Sambut Hari Raya Nyepi, Bromo Ditutup

Sejumlah wisatawan lokal maupun mancanegara di Bukit Penanjakan Gunung Bromo di Kab Pasuruan.

Probolinggo, Bhirawa
Rekomendasi Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Probolinggo yang akan menutup total jalan menuju Bromo saat Hari Raya Nyepi, disambut positif pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Jeda tanggal 17-18 Maret, akan dimanfaatkan untuk konservasi dan “mengistirahatkan” Bromo.
Respons positif dari TNBTS itu, diwujudkan dalam bentuk pengumuman tertanggal 7 Maret lalu. Dalam pengumuman itu diketahui, ada 3 jalan yang akan ditutup. Di antaranya Desa Ngadas, Kecamatan Sukapura di jalur Probolinggo; Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari di jalur Pasuruan; serta Desa Jemplang yang merupakan akses dari Malang dan Lumajang.
Kasi TNBTS Wilayah I Sarmin, Kamis (15/3) mengatakan, pihaknya tak mempersoalkan rencana penutupan jalan yang akan dilakukan oleh PHDI. Apalagi, penutupan dilakukan tak lain untuk menghormati kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat suku Tengger.
Penutupan yang dilakukan tersebut tepat pada weekend. Biasanya, pengunjung di saat hari libur selalu membeludak. Saat weekend, jumlah pengunjung bisa mencapai 800 sampai 1.000 orang wisatawan. Penutupan itu berpotensi pada pendapatan TNBTS.
Jika dikalkulasi dari jumlah pengunjung yang mencapai 1.000 sehari saat weekend, TNBTS mengikhlaskan pendapatan negara sekitar Rp 30 juta lebih. Namun, pihak TNBTS tidak mempermasalahkan hal itu. Menurutnya, uang sekitar Rp 30 juta tidak ada apa-apanya, dibandingkan dengan nilai penghormatan umat beragama.
“Iya, nilai itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan saling menghormati. Apalagi, ini baru pertama kali kami menutup tiga pintu masuk,” katanya.
Menurutnya, penutupan itu juga untuk me-refresh alam. Sebab, dengan tidak ada kendaraan di daerah sekitar Bromo, maka udara Bromo kembali segar. Sebab, sejak puluhan tahun lamanya, Bromo selalu dijubeli kendaraan wisatawan. “Alam juga kan butuh istirahat. Jadi, tidak ada salahnya” ujarnya.
Ia mejelaskan, pengaruh pendapatan negara di sektor tersebut juga tidak signifikan. Sebab, tiket terbesar sebenarnya di dapat dari warga asing. Namun, karena pada bulan Januari, Februari, dan Maret wisatawan asing lowseason, maka tidak berdampak besar. “Untuk wisatawan luar negeri kan memang lowseason. Jadi, tidak begitu besar. Beda lagi kalau highseason, mungkin lebih berdampak,” terangnya.
Kebijakan penutupan total kawasan gunung Bromo saat Nyepi juga mendapat respons positif Parasida Hindu Darma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo. Kebijakan itu dinilai sudah tepat. Ketua PHDI Kabupaten Probolinggo Bambang Suprapto mengatakan, di Kecamatan Sukapura, penutupan akan dilakukan mulai dari Desa Ngadas hingga Desa Ngadisari.
Itu dilakukan karena sudah puluhan tahun tidak pernah ditutup. “Penutupannya baru kali ini. Sejak puluhan tahun tidak pernah ditutup. Padahal, itu ada tanggung jawab kami kepada leluhur kami. Ada sebabnya sendiri kalau kelamaan tidak ditutup,” paparnya.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan (Dispora Parbud) Kabupaten Probolinggo Sidik Widjanarko mengatakan, penutupan itu tak akan berpengaruh pada pendapatan asli daerah (PAD). “Insya Allah tidak ada pengaruhnya dengan target PAD. Karena, Minggu pagi pukul 00.00 sudah dibuka lagi. Jadi, wisatawan Bromo masih bisa melihat sunrise,” tambahnya. [wap]

Rate this article!
Tags: