Sarapan Instan Tak Harus Gunakan Produk Impor

Maria Eleonora Angelina menunjukkan sereal buatannya dari bahan dasar ubi ungu dan beras hitam. [adit hananta utama]

Maria Eleonora Angelina menunjukkan sereal buatannya dari bahan dasar ubi ungu dan beras hitam. [adit hananta utama]

Ciptakan Sereal dari Ubi Jalar dan Beras Hitam
Kota Surabaya, Bhirawa
Masih ingat slogan iklan ‘sarapan, mana sempat’. Salah satu produk sereal itu cukup populer bagi masyarakat Indonesia itu. Sayangnya, di antara deretan produk sereal yang beredar di negeri ini umumnya masih menggunakan gandum. Bahan dasar makanan yang tidak tersedia di Indonesia.
Untuk mendapatkan gandum, Indonesia harus impor dari negara lain. Padahal, banyak makanan yang dibuat dari bahan gandum dan menjadi favorit masyarakat Indonesia. Secara otomatis, ketergantungan terhadap barang impor itu terus meninggi. Kecuali jika bahan alternatif pengganti gandum terus dimasyarakatkan.
Seperti yang dilakukan mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) Maria Eleonora Angelina. Perempuan asli Surabaya itu mengolah beras hitam varietas Jawa dan ubi ungu menjadi panganan siap saji, yakni sereal. “Kedua bahan dasar itu kaya serat sehingga akan baik untuk saluran pencernaan kita,” tutur mahasiswa yang akrab disapa Mea ini.
Selain kaya serat, sereal karyanya juga kaya antosianin yang  dapat bermanfaat untuk mencegah kanker, penuaan dini, kolestrol dan penyakit-penyakit lainnya.
Mea yang merupakan juara kedua mahasiswa berprestasi (mawapres) tingkat Kopertis VII Jawa Timur 2016 ini memberi nama produknya Nutrifast. Sereal yang mudah disajikan secara instan untuk pengganti sarapan. Dia mengemasnya dalam cangkir kertas lengkap dengan sendok di dalamnya. Dengan kemasan seperti itu, penyajiannya cukup diseduh dengan air panas dan sarapan kaya gizi dengan cita rasa lokal itu pun siap dinikmati. “Kalau pagi-pagi sudah harus dandan dan lain-lain, ribet. Tapi, kita masih sempat sarapan kalau dengan Nutrifast,” ujar mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) ini.
Selain dari segi kemasan, keunikan lain Nutrifast adalah bebas gluten, karena tidak terbuat dari gandum. Jadi produk ini juga aman dimakan oleh mereka yang menderita gluten intolerance.
Dalam membuat Nutrifast, Mea menggunakan tepung beras hitam dan tepung ubi ungu dicampur air dengan perbandingan 2:1. Campuran itu kemudian dipanaskan pada suhu 90 derajat celcius selama 1 menit sambil diaduk. Setelah terbentuk adonan, langkah selajutnya adalah  ditekan dengan alat pres flakes yang panas sehingga menjadi lempengan kering berbentuk bulat. Lempengan itu kemudian dihancurkan hingga berukuran kecil dengan diameter kurang lebih 0,5cm. Terakhir serpihan-serpihan itu dipanaskan dalam oven dengan suhu 105C selama 10 menit agar benar-benar kering.
Kesulitan dalam membuat Nutrifast adalah keterbatasan jumlah beras hitam, karena masih sangat sedikit yang membudidayakannya. “Budidaya pangan lokal itu sangat penting. Saya ingin membuat pabrik sehingga produk ini dapat beredar di seluruh Indonesia,” kata dia.
Semakin banyak panganan olahan menggunakan bahan dasar lokal, menurutnya akan berdampak positif untuk petani lokal. “Petani ubi jalar dan beras hitam akan diuntungkan secara ekonomi apabila semakin banyak yang mengonsumsi Nutrifast,” tutur gadis kelahiran 12 Desember 1994 itu.
Thomas Indarto selaku dosen pembimbing mengapresiasi karya mahasiswanya itu. Selain dinilai kreatif, manfaat dari olahan panganan tersebut cukup tinggi. Beras hitam terutama varietas Jawa mengandung antioksidan yang sangat tinggi. Bahkan lebih tinggi jika dibandingkan varietas beras hitam lain. “Ubi jalar sendiri kaya akan serat dan menghasilkan warna yang menarik tanpa perlu pewarna tambahan,” tandas Thomas. [Adit Hananta Utama]

Tags: