Saksi Sejarah, Penjara Kalisosok Surabaya Bakal Dibeli Pemkot

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Satu bangunan bersejarah yang sampai saat ini berdiri megah, tapi tak terawatt adalah penjara Kalisosok. Penjara ini dibangun pada tahun 1908 oleh kontraktor Hollandsche Beton Maatschapiji atas perintah Gubernur Jendral herman Willian Deandles.
Dengan biaya  sebesar 8.000 Gulden, penjara yang istilah sekarang dikenal dengan maximum risk ini dikerjakan konon hanya dengan waktu sembilan bulan.
Penjara Kalisosok memiliki cerita haru dan menyedihkan, karena di penjara ini banyak para pejuang tanah air serta rakyat Surabaya yang diperlakukan secara kejam. Penjara berada di daerah yang sekarang bernama Kembang Jepun dan Rajawali, pun dikuasai dan digunakan oleh koloni selanjutnya, Jepang, tahun 1940 hingga 1943.
Para tahanan baik pejuang maupun rakyat jelata, bahkan mengalami perlakuan yang lebih kejam dari penguasa sebelumnya. Banyak pejuang yang pernah merasakan pahit dan getirnya hidup di balik terali besi ini beberapa diantaranya; H.O.S Tjokroaminoto, WR. Soepratman, dan proklamator RI, Ir. Soekarno.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, penjara ini masih digunakan namun hanya bagian atasnya saja, yakni sebagai penjara para tahanan politik. Sementara ruangan bagian bawah tanah tidak digunakan, penjara ini digunakan dari tahun 1960 hingga 1970’an. Saat itu Negara Indonesia diramaikan dengan situasi politiknya yang memanas, dan munculnya gerakan serta isu Komunisme.
Walaupun penjara Kalisosok ini memiliki sistem pengamanan dan penjagaan yang ketat,  namun ada juga tahanan yang berhasil melarikan diri, yakni Harsono, Kadarisman, Karmaji, Karyono, Kadis, Tahak dan Sarmani. Pelarian itu terjadi pada tahun1968-1969.
Atas nama sejarah nasional ini, pemerintah kota Surabaya berencana membeli bangunan penjara tersebut dari tangan swasta yang membiarkannya terbengkalai sampai saat ini.  ”Saya tertarik membeli Kalisosok karena nilai sejarahnya,’ ujar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Menurut Risma pembelian itu masih sebatas wacana, namun Pemkot bertekad akan merealisasikan pembelian itu. Sebab, bangunan peninggalan Gubernur Jenderal Herman Williams Daendels memiliki nilai sejarah yang tinggi.
”Pada masa penjajahan, Kalisosok menjadi tempat yang angker bagi para tahanan,” tambahnya. Risma menerangkan sebelum jadi penjara pada zaman kolonial, Kalisosok sebenarnya markas tentara penjajah.
Banyak senjata dan peralatan tempur yang disimpan di Kalisosok.
”Bapak saya pernah nyuri senjata disitu, dulu itu kan jadi markas para penjajah,” akunya.
Wali Kota perempuan pertama di Surabaya ini akan menjadikan eks penjara Kalisosok sebagai sentra makanan, penjualan produk usaha kecil menengah (UKM) dan Depo angkutan massal cepat (AMC) berupa monorail dan trem.
Tidak cukup hanya itu, Kalisosok rencananya akan disulap menjadi museum sejarah penjajahan di Kota Pahlawan. ”Karena itu juga bisa wisata, museum, dan sentra UKM,” tegasnya.
Tentang investasi untuk membeli Kalisosok, Risma mengaku Pemkot Surabaya harus merogoh kocek dalam-dalam. Diperkirakan pemerintah harus mengeluarkan uang ratusan juta. Saat ini Pemkot sedang menghitung pendapatan dan mengumpulkan uang untuk akuisi Kalisosok.
”Insyaallah tahun ini sudah kita beli, kita masih hitung pendapatan, karena dari beberapa properti yang disewakan ada pemasukan bagi kita (Pemkot),” terang Risma. Dre [gat]

Tags: