Sahyoto, Pande Besi Tertua Yang Masih Eksis di Situbondo

Sahyoto, meski sudah tua masih sanggup membuat samurai dan alat sajam lainnya di rumahnya, di Dusun Gayam, Desa Curah Cottok, Kecamatan Kapongan, Situbondo. [sawawi/bhirawa].

(Pelanggan Kian Banyak, Topang Ekonomi Selama 45 Tahun)
Situbondo, Bhirawa
Keberadaan pande besi di Kota Santri, Situbondo semakin lama kian menyusut bahkan kini jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Ini wajar, selain karena faktor serbuan tehnologi yang semakin canggih, ketersediaan bahan baku berupa besi selain mahal, jumlahnya kian hari turun drastis.
Kondisi ini dirasakan para pande besi atau pembuat sajam yang masih tersisa di Kota Santri Situbondo. Salah satunya dialami Sahyoto, seorang pande besi berusia 65 tahun asal Dusun Gayam, Desa Curah Cottok, Kecamatan Arjasa, Situbondo.
Senin kemarin (2/10), Bhirawa sempat berkunjung ke rumah Sahyoto, di Desa Curah Cottok, Situbondo. Saat itu, Sahyoto sedang menyelesaikan pembuatan sajam berupa arit, milik salah satu pelanggan tetapnya, di Situbondo.
Saat pertama kali disapa, Sahyoto langsung mengajak ketempat pembuatan sajam, mulai celurit, pedang samurai, arit, pisau dapur hingga keris. Meski sudah udzur, ternyata Sahyoto masih tampak kuat memukul alat pande besi dibelakang rumahnya. “Seperti ini (memukuli besi hingga tipis) sudah biasa mas,” ujar Sahyoto.
Bahkan dengan tangannya yang mulai keriput, Sahyoto tetap tampak lihai membolak balikkan lonjoran besi, bahan baku pisau dan sejenisnya. Kata Sahyoto, keahlian sebagai pande besi untuk pembuatan sajam, ia tekuni sejak masih remaja.
Ilmu itu, aku Sahyoto, ia dapati dari orang tuanya sendiri yang kini telah tiada. Sahyoto muda kala itu, belum bisa apa-apa, hanya melihat dari dekat di kala orang tuanya membuat pisau dan semacamnya. “Bapak saya juga dikenal luas di Situbondo sebagai pembuat sajam yang bagus,” ungkap Sahyoto.
Kini, di saat usianya yang tidak muda lagi, Sahyoto masih seorang diri membuat sajam dari bahan besi, di kediamannya. Anak anaknya, menurut Sahyoto, tidak ada satu pun yang ingin meneruskan keahliannya sebagai pande besi andalan di Situbondo.
Sahyoto juga ingat, keahlian tersebut ia tekuni sudah cukup lama hampir 45 tahun sehingga dapat menopang kelancaran ekonomi keluarganya. Dengan memegang teguh prinsip tekun dan displin, Sahyoto, hingga saat ini masih mampu melayani pemesanan yang semakin banyak. “Tiap hari ada saja yang memesan kesini,” terang Sahyoto.
Sejak puluhan tahun berkecimpung sebagai pande besi, Sahyoto kini mengaku kesulitan untuk mencari bahan besi tua yang mirip bahan baku keris atau pedang kuno. Sebaliknya yang ada saat ini, ungkap Sahyoto, hanya besi biasa yang dijual oleh pengepul barang rongsokan.
“Ada besi yang sangat berkualitas bagus dan tidak akan karatan meski dipakai dalam waktu lama. Yaitu bahan besi yang ada pada daun pintu rumah kuno. Namun bahan besi seperti itu kini sudah jarang ditemukan,” papar Sahyoto.
Sahyoto, mengaku diantara pemesan sajam terbanyak hanya berasal dari lokal Situbondo saja. Dari tetangga daerah lain, beber Sahyoto, seperti Banyuwangi, Bondowoso, Jember dan Probolinggo, juga ada meski bisa dihitung dengan jari.
“Saya kalau membuat kapak atau arit bisa 12 jam sudah selesai. Tetapi kalau membuat pedang samurai dan keris waktunya lebih lama lagi. Tapi kami tetap menjaga model dan kualitas barangnya, sesuai pesanan pelanggan,” pungkas Sahyoto.
Hamid, salah satu anak Sahyoto, mengaku angkat topi atas kedisiplinan orang tuanya  sebagai pande  besi kawakan dan sudah cukup lama eksis di Situbondo. Hamid juga mengaku terus terang, dirinya sangat sulit untuk mengikuti keahlian yang dimiliki orang tuanya.
Selain faktur kesulitan dalam menguasai ilmunya, Hamid juga kurang berminat untuk menjadi seorang pande besi, seperti Sahyoto. “Ya sulit sekali untuk bisa membuat sajam yang cepat, kualitas bagus dan disenangi oleh pelanggan. Di sini sangat banyak yang pesan sajam sama orang tua saya,” tutur Hamid.
Salah satu pelanggan tetapnya, Ismail, menuturkan, sajam hasil buatan Sahyoto, selain bagus juga memiliki model yang unik dan berbahan baku orisinil. Ismail, sering memesan sajam kepada Sahyoto, selain untuk dijual kembali kepada kerabatnya juga dijual kepada sahabatnya sesama petani di Situbondo.
Selain itu, urai Ismail, sajam buatan Sahyoto memiliki ketajaman yang awet bila dibandingkan dengan tempat pande lainnya. “Saya sudah cukup lama menjadi pelanggan tetap Sahyoto. Sajam sajam itu ada yang saya jual lagi dan ada sebagian yang memang dijadikan koleksi di rumah,” pungkas Ismail. [awi]

Tags: