Salurkan Amalan Melalui Lembaga Terpercaya

imagesPemprov Jatim, Bhirawa
Maraknya pengemis musiman yang menjadi masalah rutin setiap Bulan Ramadan, bisa diatasi jika masyarakat pemberi shodaqoh menyalurkan amalnya pada lembaga seperti Badan Amil Zakat (BAZ) atau lembaga lain yang bisa dipercaya.
Tingginya simpati masyarakat pada pengemis dengan mudah memberi uang khususnya pada bulan Ramadan justru berdampak mengundang pengemis berbondong-bondong ke kota-kota besar di Jatim, seperti Surabaya, Malang, Madiun dan Jember.
Kepala Dinas Sosial Jatim, Drs Sudjono MM mengatakan, Dinas Sosial juga telah menghimbau agar masyarakat tetap memberikan amalnya pada lembaga resmi penyaluran amal yang bisa dipercaya.
“Percayakan pada lembaga yang terpercaya untuk bisa menyalurkan amalan,” katanya didampingi Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Jatim, Budi Yuwono, Senin (7/7).
Ia menjelaskan, dari data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) tahun 2013, khusus untuk gelandangan sebanyak 2.320  orang, pengemis sebanyak 4.536  orang dan pemulung sebanyak  2.042  orang.
Sejak Tahun 2011, Pemprov Jatim memprioritaskan program percepatan penanganan lima PMKS yang menjadi skala prioritas penanganan, yaitu Anak Jalanan, WTS, Gelandangan, pengemis dan gelandangan Psikotik.
Penanganan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial melalui dua sistem, yaitu pelayanan dalam panti dan pelayanan luar panti. Melalui dalam panti dilaksanakan oleh 3 UPT, yaitu UPT Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis (RSGP) Madiun dan Pasuruan serta Balai PMKS Jalanan Sidoarjo.
Tahun 2013, dalam UPT melaksanakan pelayanan bagi Gepeng sebanyak 708 orang meskipun daya tampung hanya 305 orang tetapi karena pendekatan dan asessment dilakukan untuk pengenalan permasalahan gepeng, sehingga satu dengan yang lain penanganannya berbeda dan dapat menjangkau sebanyak 708 gepeng.
Sedangkan untuk luar panti memberikan penanganan bagi 120 orang gepeng dengan lokasi di kantong-kantong gepeng yang ada di Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Jember, Kota Malang, Kota Surabaya, Kota Kediri dan Kota Madiun.
Tahun 2013, untuk Bidang Rehabilitasi Sosial yang dikhususkan untuk penanganan Gepeng dan Gepeng Psikotik sebanyak Rp 1,2 miliar diperuntukan bagi kegiatan bimbingan sosial keterampilan, bantuan stimulan bagi 120 orang dengan bantuan stimulan Rp 3.300.000 per orang, sedangkan untuk tahun 2014 anggaran menurun menjadi Rp 800 juta dengan alokasi untuk 90 orang.
Tahun 2014 hingga bulan Juni, UPT Rehabilitasi Sosial Gelandangan dan Pengemis serta Balai PMKS Jalanan Sidoarjo telah melaksanakan pelayanan bagi 553 orang gepeng.
Pengentasan gepeng juga dilaksanakan melalui Program Desaku Menanti yang merupakan pilot projek penanganan gepeng dengan tujuan menempatkan kembali gelandangan dan pengemis yang ada di perkotaan untuk ditempatkan di suatu daerah.
Paserta program Desaku menanti akan memperoleh fasilitas perumahan dan pelatihan pekerjaan, serta bantuan modal usaha dengan sasaran sebanyak 35 KK dan 136 jiwa yang berlokasi di Desa Prodo, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan.
Sementara, Pemerhati Sosial yang juga Dosen Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Abdus Sair mengatakan, maraknya pengemis musiman pada bulan Ramadan serta menjelang Lebaran paling tidak disebabkan oleh lima hal.
Pertama, pada bulan ramadhan, umat Islam berlomba-lomba memperbanyak amal kebaikan termasuk bersedekah. Momentum itu dimanfaatkan para pengemis untuk mendapatkan sedekah dengan mengemis.
Kedua, pada bulan Ramadan terutama menjelang akhir puasa, umat Islam diwajibkan membayar zakat fitrah dan juga zakat harta (maal). Zakat fitrah, diperuntukkan bagi orang-orang miskin termasuk para pengemis. Momentum tersebut mereka manfaatkan.
Ketiga, event organizer para pengemis, menjadikan bulan Ramadan sebagai sarana untuk memobilisir pengemis dari kampung dengan menfasilitasi mereka datang ke Surabaya untuk mengemis. Hasil perolehan dari mengemis untuk sponsor (event organizer) dan pengemis.
Keempat, faktor kemiskinan di kampung halaman mereka, mendorong para pengemis datang ke kota-kota besar untuk mendapatkan rezeki. Momentum Ramadan dijadikan waktu yang tepat untuk mendapatkan rezeki yang lebih mudah dan lebih banyak.
Kelima, pengemis musiman dan pengemis permanen bertemu dalam Ramadan untuk mengemis, sehingga kelihatan bagaikan parade kemiskinan karena sangat ramai para pengemis di jalan-jalan protokol dan kota besar lainnya di Indonesia.
Menurutnya, tidak mudah memecahkan masalah pengemis musiman di perkotaan dan berbagai kota di Indonesia. Walaupun begitu, masalah pengemis tidak boleh dibiarkan. Harus ada kemauan keras, tekad dan keberanian untuk memecahkannnya.
“Kalau masyarakat menyalurkan shodaqoh dan zakatnya pada lembaga, seperti BAZ atau Amil, paling tidak akan mengurangi minat pengemis datang ke kota. Percayakan BAZ yang bekerja mendatangi mereka ke daerah-daerah agar pengemis tak datang ke kota,” katanya.
Dikatakannya, yang harus dipecahkan sekarang adalah adanya budaya mengemis yang telah berurat dan berakar dikalangan para pengemis. Ini pekerjaan yang sangat berat karena apapun yang mau dilakukan terhadap mereka, kalau masalah budaya mengemis tidak dipecahkan, tidak akan pernah berhasil. “Beri ketrampilan mereka, dan lakukan pendampingan agar budaya mengemis tidak muncul,” ujarnya.  [rac]

Tags: