Santri Polisikan Pengasuh Ponpes di Kota Batu

Keluarga korban penelantaran santri di bawah umur saat mendatangi dan membuat laporan pengaduan ke Mapolres Batu, Rabu (11/11).

Keluarga korban penelantaran santri di bawah umur saat mendatangi dan membuat laporan pengaduan ke Mapolres Batu, Rabu (11/11).

Kota Batu, Bhirawa
Beberapa orang tua santri dan anggota majelis taklim sebuah pondok pesantren (ponpes) di Kota Batu mendatangi Mapolres Batu, Rabu (11/11). Mereka mengadukan pengasuh ponpes berinisial SN yang telah melakukan kekerasan dan penelantaran terhadap anak-anak yang menjadi santri di Ponpes milik SN. Dan atas kasus ini, beberapa orang tua santri menjemput anak mereka untuk keluar dari ponpes tersebut.
“Kita sudah menceritakan semua perlakuan SN yang telah menelantarkan dan juga melakukan tindak kekerasan kepada para santri yang masih berusia anak-anak kepada petugas di Unit Perlindangan Perempuan dan Anak (PPA) Mapolres Batu,”ujar anggota majelis taklim yang ikut mendampingi laporan ke Mapolres Batu, Etik Indah, Rabu (11/11).
Kasus ini terungkap bermula ketika salah satu santri putri yang berinidial FN menelephon ibunya, Alifah, yang tinggal di Denpasar Bali.  Saat itu FN bersama santri lain berinisial DL asal Kendari Sulawesi Tenggara telah diusir oleh terlapor SN dari pesantrennya.
“Tentu saja kita jadi khawatir sekali. Karena saat diusir itu waktu masih shubuh dan gelap, dan keduanya yang masih berada di bawah umur ini juga tidak memiliki kerabat di Kota Batu,”keluh Alifah yang dibenarkan orangtua dari DL, Almi’un. Almi’un baru datang dari Kendari pada Selasa (10/11) malam, setelah mendapatkan kabar pengusiran tersebut.
Menerima kabar anaknya diusir, melalui telephon Alifah meminta tolong kepada Etik Indah untuk menampung sementara kedua santri tersebut di rumahnya. Ketika masalah ini diusut, ternyata pengusiran tersebut bermula dari kaburnya 10 santri putri lain beberapa hari sebelumnya. Dan Alifah dituduh SN sebagai provokator dari kaburnya santri tersebut. Padahal, ujar Alifah, saat itu ingin membawa A salah seorang santri yang jatuh dari kuda. Itu dilakukan atas permintaan orang tua A yang mengetahui Alifah sedang berada di Kota Batu. Diketahui, di ponpes itu memiliki fasilitas berupa pelatihan berkuda, memanah, dan berenang.
Mengetahui Alifah akan membawa A ke rumah sakit, maka 10 santri ini ikut ‘nebeng’ agar bisa keluar dari Ponpes. Ketika ditanya kenapa ingin keluar? Para santri ii mengaku sudah tidak kuat untuk bertahan di Ponpes ini. Akhirnya, para santri membeberkan adanya perlakuan keras atau fisik yang kerab dilakukan SN.
“Tindak kekerasan itu bisa dengan pelana kuda, cambuk, atau benda apapun yang ada di sekitarnya saat itu. Dan kekerasan ini dilakukan ketika sang santri salah dalam melafalkan ejaan dari Al Quran yang dihafalkannya,”jelas Etik.
Sedangkan untuk penelantaran, lanjutnya, banyak santri yang diminta untuk makan nasi basi dan minum air dari keran tanpa dimasak. Selain itu santri juga tidak mendapatkan pengobatan saat sakit, bahkansantri juga diminta untuk tidur di kandang kuda.
Atas pengaduan ini, penyidik Mapolres Batu masih melakukan pendalaman atas pengaduan Etik dkk. Karena untuk kasus kekerasan yang dilakukan SN, Etik tidak membawa langsung sang korban ke Mapolres Batu. saat itu yang ikut ke Mapaolres hanya DL dan FN yang hanya mendapatkan penelantaran saja.
“Tadi pelapor masih melakukan konsultasi hukum kepada kita (Polisi). Kalau memang ada korban kekerasan, kita harapkan saksi korban bisa diajak serta ke Mapolres. Demikian juga dengan bukti-bukti yang lain,”ujar Kasat Reskrim Mapolres Batu, AKP Bambang Suprianto SH.  [nas]

Tags: