Sambut Akreditasi Institusi, UINSA Gelar Campus EXPO 2019

Booth FISIP UINSA pada acara UINSA Campus Expo 2019.

Surabaya, Bhirawa
Seiring dengan proses peningkatan akreditasi institusi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) menggelar UINSA Campus Expo (UCE) 2019. Acara yang dimulai sejak Rabu (6/3) hingga Minggu (10/3), memang dirancang dan didesain untuk menyambut peningkatan akreditasi UINSA menjadi Institusi. UINSA juga ingin memperkenalkan pada khalayak umum jika kampusnya layak mendapat gelar kampus berpredikat sangat baik.
Acara yang diikuti oleh seluruh program studi dan lembaga kampus yang ada di UINSA ini, dihadiri juga oleh berbagai siswa SMA/SMK serta di isi oleh lebih dari 22 booth yang semuanya memperkenalkan berbagai macam kelebihan dan unggulannya masing-masing.
Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Dr Masdar Hilmy mengatakan jika acara tersebut didesain khusus untuk mendampingi proses assesment lapangan atau akreditasi institusi yang akan dilaksanakan pada tanggal 7-9 maret 2019.
“Ya pada hari ini sampai tanggal 10 maret UIN Sunan Ampel Surabaya mengelar expo. ini juga didesain untuk mendampingi proses assesment lapangan akreditasi institusi yang insyallah 7-9 Maret 2019. Supaya para assessor mengenal lebih dekat dengan mahasiswa sehingga beliau-beliau ini semakin yakin bahwa UINSA semakin layak menjadi kampus yang berpredikat sangat baik” jelas Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Dr Masdar Hilmy, S.Ag, MA, PhD.
Rektor UINSA juga menambahkan bahwa tema yang diangkat kali ini adalah eco campus yang dimaksudkan sebagai lingkungan yang hijau maka dari itu tema yang dipilih yang berhubungan dengan alam.
“Pastinya eco campus ini dimaksudkan sebagai lingkungan yang green, jadi ditengah desain kota metropolitan Surabaya yang sedemikian masif kita tidak ingin kehilangan jati diri kita sebagai bagian dari alam,” imbuhnya. Lebih lanjut, UINSA juga harus berbangga hati karena secara akademik baik. Mempunya keunggulan-keunggulan yakni mempunyai guru besar terbanyak berjumlah 40 orang. Di perguruan tinggi Kememterian Agama UINSA berada di urutan nomor dua se Indonesia setelah UIN Jakarta. Di samping itu, beberapa jurnal karya para dosen dan guru besar juga menembus jurnal internasional terindeks scopus yakni satu jurnal bergengsi yang jarang dipunyai perguruan tinggi yang ada di Indonesia.

Gunakan Empat Metode Dalam KKN
Terselenggaranya UINSA Campus Expo (UCE) 2019, tidak lepas dari perwujudan Tri Dharma Pendidikan Perguruan Tinggi. Yang mana hal itu meliputi Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan serta Pengabdian kepada Masyarakat. Apalagi untuk Pengabdian Masyarakat (Abdimas). Sejak tahun 1990, Uinsa telah menerapkan empat metode dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang merupakan bagian dari pengabdian masyarakat. Yakni PAR PAR (Participation Action Research). Seiring berjalannya waktu, dan tantangan sosial masyarakat yang semakin kompleks, tidak hanya PAR Uinsa kemudian mengembakan metode ABCD (Aset Base Community Driven), CPR (comunnity base research), dan CBRM yang baru dilaunching beberapa hari yang lalu. Metode-metode tersebut digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat.
Dijelaskan Ketua Pusat Pengabdian Masyarakat LP2M Uinsa, Rubaidi, jika Uinsa mempunyai model KKN yang berbeda dibanding kampus lain. Bahkan menjadi rujukan nasional dalam program Pengabdian Masyarakat. Model metode yang dimaksud merupakan hasil pengembangan dari metode PAR yang sebelumnya sudah sejak lama digunakan. Total ada enam jenis KKN yang ada di Uinsa. Seperti KKN CSR, KKN Literasi, KKN Kelontong (pendampingan terhadap UMKM), KKN Nusantara (penempatan di daerah tertinggal), KKN Reguler, dan KKN International yang bekerjasama dengan Belanda, Thailand Selatan dan Malaysia.
“Metode ini digagas karena merupakan hasil kerjasama yang telah dibangun dengan Kanada. Dan ini sudah berjalan sejak lama,” ungkap dia.
Lebih lanjut, seperti di Fakultas Tarbiyah ada penelitian tindakan terhadap persoalan sosial yang menjadi salah satu implementasi metode PAR namun berbasis kelas. “Apa permasalahan yang ada di masyarakat kita analisis, kita observasi baru kota putuskan untuk menerapkan metode yang sudah dibentuk sebelumnya,” papar dia.
Lain lagi dengan metode ABCD yang lebih cocok diteeapkan untuk pemberdayaan ekonomi. Sementara PAR tergangung pada dinamika masyarakat yang dihadapi.
Diungkapkan Rubaidi, saat ini pihaknya tengah menggarap proses pengembangan dari implementasi empat metode yang sebelumnya sudah lama digunakan. Sebab, sebelumnya tahapan implementasi metode hanya sebatas laporan tertulis dari para mahasiswa. “Kita ingin membuat pilot project berupa desa binaan yang menjadi dampingan Uinsa. Sehingga setelah ditempatkan KKN ini ada what the next? Dengan begitu diharapkan akan muncul output jelas berdasarkan pemetaan,” jelas dia.
Sedangkan untuk penempatan daerah, pihaknya telah memilih Kabupaten Bojonegoro, Madiun dan Magetan sebagai pilot projek pengembangan keempat metode pendekatan Uinsa.
Sementara itu, Ketua Panitia Uinsa Campus Expo (UCE) 2019, Evi Fatimatur Rusydyah menambahkan keemlat metode pengabdian masyarakat tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Uinsa. Di mana sebelumnya pihaknya telah melakukan kerjasama dengan Kanada yang menghasilkan beberapa program disetiap unitnya. Salah satunya adalah metode pendekatan pengabdian masyarakat.
“Metode ini ada karena kita ingin mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi,” papar Wadek I Fakultas Sains dan Teknologi. Karena setiap kali mahasiswa melakukan pengabdian masyarakat yang berbentuk KKN, mereka (mahasiswa) juga menerapkan beberapa metode sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Di samping itu, Uinsa juga mempunhai experia learning sebagai salah satu metode dalam pendekatan untuk pengalaman belajar dalam mendampingi masyarakat. [ina.kris]

Tags: