Sadar Teknologi Tak Harus Antipati

Talk show  Melek Game sebagai rangkaian Lustrum Fakultas Teknik ke-Vl Universitas Surabaya (Ubaya) mengajak masyarakat lebih sadar terhadap pengaruh game terhadap anak, Minggu (25/9). [adit hananta utama/bhirawa]

Talk show Melek Game sebagai rangkaian Lustrum Fakultas Teknik ke-Vl Universitas Surabaya (Ubaya) mengajak masyarakat lebih sadar terhadap pengaruh game terhadap anak, Minggu (25/9). [adit hananta utama/bhirawa]

Talkshow Melek Game di Ubaya

Bermain game selalu dianggap memiliki dampak negatif  bagi anak. Padahal tidak selalu harus menganggap demikian. Karena dengan perkembangan teknologi saat ini, belajar pun bisa dilakukan melalui sebuah game yang menyenangkan.

Adit Hananta Utama, Kota Surabaya

Membatasi anak-anak akan permainan yang sedang tren di kalangannya juga akan memberikan dampak psikologis pada anak. Untuk itu, pengawasan orangtua, lingkungan, sekolah dan pemerintah sangat penting dalam hal ini.
Sejak Juli 2016, pemerintah telah mengeluarkan aturan terkait rating game. Dalam dialog Melek Game, Kepala Bidang Pos dan Telekomunikasi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya Adang Kurniawan menegaskan rating game bertujuan sebagai imbauan, bukan larangan untuk peredaran sebuah judul game.
Dengan sistem rating tersebut, orangtua dapat melihat apakah konten yang ada cocok untuk dikonsumsi atau tidak bagi anak. Akan tetapi, rating game tersebut hanya berupa acuan saja alias tidak mengikat sama sekali. “Orangtua tetap bebas membelikan game dengan rating apapun untuk sang anak,” jelasnya di sela dialog yang merupakan rangkaian Lustrum Fakultas Teknik ke-Vl Universitas Surabaya (Ubaya), Minggu (25/9).
Pemantauan permainan juga ditegaskan Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Ikhsan. Menurutnya penggunaan handphone paling sering dijadikan untuk media bermain. Untuk itu sejak lama di tingkat SD dan SMP dilarang membawa handphone.  “Lingkungan sekolah bisa terganggu karena belum paham digunakan apa handphonenya,”jelasnya.
Ketidakmampuan anak dalam memilah yang pantas ditiru dan tidak, menjadi faktor pemantauan gadget pada anak sangat dibutuhkan. Apalagi saat ini banyak kasus kekerasan yang dilakukan anak karena meniru tindakan pada game.
Sementara itu, Marsemnus Ferdinand Suciadi penggiat game sekaligus dosen Jurusan Teknik informatika Fakultas Teknik Ubaya menjelaskan pentingnya rating game untuk diperhatikan orangtua. Akses untuk melihat rating game ini juga bisa dilihat di aplikasi sebelum mengunduh game yang dipilih.
“Kebanyakan orang memukul rata dan beranggapan bahwa semua game itu berbahaya bagi anak, padahal itu tidak benar. Anak boleh bermain game, asalkan kontennya cocok,” ungkapnya.
Konten dalam game ini bisa dilihat bersamaan dengan rate. Ia merinci, rate yang saat ini ada di antaranya. Early Childhood untuk untuk anak usia dini, everyone untuk semua umur, everyone 10+ untuk usia 10 tahun ke atas. “Ada juga untuk usia 13 tahun ke atas, 17 tahun ke atas hingga dewasa,” pungkasnya. *

Rate this article!
Tags: