Saling Kolaborasi Giatkan Pengabdian Masyarakat

Dua mahasiswa UM Surabaya, Winda Milawati dan Anis Aifatul Rosidah memberi penjelasan kepada Ririn Rahayu tentang manfaat sabun cuci alami dari ekstrak lerak.

Pendampingan UM Surabaya untuk Warga Terdampak Penutupan Eks Lokalisasi Krembangan
Surabaya, Bhirawa
Senyum Ririn Rahayu terkembang ketika menyambut datangnya rombongan dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Rabu (23/8).  Pelaku usaha rumahan jasa binatu itu kedatangan dosen dan mahasiswa di kontrakannya Jalan Tambak Asri 197 Surabaya. Tidak sekadar berkunjung, rombongan UM Surabaya ini membawakan Ririn buah tangan berupa mesin cuci dan seperangkat sabun cuci.
Ini sabun cuci bukan sabun sembarang. Pemberian mesin cuci itu juga bukan pemberian biasa. Di balik pemberian itu, ada maksud yang lebih substansi. Yakni pengabdian masyarakat yang dilakukan dengan kolaborasi penelitian dosen serta inovasi mahasiswa.
“Usaha ini sudah saya mulai sejak adanya penutupan lokalisasi krembangan oleh Pemkot Surabaya 2013 lalu. Mulanya dibantu oleh PCA Krembangan, dikontrakkan rumah. Sekarang ada teman-teman dari UM Surabaya ikut mendampingi,” tutur Ririn.
Ririn cukup terbantu dengan kehadiran mereka. Selain inovasi mahasiswa yang akan coba dia gunakan. Pendampingan lain dalam pengembangan usaha cukup bermanfaat untuknya. Sebab, seringkali perputaran uang itu tidak cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, belanja modal dan investasi. “Saya akan coba sabun cuci alami dari lerak ini. Karena sudah dikenal masyarakat, lerak lebih bagus untuk mencuci pakaian,” kata dia.
Pendampingan ini merupakan bagian dari realisasi Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang dilakukan oleh empat dosen UM Surabaya. Mereka adalah Mahsun Jayadi, Radius Setiyawan, Junaidi Fery dan Arin Setyowati. Sedangkan mahasiswanya adaiah Winda Milawati dan Anis Aifatul Rosidah. Pendampingan dilakukan mulai dari mendampingi penataan keuangan hingga inovasi detergen yang digunakan.
“Dari sisi ekonomi, lebih susah karena mereka belum menertibkan pembiayaan di usaha ini. Makanya kami atur ulang bentuk pembiayaannya agar dipisah dari biaya hidup,tabungan dan modal,”ujar Arin Setyowati di sela kunjungannya kemarin.
Binatu Ririn dipilih karena masih bertahan setelah diberikan bantuan pada 2013, meskipun fasilitas binatu mulai terbatas. Satu mesin cuci milik Ririn sudah tidak bisa digunakan, sehingga Ririn dan satu karyawannya harus mencuci baju kotor dengan tangan sebelum dikeringkan pada mesin cuci.

Tags: