Sampah di Gresik Kini Bisa Disulap Menjadi Sumber Bahan Bakar Alternatif

Gundukan sampah yang siap diolah menjadi bahan bakar alternatif. [kerin ikanto/bhirawa]

Gresik, Bhirawa.
Kabupaten Gresik kini memiliki mesin canggih pengolah sampah plastik. Mesin tersebut adalah Refused Derived Fuel (RDF) yang merupakan teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers menjadi ukuran yang lebih kecil. Hasilnya akan menjadi sumber energi bahan bakar alternatif.

Bahan bakar alternatif yang dihasilkan mesin RDF ini berupa briket. Briket dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar industri atau industri rumahan. Bupati Gresik H Fandi Akhmad Yani bersama para OPD, Camat, dan Lurah di Kebomas, Manyar, dan Gresik meluncurkan mesin tersebut di TPA Ngipik, Selasa (6/6).

Dalam peluncuran tersebut, Gus Yani sapaan akrab bupati mengatakan, pengolahan sampah akan menjadi prioritas utama yang akan diselesaikan hingga 2024. Untuk itu, perlu adanya gebrakan dalam menangani gunung sampah di Gresik. Hasilnya, mesin RDF dipilih untuk menjadi senjata utama dalam pengolahan sampah.

“Di momen hari lingkungan hidup sedunia ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gresik mampu tampil apik dalam menangani sampah dengan cara diolah secara modern. Ini menjadi sebuah langkah awal dalam penanganan sampah, karena sampah di Gresik sejak jaman kemerdekaan hanya di tumpuk saja,” ujar Gus Yani.

Perlu diketahui, mesin RDF ini telah beroperasi sejak April lalu sebelum diluncurkan. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan mesin tersebut dalam mengolah sampah. Hasilnya, mesin RDF dapat mengolah sampah sebanyak 2,5 ton per jam, dan menghasilkan briket sebanyak 100 kg per jam.

Tidak berhenti di situ, briket yang telah jadi langsung diujicobakan di beberapa UMKM. Contohnya di UMKM yang ada di Menganti.

“Kemarin sudah saya saksikan ke pabrik tahu di Menganti, briket ini sangat berpotensi menggantikan kebutuhan kayu bakar disana. Sehingga, mesin RDF ini terbukti memberikan dampak positif dalam peningkatan UMKM di Gresik,” ucap Gus Yani.

Di samping itu, Gus Yani mengatakan bahwa partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. Untuk itu, DLH Gresik telah membagikan 30 kontainer box sampah di beberapa desa dan kelurahan. Harapannya, ini akan menjadi langkah awal dalam menciptakan disiplin buang sampah pada tempatnya dimulai dari tingkat desa.

“Maka nanti sampah yang sudah dikumpulkan di TPS akan mudah diangkut ke TPA. Sehingga bisa cepat dipilah dan diproses sehingga tercipta integrasi antara desa dan DLH,” ungkapnya.

Dalam agenda ini, hadir Kepala DLH Gresik Sri Subaidah, Kepala Dinas PMD Abu Hassan, Kepala Dinas Sosial Ummi Khoiroh, Kepala Dinas Kesehatan Mukhibatul Khusnah, Kepala Diskoperindag Malahatul Fardah, Camat Gresik, Lurah Kecamatan Kebomas, Manyar, Gresik, para pelaku UMKM sekitar, Vice President PT Petrokimia Gresik, perwakilan PT. Freeport, Asosiasi Bank Sampah Indonesia (Asobsi), dan REI Gresik. [eri.gat]

Tags: