Sambut Hari Santri, Ali Maschan Minta Jaga Kerukunan Umat

Hari Santri di Lamongan menggelar seminar membedah persepsi santri di era milenial dan menjaga tradisi dan budaya santri.(Alimun Hakim/Bhirawa)

Lamongan,Bhirawa
Menyambut hari santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober 2019 , KH.Ali Maschan Moesa menngungkapkan kepada semua warga Indonesia supaya memaknai santri secara luas .
Tak hanya soal ungkapan untuk pemaknaan santei secara luas, soal kerukunan umat juga menjadi hal penting yang harus di rawat di negara ini.
Hal tersebut disampaikanya saat di Pendopo Lokatantra Lamongan ,Senin(21/10) dalam agenda Seminar dengan tema “Membedah Persepsi Santri dan Tradisinya”.
KH.Ali Maschan Moesa yang juga mantan ketua PW NU Jatim ini menjelaskan santri juga merupakan pahlawan , jadi 10 November itu diawali dengan fatwa KH.Hasyim Asya’ri.Intinya saat itu memang heroisme melawan belanda.
Tetapi konteks untuk hari ini yah santri harus di maknai lebih luas. Di konteks heroisme untuk menjaga NKRI tetap di kobarkan dan di konteks diri yah sekarang harus berjuang melawan kemiskinan dan kebodohan”Jelasnya.
Lebih jauh mantan guru besar IAIN Surabaya lebih jauh menuturkan kembali,heroisme sekarang harus dimaknai ke sesuatu yang lebih luas lagi yakni melawan kemisminan, kebodohan, kemalasan seperti malas membaca.
Di sisi lain KH.Ali Maschan Moesa menghimbau kepada para santri soal tantangan yang terjadi saat ini. “Bicara santri tentu juga soal pesantren dan kyai , tantanganya sekarang harus tau siapa yang benar – benar kyai.Pemahaman soal sifat ke kyaianya dan nilai – nilai kesantrianya harus tetap dijaga”Terangnya.
Sebab, Lanjut dia, Nabi Muhammad SAW tidak menghendaki ada situasi bahwa orang yang tidak mengetahui agama atau tidak ahli agama justru menjadi pemuka agama”Imbuhnya.
Sementara soal menjaga dan merawat kerukunan KH.Ali Maschan Moesa menegaskan bahwa menjadi hal yang wajib dirawat. ” Soal kerukunan masyarakat dan para tokoh baik ulama dan umara’ sudah seharusnya menjaga kerukunan. Problem umat saat ini adalah soal kerukunan bagaimana para tokoh saat ini banyak yang mudah terpengaruh dengan medsos. Tentu kita berharap semua bisa selalu rukun baik dari aliran dan kelompok manapun”Tegasnya.
Dia tambahkanya juga mengenai UU Pesantren, Saya kira kaitanya dengan itu juga .Tidak ada yang salah , Karena santri dan pesantren sangat berkaitan beserta lembaga – lembaga pendidikanya. Payung hukum sangat penting bagi lembaga- lembaga pendidikan di Ponpes”Pungkasnya.
Pada seminar yang di gelar di Pendopo Lokatantra tersebut di hadiri oleh Forpimda dan jajaranya serta para OPD, tokoh masyarakat dan ormas yang kompak mengenakan baju putih , peci dan bersarung ala santri.
Bahkan, pada saat proses ramah tamahpun semua membaur makan bancaan bersama di satu talam atau lengser seperti layaknya santri. [aha]

Tags: