Sarankan Atlet Pelajar Difasilitasi Home Schooling

Home SchoolingDPRD Jatim, Bhirawa
Ditengah kesibukan Pemprov Jatim menyiapkan diri sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja yang akan digelar bulan depan, DPRD Jatim meminta Dinas Pendidikan Jatim memberikan perlakuan khusus pada atlet remaja atau mereka yang masuk kategori wajib belajar.
Salah satunya Komisi E menghimbau Diknas menyediakan model pendidikan home schooling. Dengan begitu, antara prestasi dan pendidikan bisa berjalan seimbang.
Pernyataan itu disampaikan anggota Komisi E, Kartika Hidayati usai hearing dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jatim. “Atlet itu masuk kategori usia produktif yang merupakan masa wajib belajar. Tak adil kalau mereka harus sekolah di jalur pendidikan formal karena secara otomatis waktu belajar mereka sudah tersita untuk latihan dan pertandingan. Saran saya, atlet harus menempuh pendidikan home schooling yang waktu belajarnya bisa disesuaikan dengan kegiatan atlet yang padat,”tegas bendahara komisi E tersebut, Kamis (6/11).
Soal teknis penyelenggaraan home schooling, menurut Kartika Diknas bisa berkoordinasi dengan KONI selaku induk cabang olahraga. Bahkan kalau perlu Dewan akan usulkan juga kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Prinsipnya lanjut politisi perempuan PKB itu adalah Diknas berkewajiban memberikan pendidikan kepada setiap warga Jawa Timur termasuk hak pendidikan bagi para atlet.
Pihaknya juga memberi apresiasi terhadap lembaga pendidikan swasta yang memberikan beasiswa khusus bagi para atlet.
Ketua Muslimat kabupaten Lamongan ini miris dengan nasib para atlet pasca tidak lagi produktif di dunia olahraga. Mereka biasanya akan bekerja serabutan karena tidak adanya modal pendidikan yang memadai untuk berkarir pasca pensiun sebagai atlet termasuk untuk berkarir menjadi pelatihpun sulit.
“Masa depan atlet suram setelah tidak produktif. Jangan khan untuk berkarir di bidang lain, untuk menjadi pelatih pun sulit karena mereka harus memenuhi syarat pendidikan formal dengan jenjng sarjana. Karena itu, atlet jangan hanya diberi bonus tapi juga kesempatan pendidikan,”ujar perempuan berkerudung itu.
Selain soal pendidikan, Kartika juga berharap Pemprov Jatim memperhatikan soal kesehatan atlet. Tidak saja saat mereka masih aktif sebagai atlet tetapi juga setelah mereka pensiun. Mantan Calon Wakil Bupati Lamongan itu mengingatkan usia pensiun seorang atlet itu sangat singkat. Bahkan terhitung jari atlet yang bisa bertahan sampai usia 40 tahun. Karena itu, fasilitas kesehatan untuk mereka sangat penting terlebih mereka atlet dari cabang yang beresiko tinggi seperti bela diri atau tinju. Mereka beresiko menderita penyakit atau gangguan kesehatan dalam jangka panjang.
“Atlet itu beresiko tinggi menderita gangguan kesehatan baik saat masih aktif maupun setelah pensiun. Terutama penyakit dalam seperti ginjal dan jantung. Karena itu pemprov Jatim wajib memberikan jaminan kesehatan bagi mereka yang sudah mengharumkan nama Jawa Timur maupun negara. Teknisnya bisa lewat asuransi atau bantuan khusus,”papar perempuan asli Lamongan tersebut. [Cty]

Tags: