan bangsa indonesia yang carut-marut ini, kita membutuhkan orang-orang yang memiliki kredibilitas moral yang jelas, kepekaan sosial yang tinggi, kapasitas dan kompetensi yang mampu bersikap tegas dalam melakukan perubahan dan perbaikan bangsa ini. Bangsa dan rakyat ini harus kita selamatkan dari keterpurukan yang lebih parah. Kita butuh dan mendambakan hadirnya pemimpin inovatif, kreatif, dan  progresif yang berjuang secara konsisten untuk membawa indonesia keluar dari krisis multidimensional. Dan lebih dari itu orang-orang yang memiliki komitmen tinggi dan konsistensi untuk melakukan sesuatu dengan gagasan dan aksi kongkrit untuk kemajuan masyarakat, bangsa dan negara.
Mengapa harus pemimpin muda?. Pertama, tuntutan global. Bahwa untuk menjawab tuntutan global. Dibutuhkan pemimpin yang memiliki gagasan besar, kreatif, inovatif, dan progresif. dan karakter semacam ini tidak ditemukan pada pemimpin tua, melainkan kaum muda. Pemimpin tua cenderung konservatif dan ini sangat menghambat kemajuan bangsa.
Kedua, tututan sejarah. Kita tahu bahwa negeri ini didirikan oleh  founding father, Ir. Soekarno. Dia memproklamirkan republik ini pada usia yang sangat muda yakni sekitar tiga puluhan tahun. Bahkan Ir. Soekarno pernah mengatakan, datangkan kepada saya 10 pemuda, niscaya kita akan mengguncang dunia. Kita bisa tengok kebelakang sejarah bangsa, Muhammad Fatih mampu menaklukkan Constantinopel pada usia sangat muda yakni 22 tahun. Gerakan reformasi 1998 itu juga dimotori oleh kaum muda dan mahasiswa. Dan masih banyak lagi sejarah-sejarah perubahan bangsa dan negara di dunia ini dimotori oleh kaum muda. Dengan kata lan, sejarah peradaban dan perubahan bangsa itu berpihak pada kaum muda.
Ketiga, begitu besar persoalan bangsa ini karena itu kita membutuhkan pemimpin yang tidak saja kuat secara fisik, tapi kuat secara pikir (visioner), dan juga keyakinan (baca: bersih). Dan semua ini tak bisa diserahkan pada pemimpin tua. Para pemimpin tua dari segi fisik, sudah mengalami kerapuhan, cara berfikirnyapun sudah sangat lambat bahkan cenderung konservatif.
Karena itu, sudah saatnya calon pemimpin muda dan alternatif untuk berani tampil dengan gagasan yang segar (fresh), program, dan aksi kongkrit  untuk Indonesia lebih baik.. Bangkitlah negeriku, harapan itu masih ada.

Rate this article!
Tags: